huni lagi namanya kelenteng Poo Tju Si.
Lebih baik Siauwtee kesana, dimana siauwtee akan tinggal dengan aman dan lepas dari pengejaran² alat² negara, karena tempat itu jalannya sangat ber-liku² dan sangat terpencil."
Pemilik warung yang simpatik itu memberikan petunjuk kepada Yo Tjie "Oo, banyak terima kasih atas pertolonganmu Loheng sebelum aku menuju kesana, numpang tanya nama Loheng yang mulia untuk kuingat ingat." Kata Yo Tjie dengan penuh kegembiraan.
„Aku bernama Tjoo Tjhing. bila stauwtee tinggal disana. nanti kalau ada apa² aku bisa menyuruh pembantuku untuk memberi kabar, anggaplah aku sebagai saudara tuamu . . . . . . . "
Tjoo Thjing merasa Yo Tjie adalah seorang malang yang jujur dan tak bersalah, maka ia bersimpati sekali, sehingga sudi memberikan pertolongan dan bahkan diaku sebagai adiknya sendiri.
Hal ini sangat membesarkan hati Yo Tjie, didalam kemalangan dan fituy ter-lunta tak keruan ini mendapat saudara. Maka ia segera berdiri dan berkiongijniu, mengangkat ke dua tangannya untuk meumberikan salain penghormatan.
“Toako (kakak besar) aku mengucap terima kasih atas bautuan dan penerimaanmu
38
38