40 Tahun PKI  (1960) 
oleh Depagitprop CC PKI

40
TAHUN
PKI

40 TAHUN
PKI

Jajasan „Pembaruan”
Djakarta 1960




disusun oleh

Lembaga Sedjarah PKI







LOAN STACK

GIFT

INTRODUKSI

40 tahun sudah usia PKI.

23 Mei 1920 — 23 Mei 1960.

Pada ulangtahun bersedjarah ini lajaklah djika hasrat mempeladjari sedjarah PKI membesar.

„40 tahun PKI” ini dapat dipakai untuk mempeladjari sedjarah PKI, chususnja untuk memahami lebih dalam karja Ketua PKI Kw. D.N. Aidit „Lahirnja PKI dan perkembangannja”.

„40 tahun PKI” ini disusun oleh „Lembaga Sedjarah PKI”, sebuah lembaga jang berada dibawah CC PKI.

„40 tahun PKI” ini penting dipeladjari, sekalipun dengan ini tidak berarti bahwa sedjarah PKI sudah ditulis setjara memadai.

40 tahun sudah proses pendewasaan PKI. Di-hari datang kematangan PKI tentu akan tambah terasa, dalam kehidupan politik maupun dalam kehidupan sosial umumnja dinegeri kita. Peranannjapun mau tak mau akan kian membesar, kian bersifat menentukan. Takkan mungkin orang memahami PKI hariesok, djika tidak difahaminja PKI harilampau dan harikini.

Dengan ini diantarkanlah „40 tahun PKI” selaku penjambut ulangtahun ke-40 PKI.


Depagitprop CC PKI


Djakarta, 23 Mei 1960.

Pendahuluan

Dengan tulisan ini bukanlah maksud Lembaga Sedjarah PKI untuk menuliskan sedjarah PKI, tetapi tidak lebih daripada menjampaikan tjatatan² jang sudah terkumpul dan segera perlu diketahui oleh umum, chususnja oleh mereka jang sedang berusaha untuk mengerti setjara ilmiah gerakan klas buruh dan gerakan Rakjat Indonesia, chususnja gerakan PKI.

Sedjarah PKI bukanlah sedjarah jang tenang dan damai, tetapi sedjarah jang banjak mengalami pergolakan, sedjarah penuh marabahaja, kesalahan dan pengorbanan. Tetapi djuga sedjarah jang heroik, jang gembira, jang banjak peladjaran dan jang mentjatat sukses². Separoh dari hidupnja, jang sekarang sudah 40 tahun, PKI bergerak dibawah tanah.

Sedjarah PKI pada hakekatnja adalah sedjarah dari perdjuangan klas buruh jang memimpin Rakjat Indonesia untuk kemerdekaan nasional dan demokrasi, menudju ke Sosialisme dan Komunisme. Karenanja dalam sedjarah Indonesia modern, sedjarah PKI menempati kedudukan dan merupakan faktor jang sangat penting.

Dalam keadaan seperti sekarang, menuliskan sedjarah PKI bukanlah satu pekerdjaan jang mudah. Bahan² jang diperlukan masih harus dikumpulkan, penjelidikan² ilmiah harus dilakukan setjara tekun. Untuk ini CC PKI telah membentuk badan chusus, jaitu Lembaga Sedjarah PKI, pada tgl. 25 Oktober 1959. Satu kenjataan djuga bahwa kader² jang langsung mengalami kehidupan Partai disekitar tahun² 1920 — 1926 — 1935 banjak jang telah meninggal. Sedangkan jang masih berada didalam barisan Partai sampai sekarang umumnja tidak memiliki dokumen² atau bahan² lama dari PKI.

Untuk bisa mempeladjari sedjarah PKI setjara objektif, diperlukan sikap jang tepat, penganalisaan dan penjimpulan² terhadap sesuatu persoalannja harus setjara teliti. Ketjenderungan memberi penilaian jang berlebih-lebihan terhadap periode jang satu dan meremehkan periode jang lain harus ditjegah dan harus dihindarkan memberi penilaian² jang hanja bersifat menjalahkan sadja terhadap pengalaman² lama dari Partai. Disamping itu dalam menghargai djasa² kader Partai harus senantiasa diingat peranan massa jang membikin sedjarah itu sendiri.

