88
Kebaikan hati Ny. Driyowongso dan suaminya itu tercermin dalam hidup bermasyarakat. Driyowongso dikenal orang sabar, terbuka dan suka menolong. Setiap tamu yang datang ke rumahnya disambut dengan senang hati. Apa yang dimiliki bila diminta orang lain yang benar-benar membutuhkan, maka diberikan dengan hati ihlas. Dalam hal menjamu tamu Ny. Driyowongso tidak mengada-ada, tetapi apa yang dimakan hari itu juga yang disajikannya.
Driyowongso berkali-kali berpindah tempat tinggalnya. Setelah beberapa tahun di Pakualaman keluarga ini pindah menyewa rumah ke jalan Sukun Yogyakarta. Rumah yang ditempati sebagian disewakan untuk kost. Untuk mengurusi makan sehari-hari anak kost itu maka dipanggillah dua orang pembantu. Di samping itu untuk menopang hidupnya Ny. Driyowongso juga suka membuat kue-kue dan disetorkan ke warung-warung makan.
Bimbingan kerja mandiri telah diberikan sejak kecil oleh Ny. Driyowongso kepada anak-anak yang ikut di rumahnya. Supiyani dan Baitum teringat waktu ikut Ny. Driyowongso setiap hari disibukkan mengurusi urusan rumah tangga. Dengan cara demikian mereka merasakan manfaatnya setelah berdiri sendiri dalam kehidupan keluarga. Mereka tidak merasa canggung lagi karena sudah terbiasa sejak kecil.
Rupa-rupanya perjuangan hidup mengusik perhatian pak Driyowongso untuk pindah ke kota besar, Jakarta. Karena itu pada tahun 1950 pak Driyowongso pindah ke Jakarta untuk meneruskan dan mengembangkan profesinya sebagai seorang penulis dalam surat-surat kabar dan majalah. Isterinya yang mengikuti kepindahan itu juga tidak tinggal diam berpangku tangan tetapi harus bekerja lebih keras karena dituntut kebutuhan hidup di kota besar. Nyonya Driyowongso sekeluarga tinggal di Cipete. Ia memulai usahanya dengan memasak untuk suatu asrama. Penghasilannya ini benar-benar dapat mencukupi kebutuhannya. Sementara adik-adik dan anak angkatnya sudah tidak menjadi beban tanggung jawabnya, karena mereka sudah berkeluarga sendiri.