— 12 —
Taroenadjaja tak dapat melawan kekoeasaan Belanda jang memakai sendjata asing (Barat). Maka koetjing melihat keadaan ini dan oentoek pertama kali dipergoenakannjalah politik „divide et impera” memetjahbelahkan dan mengoeasai, jang masjhoer itoe. Sesoedah radja Mataram berdjandji kepada Koempeni Hindia Timoer memberikan kekoeasaan dan tanah, moelailah setan-setan itoe bekerdja .
Penembahan di Madoera seorang kawan dari Taroenadjaja disoembat oleh koempeni Hindia Timoer dengan mas intan dan perkataan jang manis-manis hingga dapat mereka berpegang tangan. Sekarang Taroenadjaja berdiri diantara „tiga api” Belanda, radja, dan kawannja jang lama. Ini lah jang menjebabkan kalahnja Taroenadjaja dengan disaksikan oleh Komepeni Hindia Timoer sendiri !!!
Keradjaan Mataram jang tak semanggah itoe mendapat „kemenangan” atas sokongan jang tak langsoeng dari Koempeni, tetapi namoen sesoeatoe hal jang tak semanggah itoe lambat laoen akan kenjataan djoega seperti jang terboekti pada achirnja.
(6) Diponegoro.
Djalan raja dari Anjer ke Banjoewangi jang mesti mempertalikan daerah -daerah jang dirampok itoe diadakan oleh Goebernoer Djenderal Daendels dengan tjoetjoeran peloeh dan njawa orang Djawa. Proces penanaman kapital djadi teratoer. Tetapi proces itoe boekan dibebaskan oleh bangsa Indonesia. Ia adalah satoe proces paksaan dan tidak menoeroet oendang2 alam. Saudagar dibandar-bandar didesak Pelajaran di Belanda, boemipoetera dilarangnja mempoenjai milik. Pemasoekan katoen dari Barat jang moerah harganja menghantjoerkan monopoli oleh indoestri dan perdagangan , baik jang ketjil maoepoen jang sedang. Boerdjoeasi Djawa atau setengah Djawa dapat meneroeskan kemestiannja, jakni perdjalanan antara feodalisme kapitalisme. Sebaliknja ia diperas sampai kering, oleh kapital Barat dan perkakasnja, feodalisme Mataram jang hampir tenggelam itoe.
Seorang anak djantan dengan kemaoeannja jang keras seperti badja, pengaroeh laksana besi berani, jakni seorang laki-laki jang didalam dadanja tersimpan sifat- sifat poetera Indonesia sedjati, tak berdaja merobah nasib jang malang itoe. Djika Diponegoro dilahirkan di Barat dan menempatkan dirinja dimoeka satoe revoloesi dengan sanoebarinja jang soetji itoe, boleh djadi akan dapat menjamai perboeatan-perboeatan Cromwell atau Garibaldi. Tetapi ia „menolong perahoe jang botjor ”, kelas jang akan lenjap. Perboeatan-perboeatannja meskipoen penoeh dengan kesatriaan, dalam pemandangan ekonomi adalah kontra revoloesioner. Dan sangat scesah memastikan, apakah Diponegoro dalam pemandangan politik sebab tak dapat disangkal lagi, bahwa tjita - tjitanja : „ Singgasana keradjaan Mataram ” . Satoe kekoeasaan jang moedah berobah mendjadi kelaliman.
Diponegoro menoendjang kesoeboeran modal serta perloeasan djalan. Karena itoe ia menghalang -halangi kenaikan penghasilan, atau setjara ekonomi kontra revoloesioner. Tak pernah kita batja , bahwa ia menentang kapital- imperialistis dengan menghidoepkan kapital nasional. Pendeknja, ia tidak mempoenja program politik atau ekonomi. Ia merasa