27
Toekang2 besi _ segolongan boeroeh jang besar gadjinja dinegeri-negeri lain di Soerabaja sangat rendah gadjinja, diam dikandang andjing, makanan, pakaian dan keperloean hidoep lain-lain ta' tjoekoep, hingga kekallah mereka djadi mangsa lintah darat Tionghoa dan Arab, Kita masih mendengar, gadji mereka antara 30 dan 40 roepiah jang di Soerabaja kota dagang itoe, berarti sekedar penghalang djangan sampai mati sadja.
Siapakah nama Goebernoer Djenderal jang pada soeatoe hari dengan maloe2 mentjeritakan, bahwa beriboe-riboe koeli tidoer dipelaboehan Djakarta, sebab cepah mereka tidak tjcekcep oentoek penjewa goeboek jang sangat ditjintai oleh orang-orang Djawa? Soedah begitoe memiloekan dan ta' berketentoean nasibnja kaoem boeroeh jang masih kerdja! Ba-gaimana poelakah halnja kaoem penganggoer jang makin lama makin banjak itoe?
Dalam „Verslag van de Suiker Enquete Commissie (katja 99) kita batja kalimat jang sangat berarti : „Agaknja setengah dari keloearga rakjat dipoelau Djawa termasoek orang mempoenjai tanah dan selebihnja hidoep dari peroesahaan dan perdagangan boemipoetera atau boekan. Disana tentoelah beratoes riboe manoesia jang ta' poenja apa apa, jang kadang2 bekerdja pada salah seorang peladang dan dengan tidak pada tempatnja „menamai dirinja tani”. Selain dari itoe dikota-kota tidak sedikit orang jang bergelandangan disepandjang djalan, makan sesoeap pagi dan sesoeap petang. Kita ta' mempoenjai statistik jang lengkap, benar dan sah tentang berapa djoemlahnja.
Tetapi siapa jang pernah tinggal dikota goela seperti Banjoemas, Solo Kediri dan Soerabaja, dan dikampoeng-kampoeng jang kotor dan mesoen sebagai Djakarta, Semarang dan Soerabaja, serta ia soenggoeh memperhatikan penghidoepan rakjat, ia akan tertjengang melihat „kesabaran” dan „kebetahan ” rakjat menanggoeng kesoesahan, bahwa padjak djaoeh me-lewati kesanggoepan perdoedoek, tidak asing lagi bagi orang2 pemerintah.
Semoea dan setiap jang bernjawa (meskipoen dia tidak berpentja-harian) mesti membajar padjak. Koetipan2 dari segala pihak dapat kita terakan, tetapi, sebab kita, anggap tidak berfaedah, ta' perloe kita tam-bahkan disini.
(Sambil laloe kita katakan, bahwa indoestri besar2 dan kongsi2 per-dagangan djoega membajar padjak. Tetapi itoe perkara perdjandjian belaka, karena dengan beberapa djalan padjak itoe dapat ditimpakan keatas kepala rakjat Indonesia jang melarat dan ta' poenja hak lagi itoe.)
Padoux, penasihat pemerintah Tiongkok dalam „Memorandum for the National Commission for study of financial problem”, menentoekan bahwa setiap kepala di Philipina, Indo-China, Perantjis, Siam. Indonesia dan Tiongkok masing2 membajar padjak $7.50, 8.50, 9.50, 15.50 dan 1,20
Djadi jang setinggi-tingginja di Indonesia! Jaitoe doea kali Philipina, hampir doea kali Indo-China Perantjis, dan doea belas kali Tiongkok. Per-hitoengan itoe diambil menoeroet perbandingan sebeloem tahoen 1923. Waktoe itoe masih ada „Inlandsch Verponding” - sạtoe perboeatan hina jang tidak tahoe maloe- sebagaimana jang beloem pernah dilakoekan oleh seseorang radja jang selalim_lalimnja di Djawa.