Sedjarah perkembangan Pemerintahan
Kotapradja Jogjakarta.
(oleh: K. R. T. Dipodiningrat).
SUSUNAN PEMERINTAHAN KASULTANAN DAN PAKUALAMAN SEDJAK TAHUN 1755.
- Susunan pemerintahan mulai berdirinya Ngajogjakarta Hadiningrat pada tahun 1755 (Perdamaian Gianti) dan dipimpin oleh S.P. Sultan Hamengku Buwono ke I adalah seperti berikut:
- Najoko urusan dalam:
- Kanajakan Keparak Kiwo dan
- Kanajakan Keparak Tengen, mengurus soal-soal jajasan dan pekerdjaan umum.
- Kanajakan Gedong Kiwa dan
- Kanajakan Gedong Tengen, mengurus soal-soal Hatsil dan keuangan.
- Najoko urusan luar:
- Kanajakan Siti sewu, mengurus caabat tanah dan pradja.
- Kanajakan Panumping dan
- Kanajakan Numbakanjar, mengurus soal-soal pertahanan.
- Kanajakan Bumidjo, mengurus soal-soal seperti Siti Sewu.
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Kedelapan Najoko ini mewudjudkan Dewan Menteri, diketuai oleh Pepatih
Dalem, jang memegang putjuk pimpinan didalam Negeri. Susunan seperti diatas diadakan sedjak tahun 1755, ketika keradjaan Mataram dibagi 2 menurut perdjandjian
Gianti. Pada waktu itu segala sesuatunja djuga dibagi 2 seperti keadaannja daerah,
pegawai, pusaka Keraton dsb.
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Kanajakan pada waktu itu djuga dibagi 2, Solo mendapat 4 Najoko dan Jogja
djuga 4 Najoko. Kemudian djumlah Najoko dan pegawai lain-lainnja ditambah sendiri
Oleh Keradjaan masing-masing hingga lengkap.
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Sifat pemerintahan adalah pemerintahan Militer. Masing-masing Najoko mendjadi panglima, mempunjai tentara sendiri, dan apabila perlu masing-masing Najoko
pergi kemedan pertempuran.
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Pegawai Keraton jang sekarang masih sowan tjaos (bermalam di Keraton) dahulu
dimaksud mendjaga keamanan negeri.
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Lama-lama menurut perkembangan zaman, maka para Najoko lalu hanja
memegang pemerintahan sipil, dan selandjutnja staf Kanajakan diperketjil hingga
tinggal 40 orang pegawai terdiri dari Bupati Kliwon, Panewu Sepuh pernah, Panewu,
Panewu Gebajan, Mantri, Tjarik, Gebajan dsb.
<td style="text-align: center; padding:0.3em; border: solid 1px #a3b1bf; font-size: 110%; background-color:
- CEE0F2; width: Kesalahan ekspresi: Karakter tanda baca "[" tidak dikenal.%;">[[{{{link}}}|{{{tab}}}]]Najoko urusan dalam mempunjai daerah Kota. Jogjakarta dan Keraton, sedang
Najoko urusan luar mendjalankan pemerintahan diluar kota dan mereka dibantu oleh
Bupati Tamping.
39