Bagi kaum Komunis, mempeladjari sedjarah PKI harus ditudjukan untuk lebih memperbaiki pekerdjaan² Partai jang makin berat dan bersegi banjak, pada masakini dan masadatang. Mempeladjari sedjarah Partai berarti mempersendjatai diri dengan pengalaman² PKI jang kaja. Karena pengalaman² itu timbul dari usaha² memadukan kebenaran umum Marxisme-Leninisme dengan praktek kongkrit Revolusi Indonesia, maka kader² Partai dengan mempeladjari sedjarah PKI akan memiliki kemampuan jang lebih besar lagi dalam mempraktekkan dan mengembangkan teori, dan kemampuan jang lebih besar lagi dalam meningkatkan pekerdjaan menggembleng ideologi Partai.

Tulisan 40 Tahun PKI ini disusun dengan berpedoman pada tulisan Kawan D.N. Aidit, Ketua CC PKI, Lahirnja PKI dan Perkembangannja, dan sekaligus djuga merupakan pengisian fakta² sedjarah jang sudah mungkin diisi diantara pilarmerah² jang telah ditantjapkan didalamnja.

Masa Persiapan Pembentukan PKI
Lahirnja Klas Buruh dan Gerakan buruh Indonesia

Sedjak achir abad ke-19 imperialisme Belanda telah menantjapkan kakinja di Indonesia dan melakukan penghisapan ekonomi dan penindasan politik terhadap Rakjat Indonesia. Dalam mengexploitasi Indonesia, imperialisme Belanda terpaksa membikin djalan² kereta-api, fabrik², pelabuhan², dsb.

Dengan timbulnja perusahaan² imperialis itu, tumbuhlah klas baru di Indonesia, jaitu klas buruh. Selandjutnja tidak mungkin bisa ditjegah, bahwa dengan adanja perusahaan² imperialis itu pengaruh kapitalisme merasuk kedalam masjarakat Indonesia. Dalam pada itu klas burdjuasi nasional djuga tumbuh. Dengan demikian masjarakat Indonesia mendjadi masjarakat djadjahan dan setengah-feodal.

Timbulnja klas buruh, muntjulnja inteligensia bumi-putra, lahirnja nasion dan kesedaran nasional serta timbulnja gerakan untuk kemerdekaan, adalah akibat jang tidak bisa dihindari dari politik imperialis.

Sudah sedjak lahirnja klas buruh Indonesia melawan penghisapan kapital, tetapi pada permulaannja perlawanan itu didjalankan tanpa berorganisasi. Baru pada tahun 1905 berdiri serikatburuh jang pertama SS-Bond (Staats-Spoor, perusahaan keretaapi negara). Tahun 1908 di Semarang terbentuk VSTP (Vereniging van Spoor en Tramwegpersoneel) dan banjak anggota² SS-Bond jang kemudian pindah mendjadi anggota VSTP. Sebagai serikatburuh keretaapi, VSTP, sudah memiliki sifat² jang mentjerminkan perasaan dan fikiran massa kaum buruh, dan sikapnja jang tegas menghadapi madjikan.

Kenjataan ini menundjukkan, bahwa klas buruhlah jang lebih dahulu daripada klas² lain mengorganisasi diri setjara modern. Pada tahun 1908 itu djuga sedjumlah kaum intelektuil Indonesia mengorganisasi diri dalam Budi Utomo. Kemudian tahun 1911 burdjuasi dagang mengorganisasi diri dalam SDI (Serikat Dagang Islam) jang pada tahun 1912 berubah mendjadi Serikat Islam (SI).

Didjiwai oleh kegiatan VSTP jang semakin militan, dan sedjalan dengan peluasan kantor² dagang, bengkel², pelabuhan² dan aparat² birokrasi pemerintahan kolonial Belanda maka tumbuhlah gerakan² kaum buruh dan gerakan² Rakjat. Lahirnja organisasi² perdjuangan dari berbagai golongan Rakjat jang dipelopori organisasi² klas buruh ini, merupakan dasar baru bagi gerakan kemerdekaan nasional Rakjat Indonesia.


