belas, waktu perindustrian dirumah digantikan oleh perindustrian mesin dan perusahaan-keluarga diganti oleh paberik besar. Revolusi ini akibatnja bagi kaum wanita dua matjam:
Akibat pertama ialah, bahwa banjak keluarga kehilangan nafkahnja dan terpaksa bekerdja dipaberik. Bukan sadja sisuami akan tetapi djuga sang isteri dengan anak-anaknja bekerdja dipaberik. Buruh wanita lebih disukai oleh jang empunja paberik, dari pada buruh laki-laki, sebab upah mereka — maklum pada masa itu belum ada undang-undang sosial jang melindungi kaum buruh — lebih ketjil dari pada upah laki-laki. Sudah mendjadi kebiasaan, bahwa orang perempuan bekerdja dipaberik empat belas sampai enam belas djam sehari dan anak-anak jang berumur lima, enam tahun sudah turut dengan ibunja bekerdja. Djelas, bahwa golongan wanita ini terlalu banjak pekerdjaannja dan keadaan mereka dalam masjarakat amat menjedihkan, sebab kehidupan-keluarga sama sekali mendjadi katjau oleh karenanja.
Akibat kedua ialah, bahwa paberik-paberik itu mulai membuat berbagai-bagai barang, jang dahulu dibuat orang dirumah. Tambah pula lama-kelamaan datanglah alat-alat pembantu jang modern seperti mesin djahit, jang memudahkan pekerdjaan orang perempuan. Isteri orang-orang kaja, jang dahulu banjak pekerdjaan dirumah, sekalipun mempunjai budjang-budjang, makin lama makin banjak waktunja terluang. Seorang ibu kerap kali sama sekali tidak mempunjai pekerdjaan dalam rumah untuk anak perempuannja jang belum kawin. Anak perempuan itu lama-kelamaan mendjadi suatu perkakas rumah jang tak berguna. Sudah tentu, bahwa tiap-tiap anak perempuan itu berusaha segiat-segiatnja, supaja memperoleh suami dan mendjadi ibu keluarga. Bukan karena ia dengan begitu dapat banjak pekerdjaan —
16