jang berdering-dering atau uang kertas jang berdesirdesir, jang diperolehnja sebagai upah djerih pajahnja sendiri? „Tidak!" katanja, „saja jakin, bahwa kebanjakan orang perempuan akan merasa sangat bahagia bila mereka dapat bekerdja untuk keluarganja atau rumah tangganja sendiri. Sebaliknja tentulah hendaknja ia diberi kesempatan, menurut kehendaknja sendiri, bekerdja diluar rumah.
Seorang perempuan jang ingin sekali mendjadi tabib atau djururawat, hendaknja dibolehkan dan diberi kesempatan itu, sekalipun ia bersuami. Dan sajapun jakin, bahwa adalah suatu hal jang baik untuk tiap-tiap perempuan kalau ia djuga menaruh perhatian pada hal-hal jang terdapat diluar lingkungan keluarganja, seperti persatuan kaum wanita didesanja, kewadjibannja terhadap rumah anak-anak terlantar dsb. jang meminta waktunja sehari atau dua dalam seminggu. Akan tetapi Tuhan Allah mendjadikan manusia berupa laki-laki dan perempuan, tentu ada MaksudNja. MaksudNja bukanlah supaja laki-laki lebih tinggi kedukannja dari perempuan atau perempuan lebih tinggi dari laki-laki. Bukankah seorang tani tidak pula lebih tinggi kedukannja dari seorang pekerdja pabrik atau sebaliknja, oleh karena masing-masing mempunjai pekerdjaan sendiri-sendiri? Suami dan isteri hendaklah bekerdja bersama-sama, masing-masing sesuai dengan pekertinja, berusaha sebanjak-banjaknja membangun dunia untuk anak- tjutjunja jang lebih baik dari pada dunia jang kita diami sekarang ini."
Mungkin kaum wanita jang membatja buku ini akan berkata bahwa semua ini sedap untuk didengar, akan tetapi bagaimanakah mendjalankan segala-galanja dalam praktek? Kita kaum wanita memang bersifat praktis. Kita biarkan kaum laki-laki memperdebat dan memper-
6