Terbentuknja PSDH dan Perkembangannja

Atas inisiatif pemimpin² buruh, a.l. H. Sneevliet pada tgl. 9 bulan Mei tahun 1914 di Gedung Marine Surabaja didirikan ISDV (Indische Sociaal Democratische Vereniging) atau Perhimpunan Sosial Demokrasi di Hindia (PSDH), djuga diberi arti Samarata, dengan tudjuan pokoknja menjebarkan adjaran² Marxisme dikalangan kaum buruh dan Rakjat Indonesia. Semaun termasuk orang Indonesia pertama jang mendjadi anggota PSDH. PSDH menerbitkan suratkabarnja sendiri jang berbahasa Belanda, jaitu Het Vrije Woord (Suara Merdeka), pada bulan Oktober 1915, dan kemudian dalam bulan Maret 1918 diterbitkan jang berbahasa Indonesia Suara Rakjat.

Sebagai organisasi politik, PSDH telah menjusun programnja sesuai dengan tuntutan² kaum buruh dan Rakjat, a.l. sebagai berikut:

„Memperdjuangkan kemerdekaan Indonesia;
Mempersatukan kaum buruh dan kaum tani untuk ber-sama² melawan;
Mempersatukan Rakjat, buruh dan tani, segala bangsa dan agama atas dasar perdjuangan klas;
Mendidik Rakjat dengan pengetahuan Sosialisme;
Membangun serikatburuh²;
Membangunkan koperasi untuk kaum tani;
Menerbitkan suratkabar²;
Menjiarkan buku² Sosialisme;
Turut memilih dalam pembentukan badan² perwakilan dan berdjuang dalam badan perwakilan”.

Untuk terutama dapat berhubungan dengan kaum tani, PSDH mengintensifkan pekerdjaannja dikalangan massa SI jang sangat besar djumlahnja, disamping pengaruhnja jang telah kuat dikalangan massa kaum buruh.

Selandjutnja PSDH bekerdjasama dengan Indische Partij (IP) dalam perdjuangan kemerdekaan.

PSDH adalah organisasi jang pertama jang menjebarkan Marxisme atau Sosialisme ilmu kepada klas buruh dan Rakjat pekerdja Indonesia lainnja.

Sesudah PSDH didirikan, pertumbuhan serikatburuh² dan organisasi² Rakjat lainnja makin bertambah tjepat sebagai tumbuhnja djamur dimusim hudjan. Dalam tahun 1916 pegawai² Indonesia dari Djawatan Pegadaian-negeri mendirikan Perserikatan Pegawai Pegadaian Bumiputra (PPPB). Kaum buruh BOW (Burgerlijke Openbare Werken — pekerdjaan umum) mendirikan VIPBOW (Vereniging Inheemse Personeel BOW), para guru mendirikan PGHB (Perserikatan Guru Hindia Belanda), PGB (Perhimpunan Guru Bantu) dan PGAS (Perserikatan Guru Ambachtsschool). Kaum buruh Djawatan Tjandu mendirikan Opiumregiebond van Nederlands Indie (1915) dan de Opiumregiebond Luar Djawa-Madura (1917); buruh douane dengan Perhimpunan Bumi Putera Pabean.

Sangat menarik perhatian bahwa kebangkitan serikatburuh di Indonesia dipelopori oleh kaum buruh atau pegawai pada djawatan² negeri, jang dapat dimengerti karena disini lebih dulu timbulnja kesedaran dan terdapat pemusatan² tenagakerdja, sedangkan diperusahaan-perusahaan partikelir lebih terpentjar-pentjar. Keadaan ini merupakan peletakan batu pertama bagi tradisi revolusioner kaum buruh dan pegawai negeri di Indonesia. Kebangkitan serikatburuh di Indonesia tidak semata-mata terdorong oleh kepentingan perdjuangan melawan penindasan kapitalisme tetapi djuga sebagai akibat penindasan nasional, jaitu penindasan imperialisme Belanda terhadap pembentukan nasion Indonesia.

Adanja kebangkitan berserikat setjara modern dari kalangan kaum pegawai dan buruh negeri, telah mendorong kaum buruh partikelir untuk membangun serikatburuhnja masing², antara lain PFB (Personeel Fabrieks Bond) tahun 1919. Djuga kaum djurnalis Indonesia ikutserta dalam gerakan anti-kolonialisme Belanda dengan mendirikan Journalisten Bond th. 1914. Dalam kegiatan pers ini dan djuga dalam lapangan lain golongan Tionghoa mengambil bagian jang besar.

