Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/112

Halaman ini tervalidasi

pada putaran pitam?
Matamu ungu membatu

Masih berdekapkankah kami atau
mengikut juga bayangan itu?

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:

  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]](Deru Campur Debu, 1959)

Sajak Chairil Anwar yang lain lagi, "Mulutmu Mencubit Mulutku" menggambarkan istri yang sering menyakiti perasaan suami sehingga melahirkan rasa dendam: ’Mulutmu mencubit di mulutku/Menggelegak benci sejenak itu/Mengapa merihmu tak kucekik pula/Ketika halus-perih kau meluka??’ (Kerikil Tajam: 37). Dalam "Pelarian" (Chairil Anwar) perselisihan itu berakibat perceraian.

PELARIAN

I
Tak tertahan lagi
remang miang sengketa di sini.

Dalam lari
Dihempaskannya pintu keras tak berhingga.

Hancur luluh sepi seketika
Dan paduan dua jiwa.

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:

  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]](Kerikil Tajam, 1959)

Di sisi lain, W.S. Rendra menggambarkan melalui sajak "Perempuan Sial" bahwa kehidupan berkeluarga yang tidak dilandasi cinta akan berantakan. Dalam sajak Rendra itu diungkapkan Farida yang bersuamikan laki-laki tua yang tidak mampu lagi memuaskan hasrat seksualnya Sehingga memaksanya bermain serong dengan Nizar, pemuda sebayanya. Namun, Nizar ternyata meninggalkannya begitu saja.

...

Ah, tubuhnya! Ah, rambutnya!
tempat tidur tersia suami tua.

Manusia dan Manusia lain103