Lebih doeloe ia boewangken itoe dengan merasa enak hati, komoedian dengan berpikir, achir-achir dengan merasa doeka, hingga djikaloe tida beringat pada soempah sendiri, brangkali djoega tida bisa teroes ia boewangken makanan itoe.
Itoe makanan jang doeloe membri rasa 'nak ka padanja, sekacang ini aaa kalihatan olehnja seperti enak sekali; maka sering kali Dantes pegangi pi ringnja itoe makanan sampe lebih dari satoe djam lamanja, dan sedang bagitoe, matanja Dantes me ngawasi sadja pada daging jang telah berbaoe, atawa ikan jang soe lah berek dan roti kasar jang soedah boeloekan.
Tempo-tempo Dantes merasa, jang ia poenjada pandjara tida kalihatan doekana seperti di tempo- tempo jang telah laloe, dan ia (Dantes) poenja hal belon sampe poetoesken antero harapaa : ia poen saorang masih moeda, tida ada lebih toewa dari doewapoeloeh lima atawa doewapoeloeh anem tahon; boleh djadi ia nanti bisa hidoep lagi limapoeloeh tahon, jaitoe doewa kali oemoernja jang sekarang, Di dalam te npo jang bagitoo lama, boleh terdjadi banjak perkara: siapatah taoe, kaloe-kaloe nanti ada hoeroe-hara, hingg* orang petjahken pintoenja benteng d'If dan roeboehken tembok-tembok pan djara, dan lepasken segala orang toetoepan.
Djika beringat sabagimana terseboet di atas ini. Dantes moelai menggigit pada makanan, tapi sigra lah djoega ia moentahken itoe, kerna ia ingat pada