Mengenai perkembangan gerakan revolusioner di Indonesia pada waktu itu, Lenin dalam tulisannja jang berdjudul Kebangkitan Asia dalam bulan Mei 1913, antara lain mengatakan:

„Kapitalisme dunia dan revolusi di Rusia th. 1905 pada achirnja telah membangunkan Asia”. Selandjutnja dikatakan oleh Lenin: „Suatu perkembangan jang penting jalah penjebaran gerakan demokratis-revolusioner ke Hindia Belanda”. Menurut Lenin, gerakan revolusioner demokratis di Indonesia dilakukan: pertama: oleh massa Rakjat, dimana diantaranja telah bangun gerakan nasionalis Islam, kedua: oleh kaum intelektuil jang dilahirkan oleh perkembangan kapitalisme dan ketiga: oleh orang² Tionghoa jang lumajan djumlahnja jang membawa gerakan revolusioner dari Tiongkok.

Revolusi Februari 1917 dan kemenangan jang gilang-gemilang dari Revolusi Sosialis Oktober 1917 di Rusia, mempunjai pengaruh jang sangat besar pada gerakan revolusioner Rakjat Indonesia. Memindjam perkataan Kawan Mau Tje-tung „Salvo revolusi Oktober menjedarkan kita akan Marxisme-Leninisme. . . . . . . . . Kawan Aidit menjatakan, bahwa „orang² progresif Indonesia tidak ketinggalan dalam menjambut salvo Revolusi Oktober jang besar itu”. (Lahirnja PKI dan Perkembangannja). Diberbagai lapangan didalam masjarakat telah timbul aksi² kaum buruh, kaum tani dan golongan² Rakjat lainnja, sebagai akibat penghisapan kolonialisme Belanda jang semakin intensif selama perang dunia pertama. Pemberontakan² Rakjat telah terdjadi di Djambi (Perang Kelambit) th. 1917, Palembang (Pemberontakan Serikat Abang) pada th. 1918, Tjimareme th. 1919, di Semarang (demonstrasi „Tjaping kropak”) tahun 1918. Bahkan di Surabaja timbul pemberontakan dikalangan tentara kolonial Belanda tahun 1919. Meningkatnja perdjuangan Rakjat Indonesia, ditjerminkan dalam tulisan² pemimpin² PSDH, diantaranja tulisan Sneevliet dalam suratkabar² De Indier dan Het Vrije Woord, jang antaranja menjatakan: . . . . . . . . . . . . bunji lontjeng kemenangan Rusia akan sampai terdengar dikota² dan desa² negeri ini. Disini Rakjatnja hidup menderita, sepandjang abad Rakjatnja sengsara, . . . . . . . . . . . . Revolusi Rusia memberi peladjaran kepada kita. Di Rusia mereka menang sekarang, karena perdjuangannja jang terus-menerus.

„Perdjuangan kita sekarang berat, tetapi tidak boleh lemah, setengah², bimbang atau tidak jakin. Dia menuntut perdjuangan jang penuh dan keberanian jang besar. Tidakkah kalian mendengar lontjeng kemenangan itu? Terus berdjuang dan hasilnja lain tidak, bahwa Rakjat Djawa dan Indie akan menemukan pula kemenangan sebagai Rakjat Rusia: zegepraal (Kemenangan).

Karena tulisannja itu Sneevliet diseret kepengadilan.

Tetapi sebagai pedjuang revolusioner ia memiliki keberanian. Dalam pembelaannja di Pengadilan Semarang November 1917 jang diutjapkan selama 3 hari dia menelandjangi kedjahatan kolonialisme Belanda. Achirnja Sneevliet diusir oleh Pemerintah kolonial Belanda dari Indonesia tgl. 5 Desember 1918. Dalam hubungan ini, Semaun karena menterdjemahkan tulisan Sneevliet tsb. didjatuhi hukuman selama 6 bulan.

