“ Selama engkau mengganggur ibu tidak akan mempersalahkanmmu nak.
Sebab kalian menganggur bukannja kesukaanmu dan watak² mu tetapi karena terpaksa dan belum menemukan djalan keluar . . . . . . . Ketahuilah bahwa seorang ibu di dalam kehidupannja harus selalu berprihatin, sabar, ulet dan tabah didalam menghadapi kehidupan.
Terus berdjoang tak kenal lelah dan menjerah, mempunjai keberanian dan pengorbanan demi putra putrinja dihari depan!
Ja, dihari depan nan gemilang Inilah nak, sendjata untuk mendirikan pengharapan sesuatu semangat jang tak lekang oleh paas dan tak lapuk oleh hudjan jang bagaimana dahsjatnjapun!
Kalian harus memiliki semangat jang sedemikian ini, berdjalanlah terus didalam kebenaran, Tuhan akan menjertai perdjoangan kalian!“
Tiga bersaudara Wan itu terus mendeprok berlutut dihadapan ibunja Djiwa mereka bergetar dan kontan mendjadi lapang dan lega. Alagkah kata² ibunja bagaikan adjimat jang menggugah gairah semangat perdjoangan untuk membela kebenaran dan keadilan semi kebahagiaan umat manusia demi hari depan nan gemilang!
Setelah manggut² dan mengutjapkan terimakasih, mereka lalu meninggalkan beberapa puluh tail untuk persediaan ibunja dan mohon diri Berempat mereka keluar dari dusun Tjoe Hap Tjhun. masing² mengendarai seekor kuda jang kuat² dan djempolan, sebab untuk mengedjar waktu jang makin mendesak.
48