11
biskan hasil paberik dalam negara. Pada hal Djerman haroes mendjoeal barang keloear negera oentoek dapat membeli bahan mentah. Sedangkan dalam perdagangan bahan-bahan mentah ini Inggeris jang berkoeasa, tapi ia jang enggan menolong Djerman. Itoelah artinja berkonoloni, itoelah poela enaknja orang mempoenjai djadjahan! Tetapi tidak enak bagi jang lain.
Maka sebab itoe doenia teroes tjektjok sadja!
Sekarang kalau gadji jang ditoeroenkan, maka pasar dalam negeri jang menjadi koeroes. Sebab, dalam negeri kapitalis toelen seperti Djerman adalah lebih koerang 3/4 dari pada djoemlah kaoem boeroeh jang hidoep dari gadjinja.
Maka bagaimana mereka itoe bisa membeli, kalau gadjinja semakin ditoeroenkan? Djadi : kemari salah, kesana salah!
Orang Djerman mentjoba memoetar-moetar roda ekonomi dan memoetar-moetar otaknja. Tetapi terpaksa djoega kembali kepada pokok — pangkalnja soal: haves dan have — nots. Jang dipikirkan Djerman tjoema: Kita mesti poenja koloni! Mendapatkan koloni dengan politik tjoerang, dengan mereboet, dengan mendesak, kita orang Indonesia tidak setoedjoe. Dengan Djerman tak setoedjoe, dengan Inggeris dengan siapapoen tidak! Tetapi menoeroet hemat kita jang membawa Djerman kearah politik—perang itoe tak lain dan tak boekan karena doenia mesti terbagi atas „haves” dan „Haves—nots” itoelah! Lantaran masih ada Negara jang satoe doea bidji warganja mesti dilajani oleh 1/2 djoeta boedak poetih dan hitam. Alat peranglah jang dibikin Djerman. Kita masih ingat kapal Djerman jang hebat, tank raksasa, kapal selam, meriam! Semoea itoe Djerman bikin, bikin! Kaoem boeroeh kerdja lagi. Mereka djalan teroes,