Perang melawan Tionghoa dan Inggeris.
Dalam abad 17 dimasa Sultan Tadjuddin I memegang tampuk pemerintahan negeri Sambas, pada peristiwa itu perusahaan dari kongsi Tionghoa tambang emas berpusat didistrik Lara, Lumar dan Menterado bernama „Thai Kong“ dan Sam-To-Kiu berpusat di Pemangkat, Seminis dan Sebawi. Perusahaannja ini semakin bertabah madju dan besar djuga, tambah meluas, sehingga hasil produksinja- pun naik dengan berlipat-lipat ganda.
Bahkan bukannja perbandingan ukuran hasilnja sadja jang bertambah pesat dan naiknja, akan tetapi pembangunan perusahaan-perusahaan jang barupun semakin banjak, seperti djamur tumbuh dimusim hudjan. Berhubung dengan keadaan jang demikian keuntungan upeti jang diterima oleh Sultan dari kongsikongsi Tionghoa itu mendjadi bertambah tinggi. Dari sumber-sumber emasnja ini Keradjaan Sambas mendjadi kenamaan, dan menarik perhatian Radja-radja didaerah lain. Diantaranja ialah kepala dari badjak laut jang termasjhur gagah beraninja, bernama Datuk Tjemerlang, Datuk Thuma dan Datuk Akub telah mentjoba datang ke Sambas dari negeri Sulu.
Maksudnja mau menjerang negeri Sambas karena ingin menguasai hasilnja, tetapi hasrat dan tjita-tjitanja gagal , karena mereka sendiri merasa takut dan segan untuk berhadapan dengan Pangeran Anum, jang terkenal keberaniannja. Pada achir tahun 1795 dengan tiba-tiba muntjul suatu peristiwa genting antara Kongsi Thai Kong dengan Sam To Kiu. Kedua belah fihak sudah siap sedia akan bertempur, hanja tinggal menunggu perintah dari kepalanja masing-masing. Pokok-pokok soalnja, disebabkan kongsi Sam To Kiu dengan sengadja telah melakukan perbuatan tjurang , mengerdjakan pertambangan emas pada suatu tempat jang penting dan banjak emasnja didalam perwatasan kongsi Thai Kong. Kesudahannja api persengketaan ini berkobar dan menjala-njala mendjadi perang saudara.
Perlawanan dari Sam To Kiu, dapat dikalahkan oleh Thai Kong karena kekuatannja tidak seimbang, Thai Kong lebih rapi dan banjak mempunjai alat persendjataan. Kemudian pergempuran ini berekor pula, karena Sam To Kiu kembali melawan pada musuhnja itu, setelah mereka minta bantuan kepada Pangeran Anum dan mengikat perdjandjian, bahwa Kongsi Sam To Kiu tidak akan mendurhaka terhadap rakjat Sambas dan keluarganja. Menurut perdjalanan sedjarah dalam tahun 1795-1796, maka setelah angkatan perang Kongsi Sam To Kiu bergabung mendjadi satu dengan angkatan perang Pangeran Anum jang dipimpin oleh Pangeran Anum sendiri, terus menerdjang musuhnja. Kedua belah fihak sama-sama kuat dan berani, hingga lapangan pertempuran meluas sampai kelembah sungai Singkawang.
Disekitar Singkawang, Pangeran Anum dapat merebut dan menduduki beberapa kubu pertahanan musuh. Tengku Sambo' meninggal dunia, ketika sedang melakukan gerakan pembersihan di Menterado. Kehilangan Panglima itu tidak sekali-kali melemahkan semangat perdjuangan angkatan jang dipimpin oleh Pangeran Anum. Achirnja Kongsi Thai Kong dapat dikalahkan oleh Pangeran Anum dan takluk kepadanja. Konon kabarnja, bahwa sewaktu Tengku Sambo' meninggal dunia, kepalanja diambil oleh musuh dan disimpan dalam kelentengnja di Menterado , disembah dan dipudjanja serta didjadikannja sebagai berhala.
399