HIDOEP
65
Liong-séng dan 'ntjék Hok-soei tida bisa tahan lagi geterannja sang hati, ia mendjerit dan menangis mengeroeng-geroeng!
'Ntjim Hok-soei dari dalem kamarnja bertreak-treak dan poekoel-poekoel pintoe minta diboekain pintoe! Kapan ia diboekain pintoe dan menampak poetrinja jang tertjinta telah djadi mait, ia mendjerit dan djatoh pangsan!
Tiong-gie seperti orang jang keilangan soemanget. Ia letaken toeboehnja atas pangkoeannja, tjoba paksa rapetken sepasang matanja Tjiap jang tinggal melek, tapi tida bersinar, dan paksa rapetken moeloetnja jang djoega tinggal menggangga, seka dengen setangannja itoe sedikit darah di dalem moeloetnja.
„Tjiap . . . . . . . .” Tiong-gie kata dengen menggeter, „djika kaoe soedah tegah achirken kaoe poenja hidoep, rapetkenlah kaoe poenja mata dan boengkemken kaoe poenja moeloet . . . . . . . .”
Mata dan moeloet itoe dapet di rapetken, kerna belon terlaloe kasep.
