Mereka mengatakan: "O, Bapak Pengukir, Bapak telah mengukir gambaran kami dan kami mempunyai mata, akan tetapi tidak dapat melihat kami mempunyai mulut, akan tetapi tidak dapat berbicara, kami mempunyai kuping, akan tetapi tidak dapat mendengar, kami mempunyai tangan akan tetapi tidak dapat memegang. Kami mengutuk Bapak Pengukir," Datu itu menjawab: "Jangan kutuk saya, akan tetapi pisau inilah, karena jika tidak dengan itu saya tidak dapat mengukir gambaranmu";. Pisau itu menjawab: "Jangan kutuk saya, akan tetapi tukang besi itulah, karena jika ia tidak menempa saya, saya tidak akan pernah menjadi sebilah pisau. "Tukang pandai besi berkata: "Jangan kutuk saya, akan tetapi pengembus/puputan itulah, karena jika tidak dengan tiupannya saya tidak akan dapat menempah sesuatu apa". Pengembus/puputan berkata: "Jangan kutuk saya akan tetapi Guru Hatiabulanlah, sebab jika ia tidak memerintahkan bertindak seperti yang kami perbuat, kami tidak akan pernah melakukan pekerjaan ini".
Sepanjang mengenai guru Hatiabulan roh itu kembali berbicara dari mulut tukang sihir itu: "Saya kutuk kamu Bapak dan juga kamu Ibu yang melahirkan saya," setelah Guru Hatiabulan mendengar ini ia menjawab: "Jangan kutuk saya, akan tetapi kutuklah dirimu sendiri. Kau yang telah terjerumus/jatuh kedalam lubang, kau yang dibunuh dengan lembing dan kamu yang tidak mempunyai keterunan". Lalu roh itu berkata: "Jikalau begitu semestinya, Bapak pergunakanlah saya dari sekarang sebagai:
- Penangkal pada musim hujan;
- Pemanggil hujan pada musim kemarau;
- Penasehat dalam pemerintahan dalam negeri;
- Teman seperjuangan dalam peperangan; dan
- Sumber penyebab dalam kebusukan/kerusakan dalam penyakit dan kematian dan dalam pada itu daya kekuatan untuk menyusut pencuri dan perampok." Sesudah ini upacara berakhir semua pergi mengikuti jalan masing-masing.8)
Pada uraian terdahulu telah disebutkan bahwa suku Batak ituserumpun adanya. Maksudnya bahwa kepercayaan, adat-istiadat pada umumnya mempunyai kesamaan satu dengan lainnya. Demikian juga tentang tongkat mukjizat Tunggal Panaluan. Hampir setiap suku me-
––––––––––––
8) Batara Shangti Op. Cit., hal. 365, 366, 367, 368.
52