— 10 —
lau Djawa akan timboel jang dipimpin oleh seorang jang berkoelit koening dan akan beroleh kemenangan boeat beberapa lama". Dalam perkataan sindirannja tertoelis „ akan memerintah setahoen djagoeng ."
Tidakkah ramalan itoe kemoedian terboekti dengan kemenagan seorang Tionghoa Djawa bernama Mas Garendi jang dalam waktoe jang singkat menggemgam kota Kartasoera ?
Dimasa Empoe Sedah, pengaroeh bangsa Tionghoa makin lama bertamah besar.
Telah pada tempatnja bangsa Tionghoa itoe seboleh-bolehnja mempergoenakan bangsawan Djawa sebagai perkakas oentoek memenoehi kepentingan ekonomi mereka !
Bila maksoed ini tak berhasil dengan pengaroehnja itoe, ada kalanja dengan djalan revoloesi mereka mentjoba-tjoba mereboet pemerintahan negeri. Tetapi soepaja mereka dapat tetap memperoleh kemenangan mestilah mereka lebih koeat atau mendirikan satoe kelas. Mereka haroeslah mendjadi anak negeri atau bertjampoer darah dengan boemipoetera. Baroelah mereka dapat menakloekkan radja dengan perantaraan kaoem tani jang tidak senang itoe. Karena bangsa Tionghoa dalam hal sosial tetap tinggal dalam ke Tionghoaannja dan tak memperoleh pertolongan militer dari tanah air mereka, maka tak lamalah mereka sanggoep mempertahankan kemenangan atas radja-radja Djawa itoe.
Roepanja Empoe Sedah mengerti betapa kebentjian rakjat dan revoloesi jang akan petjah. Sedang kekoeatan nasional tak tjoekoep koeat menahan revoloesi sosial itoe. Itoelah jang menimboelkan kegoendahannja.
Di Keradjaan Modjopahit berdiri beberapa peroesahaan batik, genteng dan kapal dengan kapital jang tjoekoep besar. Dalam beberapa peroesahaan bekerdja berpoeloeh-poeloeh ratoes kaoem boeroeh. Nachoda-nachodanja telah ada jang dengan kapal-kapalnja berlajar sampai ke Persia dan Tiongkok. Boleh djadi soenggoeh besar modalnja, jalah modal, orang asing. Saudagar-saudagar jang kaja dibandar-bandar seperti Ngampel, Geresik, Toeban , Lasem, Demak dan Tjrebon agaknja mereka itoe bangsa asing atau jang soedah bertjampoer darah dengan orang2 Djawa. Nachoda Dampoe - Awang, menoeroet tjeritanja jang berlebih-lebihan mempoenjai kapal jang lajarnja setinggi goenoeng Bonang dan kekajaannja kerapkali didjadikan ibarat, rasanja seorang Tionghoa - Djawa. Satoe stastistik dizaman itoe tak ada pada kita ! Tetapi banjak , bangsa jang diam dipoelau Djawa dapat diboektikan dengan perkataan seorang poedjangga Modjopahit, bernama Prapantja, „ tidak berhenti-hentinja manoesia datang berdoejoen-doejoen dari bermatjam-matjam negeri”. Dari India-Moeka Kembodja, Tiongkok, Annam, Tjampa, Karnataka, Goeda dan Siam dengan kapal disertai tidak sedikit saudagar ahli ahli agama, oelama dan pendeta Brahma jang ternama, siapa datang didjamoe dan soeka tinggal".
Soedah tentoe, pendoedoek bandar-bandar jang makin lama makin madjoe itoe merasa beroleh rintangan dari kaoem bangsawan diiboe kota. Sebagaimana terdjadi dinegeri Eropah, pendoedoek bandar meminta hak politik dan ekonomi lebih banjak. Dari pertentangan antara pesisir dengan darat, perdagangan dengan pertanian, pendoedoek dengan pemerintah timboellah satoe revoloesi jang membawa poelau Djawa kepoentjak ekonomi dan pemerintahan.