untuk rakjat pula.“
Go Yong dengan landas mendjelaskan lagi, mengulang apa jang telah diutjapkan.
„SSSSSt! Djangan terlalu sengit dan keras² Go Siangsing! Adikku ini memang kurang engerti dan kurang pengetahuhan dia belum bisa memberikan pertimbangan setjara bidjaksana. Sam Tee (adik ketiga) untuk merampas barang2 jang tidak halal itu bukanlah berdjaan didjalan Heektoo (aliran hitam), itu adalah bahkan merupakan kewadjiban kita jang harus kita laksanakan. Kalao kita membiarkan tindakan2 jang demikian dan tidak merampas barang barang itu, rakjat akan lebih menderita dan tjelaka.
Bila kehidupan rakjat tambah parah, dan tjelaka, apakah kita sebagai Hoohan2 ini tidak bertambah dosanja ? Hajo, mengerti dan mengetan kehidupan jang makinparah tetapi tidak turun tangan untuk memberikan pertolongan, bukankah ini seperti melihat orang tenggelam dan hanjut tetapi kita berpeluk tangan sadja” Kata Wan Siauw Djie kepada adiknja.
„Ja, ja, djelas sudah keterangan Toako (kakak terbesar), baik akupun ikut serta.“ Achirnja Wan Siauw Tjhitpun sadar dan menundjang perdjoangan jang akan didjalankan ini. Mereka bertiga lalu menemui sang ibu untuk mohon idjin: sedangkan Go Yong menanti diruang depan dengan penuh harap.
„Ibu, sudah lama kami menganggur dan tidak punja penghasilan selama ini sehingga memberatkan ebban ibu didalam mendjalankan kewadjiban untuk mengasuh dan membesarkan anak2nja.
46