— 32 —
aer mata berkata:
„Toeankoe toch taoe, jang antero pasoekan poenja Liokkoen masi ada mempoenjai ajah boenda, anak istri dan koelawarga dalem ini kota. Djadi maski bagimana keras djoega moesoe menjerang, pastilah itoe anam pasoekan poenja soldadoe nanti mendjaga dan melindoengi dengen soenggoe hati, boleh diharep marika nanti berlakoe mati-matian mendjaga tegoe. Tapi kaloe toeankoe paksa djoega boeat berangkat, dan sasampenja di tenga djalan pasoekan moesoe mengedjar dan balatentara pada boebar, siapatah jang nanti menganter dan melindoengken toeankoe poenja badan mas ? — Inilah harep baginda soeka pikir biar betoel."
Sahabisnja kata begitoe, Lie Kong laloe berdiri. Dan sabelonnja Sri Makota kaloearken perkatahan, ia berpaling pada itoe sakalian bala tentara pengiring Keizer dan berkata dengen soeara njaring:
„Semoea balatentara jang sekarang ada berkoempoel di ini tempat dan jang aken menganter pada baginda, menjaoetlah atas akoe poenja pertanjahan: apa kaoe berame soeka tinggal mendjaga kota, atawa lebi soeka ikoet pinda?“
„Lebi soeka tinggal mendjaga dengen mati-matian!“ berseroeh itoe semoea soldadoe dengen bernapsoe.