Halaman:Warisan Seorang Pangeran 01.pdf/32

Halaman ini telah diuji baca

Ia merasa muridnja, „masih hidjau ini“, ada benarnja. Tapi ia telah menerima baik, ia tidak bisa membatalkan.

„Baiklah“, katanja kemudian, „kalau kau bertjuriga, mari kita waspada, kita djangan berpisah satu sama lain !“

Demikian guru dan murid berkemas, lalu bersama² In Soeya, mereka berangkat ke Souwtjioe.

Begitu lekas ia memasuki kantor tie-hoe, timbul tjuriga Tjeng Loen. Ia lihat suasana sepi, tak ada miripnja orang jng sedang bersiap² untuk suatu hadjad walaupun benar pesta nikah bukan akan dilakukan dikantor itu.

In Soeya rupanja hendak menjingkirkan ketjurigaan orang. Ia bilang, sebab pernikahan akan dilangsungkan setjara terpaksa, persiapannja pun tak dibikin setjara umumnja.

Mengenai ini, Tjeng Loen tidak bilang suatu apa, ia tidak menanja melit.

Tibalah hari keberangkatan, Diam² guru dan murid mentjuri lihat sinona puteri tiehoe. Mereka kembali bertjuriga, Nona itu berpakaian mewah, pantas dandanannja untuk seorang puteri wedana, hanja usianja sudah tidak muda lagi dan gerak-geriknja kasar, tidak halus seperti umumnja nona kalangan atas. Pengiringnja djuga tjuma satu budak perempuan. Adalah pengantar laki², pengiring dan serdadu, berdjumlah tigapuluh orang lebih.

Boe Djin Tjoen pernah hendak menanjakan sesuatu, tetapi ia tidak diberi kesempatan bitjara oleh To Tiehoe dan In Soeya, jang melajani dia dan gurunja dengan sangat manis dan telaten. Ada sadja jang mereka utjapkan.

Untuk dahar, tiga kali dalam satu hari, mereka disuguhkan barang hidangan kelas satu. Sebagai pelajan adalah beberapa orang jang sangat radjin, jang tak pernah djauh², Pada setiap penjuguhan arak dan teh, kelakuan mereka sangat hormat, seperti orang melajani pembesar tinggi.

Tjian Tjeng Loen puas dengan pelajanan ini. Ia seperti lupa segala pertanjaannja jang hendak dimadjukan, Tjuma Djin Tjoen sendiri jang masgul hatinja.

Pada saat tibanja djam berangkat, To Tie-hoe sendiri jang mengantar sampai diruang hoa-thia, Tiga kali ia bersodja. Pesannja : „Tjongpiauwtauw, hee-khoa harap kau nanti pandang anakku itu seperti anakmu sendiri, dengan begitu tenteramlah hatiku. Disini

29