Pasang-naik gerakan revolusioner pada waktu ini, telah mendorong kaum buruh untuk menjatukan diri dalam satu vaksentral bernama PPKB (Persatuan Pergerakan Kaum Buruh) dalam kongresnja Desember 1919, di Djokjakarta. Djuga dikalangan kaum buruh kapal, matros dan marine dalam tahun 1917 di Surabaja telah didirikan Dewan Matros dan Marine. Untuk pertama kalinja kaum matros dan marine ini bersama kaum buruh lainnja di Surabaja, telah memelopori peringatan Hari Buruh 1 Mei dalam tahun 1918. Disamping itu organisasi² politik telah bersatu dalam Radicale Concentratie jang didirikan pada tahun 1918.

Karena pengaruh PSDH jang makin besar dikalangan massa anggota SI, maka lahirlah pada pokoknja dua aliran didalam tubuh SI, jaitu aliran revolusioner jang bersikap tegas melawan kolonialisme Belanda dan aliran oportunis jang bersikap lunak dan kompromis, jang pertama dikenal sebagai SI-Merah dan jang kedua sebagai SI-Putih.


Pembentukan PKI

Kemenangan Revolusi Oktober Rusia 1917 jang disambut hangat oleh PSDH dan Rakjat Indonesia, telah menempatkan perdjuangan untuk kemerdekaan Indonesia mendjadi bagian jang tidak bisa dipisahkan dari perdjuangan proletariat sedunia untuk menghantjurkan kapitalisme dan membangun Sosialisme. Arus perdjuangan ini telah membikin aliran kanan dalam PSDH jang diwakili oleh Stokvis semakin terpentjil dan achirnja keluar dari PSDH dengan mendirikan partainja sendiri ISDP (Indische Sociaal Democratische Party) dalam tahun 1917, sebagai tjabang dari SDAP Nederland dan pengikut Internasionale ke-II jang reformis.

Aliran revolusioner jang merupakan majoritet dalam PSDH menjatukan diri dalam gerakan buruh internasional. Ketika Internasionale ke-III terbentuk pada bulan Maret 1919 dan atas seruan Lenin agar setiap Partai klas buruh memakai nama Partai Komunis, maka PSDH tjepat menjambut seruan tsb. PSDH tjabang Semarang jang mewakili djumlah keanggotaan jang terbesar, mengusulkan agar kongres ke-VII PSDH jang akan berlangsung bulan Mei 1920, merupakan kongres perubahan nama dari PSDH mendjadi Partai Komunis Hindia (PKH) atau Partai der Communisten in Indië (PCI).

Ketika Kongres ke-VII PSDH tsb. dilangsungkan tgl. 23 Mei 1920 digedung SI Semarang, terdapat 2 aliran: pertama fihak jang menjetudjui perubahan nama jang dipelopori oleh Semaun, Bergsma, disatu fihak dan kedua fihak jang menentangnja jang dikepalai oleh Hartogh. Pokok² fikiran Hartogh bersumber pada pengchianat² „sosialis-merdeka” Djerman jang telah mengchianati revolusi Djerman tahun 1918 jang terwudjud dalam pernjataannja a.l.: „PSDH harus mendjadi tempat dari segala orang jang menamakan dirinja sosialis dan bekerdja tanpa mempersoalkan diktatur proletariat dan sistim Sovjet. . . . . . . . . proletariat Hindia masih tidur, bangunkan mereka dulu, baru bitjara tentang Komunisme”. Sebaliknja fihak jang menjetudjui perubahan nama menjatakan bahwa PSDH pada hakekatnja telah lama mendjadi Komunis dan tidak mau disebut „Sosialis” jang hakekatnja sosialis-palsu dari Internasionale ke-II. Terhadap pendiri² Komintern jang berdjuang melawan Internasionale ke-II diberikan salut jang setinggi-tingginja. Achirnja, sesudah melalui perdebatan jang sengit dan lama, Kongres memutuskan ISDV (PSDH) dirobah namanja mendjadi PKI dari singkatan Perserikatan Komunis di India atau Party der Komunisten in Indie. Ke-dua²nja disingkat PKI. Putusan ini disahkan oleh hasil referendum dari tjabang² dengan perimbangan suara 33 setudju, 2 menentang dan 1 blanko.

