Perguruan Tinggi Gadjah Mada Partikelir dengan bagian-bagiannja: Fakultas Hukum dan Fakultas Sastera.
Jang memberi sokongan sebesar-besarnja untuk langsungnja pertumbuhan Balai Perguruan Tinggi Partikelir itu adalah Sri Sultan Hamengku Buwono.
Tetapi fakultas-fakultas partikelir ini dibekukan sedjak penjerbuan Belanda di Jogjakarta pada tanggal 19 December 1948.
Pada tanggal 19 December 1949 oleh Pemerintah R.I. didirikan Universitas Negeri Gadjah Mada di Jogjakarta terdiri dari: Fakultas-fakultas Sastera, Hukum, Techniek, Kedokteran, Kedokteran gigi clan Farmasi, Pertanian dan Kedokteran hewan. Masing-masing fakultas itu mempunjai riwajat sendiri.
Pada hari itu ditetapkan djuga adanja Senat Universitas Negeri Gadjah Mada. anggauta-anggautanja: Prof. Ir. Wreksodiningrat, Prof. Mr. Dr. Djokosutono, Prof, Dr, Prijono, Prof. Mr. Soenarjokolopaking, Prof. Dr. Johannes, Prof. Mr. Pringgodigdo, Prof. Soetopo, Prof. Mr. Wirjono Prodjodikoro, Prof. Di-. Abutari, Drs. Suparwi, Ir. Harjono, Prof. Drs. Notonegoro (Secretaris), dan Prof. Dr. Sardjito, (Ketua).
Susunan Dewan Kurator: Sri Paku Alam VIII (Ketua), Sutardjokartohadikoesoemo (Wakil Ketua), anggauta-anggautanja: Dr. Kodijat, Ki Hadjar Dewantara,
Prof. Ir. Wreksodiningrat, Mr. Hadi, Ir. Goenoeng Iskandar, kemudian ditambah Sri
Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Ketua Kehormatan; Mr, S, Poerwokoeseomo,
Samadikun, dan Mustadjab sebagai Anggauta.
Instituut Pasteur dan Perguruan Tinggi Kedokteran
Dikutip dari pidato Dies Natalis Universitit Gadjah MadaJogjakarta 19 December 1950 oleh Prof. Dr. Sardjito, antara lain:
Jang akan saja sadjikan pada Dies Natalis, Hari Ulang tahun jang pertama dari Universitas Negeri Gadjah Mada Jogjakarta, jalah buah penjelidikan jang saja djalankan diwaktu perdjuangan pada tahun 1946-1947, diwaktu saja memimpin Instituut Pasteur dan Perguruan Tinggi Kedokteran di Klaten.
Penjelidikan didjalankan untuk me,ngat<!.si Jesulitan-kesulitan dalam pembikinan vaccin-vaccin, obat-obat suntikan berhubung dengan kekurangan bahan-bahan penting jang disebabkan oleh blokkade musuh.
Didjaman Djepang, dan djuga dalam permulaan Indonesia. Merdeka, obat-obat itu dibuat di Instituut Pasteur di Bandung. Karena penjerbuan lnggris dan Belanda di Bandung dalam bulan Oktober 1945, maka Pegawai lnstituut Pasteur harus pindah ke Klaten untuk meneruskan pekerdjaan dari lnstituut tersebut di Daerah Republik.
Pekerdjaan pemindahan ini dipelopori oleh tuan R. Sukarnen almarhum, pegawai Tinggi dari lnstituut Pasteur jang mendapat dan mengatur tempat dilaboratorium dari Proefstation dari Verenigde Klatensche Cultuur Maatschappijen.
Kesimpulan tersebut diatas, kita mengerti bahwa be:rdirinja fostitmit Pasteur dan Perguruan Tinggi Kedokteran Indonesia itu atas inisiatip Presiden Universitas: Prof. Dr. M. Sardjito, pada permulaan Indonesia Merdeka ada di Bandung, sedjak
Oktober 1945 sampai 1947 pindah di Klaten, dan dipimpin oleh beliau sendiri.
102