Industrialisasi Intan.
Dan bagaimana dengan pentjaharian intan-berlian di Martapura? Sedjak dahulu hingga dewasa ini, nama Martapura selalu mendjadi perhatian, baik oleh bangsa Indonesia sendiri, maupun oleh bangsa asing, bahkan menarik perhatian luar negeri djuga. Martapura jang menghasilkan intan-berlian, dengan pabrik- pabrik penggosokannja telah dapat memberikan hasil jang baik bagi penduduknja, Orang tentu ingin mengetahui, bagaimana tjara mentjari intan, dan ditempat mana adanja benda berharga jang sampai ratusan ribu rupiah, dan apakah segala matjam batu didjalanan itu ada intannja?
Intan jang terkenal dan baik warna atau tjahajanja ialah intan Tjempaka, atau intan jang diperoleh didaerah perkampungan Tjempaka, dalam Kabupaten Bandjarmasin. Penduduk Tjempaka pada umumnja dan pada mulanja hanja didiami oleh beberapa puluh penduduk sadja, dan sekarang penduduknja sudah bertambah banjak, mendekati djumlah 7500 djiwa. Pada waktu pendulangan intan, atau tempat mentjari intan itu dibuka, banjak diantaranja terdapat orangorang asing jang hendak mengadu untung buat menggali intan, ialah orang-orang Arab dan Tionghoa, dan sampai sekarangpun mereka turut berusaha untuk mendapatkan benda jang berharga itu.
Mendulang intan, tidak ubahnja dengan usaha mentjari mutiara ialah, bahwa intan itu tidak bisa diperoleh kalau dalam mentjarinja tidak menurut petundjukpetundjuk kelaziman orang-orang bahari, jang oleh setengah orang dikatakan „tachjul”. Djika orang belum pernah pergi ke Kampung Tjempaka jang terkenal dengan intannja itu, sudah tentu mereka menjangka, bahwa rumah- rumah jang terletak dikampung itu banjak jang bagus-bagus dan penduduknja kaja-raja, padahal dugaan demikian tidak benar. Penduduk Tjempaka tidak mempunjai penghasilan lain, daripada mendulang, dan untuk ongkos selama mendulang mereka memindjam uang untuk perongkosan selama mentjari intan itu.
Kalau mudjur dan nasib baik, dalam satu-dua hari mereka mendulang sudah dapat intan, dan kalau sedang sial, atjapkali sampai berbulan-bulan, sebutir intanpun tidak diperoleh dan karena itulah mereka tidak ada jang kaja, ketjuali para madjikan jang membeli intan itu. Pedagang-pedagang intan lebih dahulu telah memberi pindjaman kepada pendulang- pendulang dengan perdjandjian, apabila mereka mendapat intan, maka hendaknja intan itu harus didjual kepada pedagang jang telah memberikan pindjaman.
Selain dari Kampung Tjempaka, maka djuga didaerah Pengaron terdapat sumber intan, jang dapat memberikan hasil lumajan kepada penduduk didaerah tersebut chususnja dan penduduk Martapura umumnja. Karena hasil jang diperoleh itu amat baik, pada hakekatnja mendorong kepada beberapa orang kaum hartawan untuk mendirikan pabrik penggosokan intan, dan demkian djuga oleh golongan Tionghoa dulu. Kesulitan-kesulitan dalam pendulangan intan, terutama sekali karena kepertjajaan terhadap tachjul jang mempengaruhi mereka, ada pantangnja, misalnja seorang pendulang intan memulai pekerdjaannja, maka lebih dahulu ia harus menanamkan didalam hatinja rasa keberanian dan keteguhan iman, oleh karena djiwa dan hati jang demikian itu harus ada pada tiap-tiap orang jang hendak bergulat dalam lapangan pentjarian intan.
185