Semuanja ini menundjukkan peranan jang penting dari kaum Marxis Indonesia jang tergabung dalam PSDH jang selama 6 tahun telah menjebarkan adjaran² Marxisme atau Sosialisme ilmu dikalangan klas buruh dan Rakjat Indonesia. PSDH telah meratakan djalan dilapangan politik, organisasi dan ideologi bagi lahirnja Partai klas buruh Indonesia, jaitu Partai Komunis Indonesia (PKI).

Perkembangan PKI selama ini dapat dibagi dalam periode² sbb.:

  1. Pembentukan Partai dan perdjuangan melawan teror putih pertama (1920 — 1926).
  2. Perdjuangan dibawah tanah dan front anti-fasis (1926 — 1945).
  3. Revolusi Agustus dan perdjuangan melawan teror putih kedua (1945 — 1951).
  4. Penggalangan Front Persatuan Nasional dan Pembangunan Partai (1951 sampai . . . . . . . . . . . . .).

Periode Pertama:

Pembentukan Partai Dan
Perdjuangan Melawan Teror Putih Pertama


(1920 — 1926)

„PKI adalah sintese dari gerakan buruh Indonesia dengan Marxisme-Leninisme. PKI didirikan pada tgl. 23 Mei 1920 bukanlah sebagai sesuatu jang kebetulan, tetapi sesuatu jang objektif. PKI lahir dalam zaman imperialisme, sesudah di Indonesia ada klas buruh, sesudah di Indonesia dibentuk serikatburuh² dan dibentuk ISDV (Indische Social Democratische Vereniging), sesudah Revolusi Sosialis Oktober Besar Rusia tahun 1917. PKI adalah anak zaman jang lahir pada waktunja.” (D.N. Aidit: Lahirnja PKI dan Perkembangannja).

Kelahiran PKI terdjadi dalam situasi revolusioner, dalam situasi gelombang pasang dari aksi² Rakjat terutama kaum buruh melawan penindasan kolonial jang makin kedjam. Sesudah perang kaum imperialis Belanda semakin intensif menghisap Rakjat Indonesia, berhubung semakin banjaknja barang² export Indonesia keluar negeri, keuntungan semakin meningkat dengan tjepat. Sebagai tjontoh, „perseroan dagang Belanda, Handelsvereniging Amsterdam (HVA) telah dapat mengeluarkan 50% dividen untuk tahun 1919, dan 60% untuk tahun 1920. Harga gula meningkat luarbiasa, dari ƒ 5,25 per pikul dalam bulan Djuli 1918 mendjadi ƒ 66,— dalam bulan Mei 1920; kopi Robusta dari ƒ 16,12 per pikul dalam bulan Djuli 1918 meningkat mendjadi ƒ 76,25 dalam bulan November 1919. Tetapi sebaliknja bagi Rakjat, tahun² pertama sesudah perang berarti musim kelaparan.” (D.N. Aidit: Sedjarah Gerakan Buruh Indonesia, hal. 42). Kemiskinan makin meradjalela, kesukaran makin memuntjak, ketidak senangan Rakjat terhadap kaum pendjadjah Belanda makin meluap. Upah riil kaum buruh sangat turun karena naiknja harga² barang import, termasuk barang² keperluan se-hari², sedangkan upah tidak ikut naik atau naiknja tidak sepadan dengan naiknja harga² barang.

Dalam tahun² sesudah perang, telah terdjadi berbagai pemogokan kaum buruh, pemberontakan² kaum tani dan perlawanan golongan Rakjat lainnja, terhadap kekedjaman kolonialisme Belanda.

Situasi revolusioner dalamnegeri berkembang tinggi sebagai akibat dari krisis jang dialami negeri² kapitalis termasuk negeri Belanda jang disebabkan oleh peperangan dunia pertama jang baru selesai. Karenanja semua klas jang dirugikan oleh imperialisme ber-siap² melantjarkan perlawanan jang lebih teratur dan terbuka.

