Halaman:Gerakan wanita di dunia.pdf/43

Halaman ini tervalidasi

Tjerita ini menggambarkan seorang wanita Tiongkok jang sempurna. Ia masih menjimpan adat jang mendjundjung tinggi kedudukan kaum ibu, akan tetapi ia menjesuaikan dirinja dengan tjara hidup moderen, jang mengehendaki bertindak dengan tjepat dan tepat.

Sebelum terdjadi peperangan-saudara dinegeri Tiongkok, perkumpulan- perkumpulan wanita amat giat bekerdja, lebih-lebih diluar kota, dimana mereka mendirikan kursus-kursus untuk mengadjar kaum wanita membatja dan menulis; djuga dipeladjari bagaimana mereka harus memelihara anak baji. Mereka memberi petundjuk terhadap segala keadaan jang buruk. Kerap kali pekerdjaan mereka pada usaha pertanian melampaui batas beratnja. Keadaan serupa inilah misalnja jang mereka tjoba hilangkan. Kaum wanita itupun berusaha memberantas penghisapan-tjandu. Mereka membantu keluarga orang-orang jang menghisap tjandu dan berichtiar, supaja jang menghisap tjandu tidak djadi hamba nafsunja lagi.

Baru-baru ini seorang diplomat Tiongkok mengaku: "Dengan tidak melebih-lebihi, boleh kita katakan, bahwa kaum wanita Tionghoa telah membaharui kehidupan tanah-air mereka dalam segala lapangan."

Sebagai djuga dimana-mana di Timur, kedudukan wanita di Djepang amat lama ditentukan oleh kekuasaan sistim-keluarga. Wanita hanja merupakan sebahagian dari keluarga jang besar itu dengan tidak mempunjai kekuasaan apa-apa dan sebagai perseorangan ia tak berarti sama sekali. Lama-kelamaan keadaan ini dinegeri Djepang pun berubah. Ditanah Djepang pun orang mulai insjaf, bahwa tiap-tiap manusia, djadi tiap-tiap wanita, berhak diperlakukan sebagai perseorangan. Akan tetapi, lebih-lebih dalam lapangan ekonomi, kekuasaan keluarga itu sampai pada penghabisan perang dunia kedua amat beratnja. Dalam tahun 1930 ada 19 juta kaum

41