Halaman:Buku peringatan 30 tahun kesatuan pergerakan wanita Indonesia.pdf/149

Halaman ini tervalidasi

SAMBUTAN P.P. GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESI PUTERI.

Dalam buku peringatan Kongres Perempuan Indonesia jang ke-III tahun 1938 disebutkan dalam kata pendahuluannja: „Buku peringatan ini diterbitkan bukan untuk anggota-anggota tapi djuga untuk seluruh bangsa kita gunanja supaja bangsa kita dapat mengetahui bagaimana pesatnja kemadjuan perempuan bangsa kita ini dalam pergerakan".

Demikianlah menggemanja hasrat wanita kita pada 15 tahun jang lampau, sewaktu masih dibawah tekanan kolonial. Maka didalam penerbitan buku kenang-kenangan seperempat abad Pergerakan Wanita jang kita hadapi sekarang ini, tentu hasrat itu semakin meluap dan menggelora.

Terbitnja buku peringatan ini akan merupakan satu sumbangan untuk perdjoangan Wanita Indonesia dalam seperempat abad jang tidak pula kurang artinja untuk membina dan mendirikan sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia seluruhnja.

Didalam buku peringatan seperempat abad ini dimuat sedjarah pendek dari gerakan wanita seluruh Indonesia jang mendjadi anggota, mulai dari Gerakan-gerakan jang sifatnja Agama, nasional dan lain-lain.

Memang sudah sepatutnja kita harus memperingati dengan mendjadikan satu buku sedjarah atas terwudjudnja tjiptaan dalam satu masjarakat Wanita Indonesia jang telah dapat melaksanakan kesanggupan-kesanggupannja untuk memberikan baktinja kepada Ibu Pertiwi. Kesanggupan-kesanggupan itu haruslah kita djadikan sedjarah karena dialah jang mendjadi latar belakang untuk meng hasilkan kebangunan bangsa Indonesia.

Kesatuan Nasional bagi Gerakan Wanita Indonesia, buat sementara telah dapat dilukiskan dalam buku ini. Dapatlah buku ini didjadikan peringatan jang akan menambah gilang-gemilangnja sedjarah kebangunan bangsa Indonesia jang telah merdeka. Hal ini sangat dirasakan perlu sekali, sehingga masjarakat dapat memahami, bahwa Kongres Wanita Indonesia sungguh-sungguh djadi pelopor untuk mempertahankan kesatuan nasional Wanita Indonesia, bersatu padu dalam ikatan djiwa dan organisasi setjara federatief untuk kepentingan Negara dan kemadjuan Wanita umumnja.

Kemadjuan Wanita Indonesia akan lebih dapat terlaksana dengan pesatnja, djika usaha dari seluruh golongan masjarakat wanita dapat dirangkaikan dengan kerdja-sama, dan dengan menghormati dasar-dasar pendirian masing-masing organisasi.

Hal ini harus mendjadi pegangan didalam me melihara persatuan jang telah terdjalin itu, dan harus mendjadi pokok perhatian bersama, ialah kebidjaksanaan secretariaat sangat diharapkan.

Karena itu P.P. G.P.I.I. Puteri sangat menghargai sekali usaha Kongres Wanita Indonesia jang telah dapat mengeluarkan buku peringatan ini dan mudah-mudahan akan mendjadikan suatu pandangan jang hidup dan dapat menambah keinsjafan Wanita Indonesia untuk mempertjepat kemadjuannja dibelakang hari.

Kami pertjaja bahwa isi buku ini benar-benar dapat menambah baiknja djalan sedjarah Gerakan Wanita dan dapat didjadikan pedoman untuk seterusnja.

Pada achirnja P.P. G.P.I.I. Puteri menjerukan bahwa didalam usaha pembangunan Wanita Indonesia, terutama angkatan mudanja akan tetap berpegang teguh kepada tata susila dan sifat kewanitaannja jang luhur dengan didukung oleh kebatinan jang murni dan pekerti jang sedjati. Sekianlah kata sambutan jang diminta oleh Panitya seperempat abad kepada P.P. G.P.I.I. Puteri tentang terbitnja buku peringatan seperempat abad ini.

Wassalam

P.P. G.P.I.I. Puteri

Penerangan,

ttd.

DJAMARI AMIN.

SAMBUTAN 25 TAHUN GERAKAN ORGANISASI WANITA INDONESIA.

Oleh:

Nj. F. M. MOE’IN, Ketua Ikatan Bidan Indonesia.

Tanggal 22 Desember ini kita memperingati seperempat abad Kesatuan Gerakan Wanita Indonesia. Hari inilah hari jang bersedjarah bagi semua organisasi wanita. 25 tahun jang lalu jaitu tanggal 22 Desember 1928, wanita kita mulai mengadjukan langkahnja kearah kemadjuan wanita. Pada tanggal itulah wanita Indonesia mengadakan Kongresnja jang pertama di Jogjakarta. Mereka mulai mengatur langkah-langkahnja merentjanakan sesuatu untuk memperbaiki kedudukan wanita. Mereka telah menginsjafi bahwa tidak masanja lagi wanita hanja tinggal diam dirumah sadja, mendjadi ratu rumah tangganja, tidak diizinkan serta dalam memperbintjangkan soal-soal politik dan masjarakat. Wanita Indonesia mulai insjaf bahwa wanita harus djuga bertanggung djawab terhadap nusa dan bangsanja, dan telah timbul keinginan mereka untuk ikut memperdjuangkan kemerdekaan tanah airnja bersama-sama dengan kaum prijanja, dengan tidak akan melupakan sifat-sifat kewanitaannja.

Sekalipun ketika itu wanita Indonesia telah berdjuang dengan hebatnja, dalam perdjuangan revolusi kemanusiaan, akan tetapi hasil-hasil jang diperdapatnja sangat ketjil sekali djika dibandingkan dengan hasil-perdjuangan wanita-wanita di negara-negara Barat. Tekanan dari pendjadjahan Belanda ditambah pula dengan adanja adat isti'adat jang mengungkung, sangat menghalang-halangi perdjuangan wanita pada masa itu, sehingga hasil-hasil jang diperdapat ketjil sekali. Akan tetapi sungguh pun demikian mereka adalah seakan-akan penjedar atau perintis djalan bagi wanita dimasa sekarang.

Sekarang kita telah dapat merajakan hari ulang tahun jang ke 25 dari pergerakan wanita itu, dalam alam jang merdeka. Wanita Indonesia seka rang bergerak dengan bebas dan merdeka, tentulah hasil-hasil jang diperdapatnja akan lebih basar dari jang sudah-sudah.

135