— 338 —
kit poen tida djadi goesar, hanja laloe menghamperi dan moelai menanja:
„S apatah adanja kaoe ini dan tinggal di mana ?" ,,Hamba tida mempoenjai nama, djoega tida taoe dateng dari mana," saoetnja orang itoe dengen roepa ogah-ogahan.
,He, itoelah tida boleh diadi," kata baginda: ,,masatah orang tida taoe siapa namanja dan tida taoe djoega dari mana ia telah dateng."
,Tapi toeh dengen sabenernja ada begitoe, baginda."
,,Kaloe begitoe, kaoe ini memang bertempat di sini, brangkali?"
,,Boekan, hamba ini orang pengoembara'an, jang berdjalan koelilingan dengen tida taoe ka mana jang maoe dipergiken dan ditoedjoe. Hamba-berpoeter-poeter di salebar doenia dan kaloe tjape lantas mengaso dengen zonder tjari taoe lagi di mana tempat jang hamba brenti."
„Dengen maksoed apatah?"
Tida bermaksoed apa-apa, toeankoe."
Radja Siamlo pandang orang itoe sekoetika lama. Bermoela radja maoe anggap jang orang itoe brangkali berotak miring. Tapi kaloe diliat parasnja jang bersi, njatalah ia tida edan. Atas pertanjahannja baginda lebi djaoe, orang itoe toetoerken: bahoewa pengoembara'annja di koeliling doenia tida bermaksoed apa-apa, hanja