Halaman:Kota Jogjakarta 200 Tahun (1956).pdf/154

Halaman ini tervalidasi

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:

  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Pada tahun 1792 setelah Pangeran Adipati Anom naik tachta menggantikan

ajahanda dan bergelar Hamengku Buwono II berkenan membuat gamelan laras pelog dengan tambahan ritjikan: 1. Kenong.
2. Sekar dlema (bjeng).
3. Tjluring.
4. Kenong laras Nem.
5. Kreseg (dibuat dari kulit brambang dimasukkan dalam kreneng).

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:

  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Sri Sultan Hamengku Buwono V pada tahun 1844 berkenan membuat tjlempung

serta menambah ritjikan saron mendjadi 8 dan demung mendjadi 4 djumlahnja.

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:

  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Pun pula beliau berkenan menambahkan alat-alat musik seperti tambur, selompret, biola, seruling, dan sexofon pada gamelan jang melulu untuk mengiringi pada

keluar serta masuknja beḑaja atau dari prabajeksa.

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:

  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Pada tahun 1874 maka K.G.P.A. Mangkubumi adik Sri Sultan Hamengku

Buwono VII gender barung dilengkapi dengan gendèr penerus.

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:

  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]G.P.H. Soerjopoetro beserta K.P.A. Tjakradiningrat jang kelak mendjadi Pepatih

dalem dan bernama B.K.P.A.A. Danuredja maka pada tahun 1899 menambah djumlahnja gamelan dengan: 1. Gong sijem laras Gulu.
2. Kempul laras 5.

3.  <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:

  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]] „  <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  2. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]] „  <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  3. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]] barang.

4.  <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:

  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]] „  <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  2. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]] „  <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  3. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]] Penunggu

5. Kenong  <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:

  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]] „  <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
  2. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]] barang dan penunggul.

6. Gong suwukan laras barang dan penunggul.
7. Gender panembung.

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:

  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Semendjak waktu itu maka umumnja setiap gamelan lengkap diluar lingkungan

Keraton memakai kenong dan kempul 8 matjam laras. Gamelan Keraton tetap seperti zaman bahari, bahkan gender peneruspun tak pakai.

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:

  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Semasa masih nama K.G.P. Anom Hamengkunagoro, maka Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada tahun 1916 berkenan membuat gamelan ragam baru

jang seterusnja setelah beliau naik tachta dimasukkan dari Kadipaten ke Keraton hingga sekarang.

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:

  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]R.M. Djajadipura seorang tokoh seni jang kuat, amat mahir dalam bermatjam-

ragam, kesenian Djawa sehingga mendjadi parampara masjarakat seni Jogjakarta, dalam usahanja menjempurnakan seni Karawitan.

Maka beliau membuat:
a) Kempul laras djangga alit.
b) Kempul laras dada alit.
c) Suwukan laras dada ageng.
d) Suwukan laras nem ageng.
e) Kenong laras dada ageng/alit.
f) Kenong laras djangga ageng/alit.

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:

  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Seperti masjarakat ramai telah maklum maka pemakaian gamelan-gamelan tersebut diatas seperti dibawah ini:

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:

  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Kangdjeng Kjahi Guntur Laut (Monggang) dibunjikan setiap Hari Garebeg serta watangan sebagai penghormatan kedatangan Sri Baginda.

 <td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:

  1. CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Kangdjeng Kjahi Kebo Ganggang (Kodok ngorek) dibunjikan setiap hari Garebeg, adu-adu chewan atau merampok harimau.122