— 215 —
bisa bantoe sedikit tenaga dalem pergerakan membangoenken negri.“
„Tapi apa maoe di ini tempat bertemoe pada Thaysoe berame, begitoe Lie Eng teroesken perkatahannja: maka boeat ini pertemoehan harep tida ditampik boattjiang poenja soegoehan samangkok arak“
Satelah denger itoe pengakoean dan dapet taoe siapa adanja itoe orang jang diseboet Lie Tjiangkoen, Tjoa Keng dan kawannja rasaken boemi jang ada di bawah kakinja djadi ambles.
Itoe perkatahan ia tida saoeti, hanja dengen toeboeh goemeter ia memandang pada kawan sendiri, moekanja poen djadi poetjet sabagi mait.
Roepanja kaliatan hendak berlaloe.
„Mengapatah Yhaysoe tinggal berdiam sadja ?“ kata poela Lie Eng sambil tertawa: „kita-orang berame jang ada di sini, satoe persatoe hendak persembaken samangkok arak pada Thaysoe, sabagi membales itoe kabaekan dan kamoerahan hati jang doeloe telah djoendjoek. Maka doedoeklah doeloe djangan boeroe-boeroe.“
Tjoa Keng berampat tinggal berdiri sabagi patoeng.
Ong Tjin lantas menghamperi dan sembari mengoeroet djenggotnja jang soeda djadi poeti, ia berkata pada Ko Kioe: