Oleh karena suasana semakin memuntjak achirnja Sultan Tamdjidillah menjerahkan urusan pemerintahannja kepada Kolonel Andressen dan memberi kuasa untuk mendjalankan pemerintahan menurut sekehendaknja didalam bagian keradjaannja. Setelah Kolonel menerima kekuasaan itu, ia mempeladjari surat menjurat tentang apa jang terdjadi didalam keradjaan Martapura maka achirnja dapat dipahami bahwa Pangeran Hidajat harus didjadikan Sultan atau sahabat.
Usaha kolonel Andressen berhasil untuk bersahabat dengan Pangeran Hidajat sehingga kekuatan pasukan Antasari di Pengaron dan Martapura mulai kurang, tetapi dibagian Marabahan dan Pulau Petak terantjam oleh bahaja serangan dari suku Dajak dibawah Temenggung Suropati, dibantu oleh pasukan dari Benua Lima jang dipimpin oleh Djalil, jaitu musuh dari Kiai Adipati Danu Radja. Agak untung sedikit karena salah seorang suku Dajak jang bernama Soeta Ono dengan beberapa orang kawannja di Balai Sihong tetap memberi pertolongan kepada bangsa Belanda, sehingga beberapa orang pendeta Belanda tetap selamat. Sebaliknja pertolongan jang diberikan Soeto Ono dengan kawan-kawannja itu, karena mereka telah terpengaruh dan termakan propaganda para pendeta-pendeta tadi.
Pada tanggal 5–7 Mei 1859 kapal Tjipanas jang bertahan di Bandjarmasin meneruskan perdjalanannja ke Pulau Petak untuk mengambil para pendeta jang berada dikampung Balai Sihong, jang hanja sempat membawa empat orang sadja, karena kapal tersebut tidak berani bertahan agak lama. Sementara itu, tiga orang pendeta bersama anak-isterinja jang masih tinggal di Tanggohan habis dibunuh oleh pasukan Temenggung Suropati, hanja seorang perempuan dengan dua orang anaknja sadja jang dapat dihindarkan.
Kapal Tjipanas dikirim kembali ke Pulau Petak untuk mendjemput pelarian tersebut, tetapi malang baginja, Marabahan telah dikurung oleh pasukan Djalil.
Kolonel Andressen berteriak meminta tolong kepada Pangeran Hidajat dan mengharap agar pada tanggal 15 Mei 1859 datang ke Bandjarmasin. Undangan ini diterima oleh Pangeran Hidajat dengan baik, sementara itu pada tanggal 24 Mei 1859 Kolonel Andressen diangkat oleh Pemerintahnja di Djakarta sebagai Komisaris pemerintah di Bandjarmasin, sedangkan Residen Houthem dipindahkan dan diganti oleh Residen Bosch.
Pada tanggal 4 Djuni 1859 datang pula bantuan dari Djakarta beberapa pasukan laut dan darat dibawah pimpinan Kapten J.A.K. van Haselt. Keradjaan Bandjarmasin dengan mengetjualikan Negara dan tanah-tanah Gubernemen Tanah Dusun, Pulau Petak, Tanah Dajak dan Tanah Laut dipandang dan didjalankan aturan perang.
Pada tanggal 13 Djuni 1859 serdadu-serdadu Belanda didaratkan di Martapura dibawah pimpinan Kol. Andressen. Pangeran Hidajat jang pada mulanja atas permintaan Pangeran Antasari menghindarkan dirinja ke Karang Intan, tiba-tiba datang kembali ke Martapura menemui Kol. Andressen. Kepadanja oleh Kol. Andressen diminta bantuan.
Oleh karena banjaknja serdadu-serdadu jang baru tiba di Martapura, maka Martapura dan Pengaron jang telah dikurung selama 50 hari oleh pasukan Antasari dilepaskan kembali.
377