mempunjai hubungan sedjarah dalam ,,sedjarah lahirnja Jogjakarta". Tetapi penjelidikan-penjelidikan saja kearah itu, djuga tidak mendapatkan hasil sebagai jang saja harapkan semula, sebab hampir semua bekas-bekas atau tempat-tempat jang bersedjarah dan atau mempunjai hubungan langsung dengan sedjarah ,,lahirnja Jogjakarta" itu kini sama sekali tidak terpelihara, hampir semuanja sudah musnah, dan kalau masih nampak, hanja tinggal kumpulan puing jang sangat menjedihkan. Tjatatan-tjatatan jang berkenaan dengan bekas-bekas atau tempat-tempat itu, sama sekali tidak ada, ketjuali tjeritera-tjeritera dari beberapa orang tua jang berumah tangga dikanan-kiri tempat-tempat itu, jang merupakan dongèngan-dongèngan beraneka-rupa, bahkan jang satu dengan jang lain bertentangan.
Kesulitan-kesulitan jang saja hadapi ini, saja rasa akan dihadapi djuga oleh lani-lain orang jang ingin menulis soal-soal jang berhubungan dengan sedjarah kita, meskipun tidak demikianlah keinginan saja. Hanja dengan pengalaman-pengalaman ini, bisa ditarik kesimpulan, bahwa didalam kehidupan kita dimasa jang lampau, sangat kurang memperhatikan akan barang-barang jang merupakan dokumentasi, baik jang berupa tulisan-tulisan, baik jang berupa gambaran-gambaran, maupun jang merupakan monumen-monumen jang langsung mempunjai hubungan dengan sedjarah hidupnja orang-orang jang penting dalam masarakat kita. Tentu sadja jang saja maksudkan, bukannja hanja jang mempunjai arti ,,baik" sadja, tetapi meskipun jang ,,bagaimana djuga djeleknja”, benda-benda itu tetap berharga bagi sedjarah, sebab sedjarah tidak dapat ditipu atau disulap; sedjarah memberi didikan kepada keturunan kita jang akan datang, untuk meneropong sebab-sebab dan akibatnja tjarahidup leluhurnja jang telah lampau, guna menempuh penghidupan dan kehidupan jang akan datang, supaja lebih sempurna dari pada jang pernah dialami dimasa jang lampau.
Demikianlah kesulitan-kesulitan jang saja hadapi dalam mengerdjakan beban jang diserahkan oleh Panitia Peringatan 200 tahun Kotapradja Jogjakarta bagian penerbitan. Dengan demikian, ketjil sekali harapan saja akan bisa mengisi kekosongan-kekosongan jang terdapat didalam sedjarah Indonesia pada umumnja dan Jogjakarta pada chususnja.
Wassalam, Penulis.