Dalam tahun 1924 wanita jang tak mengenal lelah ini bepergian mengelilingi Uni Afrika-Selatan guna memperbaiki nasib perantau-perantau bangsa India disana.
Dua tahun kemudian pidatonja dimuka rapat Kongres Nasional India jang banjak mengandung arti itu, berbunji demikian: „Saja, jang pernah menjanjikan lagulagu ninabobok, saja, sebagai lambang "Ibu India", saja sekarang akan menjalakan obor-kemerdekaan. Karena Tuan-tuan telah memilih saja mendjadi Ketua, pada waktu akan terdjadinja beberapa hal jang mahapenting dan putusan jang hebat-hebat akan diambil, Tuan-tuan sudah membangkitkan adat-kebiasaan lama dan mengembalikan wanita India kekedudukannja sebagai jang pernah mereka duduki dalam masa jang gemilang dalam sedjarah India". Pada tahun 1947, wanita jang telah berumur tudjuh puluh tahun ini masih mengambil bagian dalam mempersiapkan Konperensi Antara Asia jang bersedjarah itu (ia mendjadi ketua komisi persiapan) di New Delih, dan ia pula jang mempersiapkan Steleng Besar India di London.
Kedua wanita ini ialah wanita jang terkemuka kedudukannja. Tetapi di daerah pedalaman pun pada masa ini kaum wanita mendjalankan pekerdjaan jang penting. Wanita-wanita jang tjakap memimpin rumah sakit, sekolah-sekolah dan asrama-asrama. Pekerdjaan hakim-hakim wanita amat baiknja. Terlebih tjara mereka mendjalankan pengadilan untuk anak-anak.
90% dari negara India senantiasa masih daerah-desa. Sebab itu amatlah penting kalau semakin banjak kaum wanita dipimpin untuk menjelenggarakan pekerdjaan mendidik dan pekerdjaan sosial didesa-desa. Pekerdjaan mereka sangat berat, karena di India pun terdapat sifat jang umum ada pada manusia: hendak menolak segala "jang baru". Tjara bekerdja jang sudah biasa dari dahulu
59