— 9 —
Yashodhara (sasoedah berdiri mengawasi itoe orang-orang bekerdja) : — Sari, marih sini ; kaoe djangan berlakoe terlaloe keras pada itoe dajang-dajang, sebab poetra-makota poenja sikep moeroeng, toeroet pendapetankoe, boekan meloeloe dari lantaran meliat itoe kembang-kembang jang lajoe dan rontok. Kalakoeannja banjak berobah, dan sering doedoek termenoeng-menoeng memikir, pada sasoedahnja bikin perdjalanan tiga kalih ka loear astana bersama-sama Tjanna boeat saksikan pemandangan di dalem negri.
Sari : — Apakah toeankoe tida tjoba tanja sebabnja?
Yashodhara :'— Beberapa kalih akoe telah menanja, tapi Poetra-makota tida maoe terangken, itoe rêsia ia lebih soeka simpen sendiri.
Sari : — Brangkalih ia merasa berat aken terangken pada toeankoe, lantaran hatinja terganggoe oleh saroepa penjakit jang sering menghinggapi pada orang-orang moeda.
Yashodhara : — Apakah jang kaoe maksoedkèn, Sari?
Sari (menjembah):— Riboe ma'af, toeankoe jang moeliawan ! Patik soedah berlakoe lantjang . . . . . dalem doega'an . . . . .
Yashodhara : — Doega'an bagimana, Sari?
Sari (menjembah) : — Terlebih doeloe patik moehoen ma'af diperbanjak. . . .
Yashodhara (dengen roepa tida sabaran): — Ja', tida apa, bilang sadja, akoe ingin taoe kaloe-kaloe doega'anmoe ada bener.
Sari (menjembah dan bongkokin diri): — Poetra-makota djarang sekalih kaloear dari astana dan tida perna bertemoe orang salaennja jang berdiam disini. Siapa taoe, toeankoe, pada koetika ada dalem perdjalanan, hatinja merasa ketarik pada paras tjantik . . . . ma'af, toeankoe, patik berlakoe lantjang ! . . . . . maski di ini negri tida