hadap kaum wanita dan lelaki. Ini berlawanan dengan suruhan Kristus. Suaminja pun berpendapat demikian Selama hidupnja ia membantu isterinja. Waktu George Butler pergi ke Liverpool, pelabuhan jang ramai itu, isterinja menemui lapangan pekerdjaan sosial jang djauh lebih luas dari jang sudah-sudah. Dikota tersebut dilihatnja keadaan pelatjuran jang amat menjedihkan.
Tidak mengherankan, kalau beberapa tabib menemui Njonja Butler, sesudah mereka tak sanggup lagi berdjuang menentang peraturan pelatjuran. Dalam musim panas, tahun 1869, waktu sedikit sekali anggota hadir, parlemen Inggeris menerima sebuah undang-undang jang mengizinkan "pelatjuran teratur" untuk keradjaan Inggeris. Segerombolan ketjil ahli tabib menentang putusan itu, tetapi sia-sia belaka. Kemudian mereka berpendapat, bahwa tenaga-tenaga baru harus digerakkan untuk memperdjuangkan tjita-tjita mereka. Tenaga ini ialah kaum wanita. Wanitalah jang tepat berdjuang, dan melindungi saudari-saudarinja jang akan mendjadi korban undang-undang baru itu. Tambahan pula factor jang tak boleh dilupakan, jakni: Azas hukum negara Inggeris jang paling tua ialah, bahwa kemerdekaan seseorang (warga negara) tidak boleh dibatasi kalau tak ada alasan jang sah. Dalam hal ini segerombolan besar kaum wanita akan dibatasi kemerdekaannja oleh berbagai aturan, sehingga mereka tak dapat dikatakan merdeka lagi. Keadaan ini oleh Njonja Butler dianggap sebagai antjaman pada dasar Nasrani jang mengatakan, bahwa setiap manusia bertanggung djawab atas segala perbuatannja. Setelah lama dalam kebimbangan ia mulai memimpin suatu gerakan untuk menentang undang-undang ini. Keberanian ini luar biasa, sebab banjak orang jang berkepentingan dengan adanja pelatjuran itu, berusaha sekuat-kuatnja menggagalkan gerakan kaum wanita itu.
85