Halaman:Aku Ini Binatang Jalang.pdf/145

Halaman ini telah diuji baca

Dari larik-larik tersebut jelas bahwa, di samping vitalitas, ada sisi lain kehidupannya yang tergambar — yang mungkin tidak bisa terhapus dari kehidupan berkesenian di negeri ini — yakni kejalangannya. Sebagai “binatang jalang”-lah Chairil Anwar merupakan lambang kesenimanan di Indo­nesia.

 Bukan Rustam Effendi, Sanusi Pane, atau Amir Hamzah, tetapi Chairil Anwar yang dianggap memiliki seperangkat ciri seniman: tidak memiliki pekerjaan tetap, suka keluyuran, jorok, selalu kekurangan uang, penyakitan, dan tingkah lakunya menjengkelkan. Sejumlah anekdot telah lahir dari ciri-ciri tersebut. Tampaknya masyarakat menganggap bahwa seniman tidak berminat mengurus jasmaninya, dan lebih sering tergoda oleh khayalannya; mungkin yang paling mirip dengan golongan “binatang jalang” ini adalah orang sakit jiwa.

 Lepas dari benar-tidaknya gambaran mengenai penyair ini, sebenarnya penggambaran itu sendiri membuktikan adanya sikap mendua terhadap seniman dalam masyarakat. Ia dikagumi sekaligus diejek; ia menjengkelkan, tetapi selalu dimaafkan. Keinginan untuk menjalani hidup dengan cara tersendiri itulah, yang sering tidak sesuai dengan cara masyarakat umum, yang menyebabkan kebanyakan orang sulit memahami sikapnya. Tetapi mengapa Chairil Anwar yang umumnya dianggap melambangkan ciri kesenimanan?

 Pada masa hidup penyair itu, sejumlah seniman kita — sastrawan, pelukis, dan komponis — tentunya juga menjalani hidup bohemian. Dalam bidang masing-masing, Ismail Marzuki, Affandi, dan Sudjojono tentu tidak bisa dianggap lebih rendah dari Chairil Anwar, namun dalam kehidupan bohemian ternyata penyair inilah yang dianggap mewakili mereka. Hal ini tentu erat kaitannya dengan kehidupan dan kematiannya; tampaknya Chairil Anwar bisa bergaul dengan seniman dalam bidang apa pun sehingga pada zamannya mungkin ia paling banyak dikenal di antara mereka; dan ia mati muda. Kematiannya itu, yang umumnya dipandang sebagai akibat kehidupannya yang bohemian, menyebabkan gambaran tentangnya sebagai “binatang jalang” tidak pernah berubah. Rekan-rekannya dikaruniai umur lebih panjang, suatu hal yang tentu bisa menggeser-geser gambaran masyarakat tentang mereka.

 Chairil Anwar dan cara hidupnya yang “jalang” telah menjadi

120