Meletusnja Revolusi Oktober Besar tahun 1917 jang mentjapai kemenangan gemilang di Rusia, memberi inspirasi, kesedaran dan pandangan baru pada Rakjat Indonesia, terutama pada kaum buruh dan kaum intelektuil jang paling madju. Revolusi Oktober tidak hanja memberi suluh dan harapan bagi Rakjat Indonesia, tetapi ia djuga memberi peladjaran jang sangat penting pada Rakjat dan kaum buruh Indonesia tentang lahirnja suatu Partai tipe baru, jaitu bentuk tertinggi dari organisasi klas proletar jang bersendjatakan adjaran² Marx dan Lenin, jang mempunjai anggota-anggota dari klas pekerdja jang paling sedar, jang organisasinja didasarkan kepada prinsip sentralisme demokratis, mempunjai disiplin jang kuat, memakai metode selfkritik dan berhubungan erat dengan massa. Inilah Partai tipe Lenin, Partai Komunis.

Semua ini membuktikan bahwa sjarat² kelahiran PKI telah mendjadi lengkap dan bahwa PKI adalah anak zaman jang akan melahirkan zaman (sadjak D.N. Aidit „Sekarang Ia Sudah Dewasa”, „Bintang Merah”, th. 1956, halaman 188). PKI adalah sebagai anak zaman jang pada waktunja akan melahirkan zaman baru, jaitu zaman dimana tidak ada penindasan atas manusia oleh manusia jang lain, zaman Sosialisme dan Komunisme.


Arti sedjarah dari lahirnja PKI

Berdirinja PKI mempunjai arti sedjarah jang sangat besar, karena sedjak itulah klas buruh Indonesia mempunjai Partainja sendiri. Bagi gerakan kemerdekaan nasional berdirinja PKI mempunjai arti sedjarah jang sangat besar, karena sedjak itulah gerakan kemerdekaan nasional mendapatkan intinja jang sedar. Hal ini dibuktikan dalam perdjuangan PKI selandjutnja bahwa PKI tidak hanja memimpin dan memperdjuangkan kepentingan² klas buruh, tetapi djuga memimpin dan memperdjuangkan kepentingan² klas tertindas lainnja serta kepentingan seluruh nasion, sehingga PKI merupakan Partai jang berdiri didepan dalam perdjuangan nasional untuk menghapuskan imperialisme dan feodalisme di Indonesia. Dengan demikian kelahiran PKI berarti vonis hukuman mati bagi imperialisme dan feodalisme. Dalam arti lain telah dihundjamkan tonggak sedjarah tanda kemenangan, tanda kemerdekaan nasional dan pembebasan sosial Rakjat pekerdja Indonesia.

Kebenaran ini dibuktikan oleh perkembangan sedjarah dari perdjuangan Rakjat selandjutnja. Bahwa sedjak lahirnja PKI, Rakjat Indonesia telah memiliki organisasi perdjuangan jang modern dibawah pimpinan klas buruh jang semakin meluas dan kuat. Demikian pula sedjak itu garis politik dari perdjuangan Rakjat Indonesia pada pokoknja sudah tepat jaitu, perdjuangan anti-imperialisme Belanda. Garis politik jang tepat ini telah menjatukan perdjuangan Rakjat Indonesia dengan perdjuangan Rakjat² dan klas buruh sedunia melawan imperialisme.

Berdirinja PKI djuga mempunjai arti penting dalam front ideologi, jang terletak pada suatu kenjataan sedjarah, bahwa Indonesia jang agraris dan ekonomi terbelakang mulailah terbuka pendobrakan oleh Marxisme (Sosialisme ilmu) terhadap segala matjam pandangan kolot dan idealis jang meratjuni massa Rakjat. Ini adalah suatu peristiwa sedjarah jang penting dalam perkembangan kebudajaan Rakjat Indonesia.


Permulaan tradisi PKI jang baik dalam gerakan buruh

Berdirinja PKI mendapat sambutan jang hangat dari massa luas. Tidak hanja disambut oleh kaum buruh dan kaum tani tetapi djuga dari kalangan serdadu² dan matros² Hindia Belanda. Segera sesudah PKI terbentuk organisasi dan keanggotaannja berkembang tjepat dan meluas ke-daerah². Dalam waktu jang tidak lama kaum Komunis sudah mempunjai pengaruh jang besar dalam PPKB (Persatuan Pergerakan Kaum Buruh). Pada tahun 1920 PPKB telah menghimpun lebih dari 22 serikatburuh dengan keanggotaan seluruhnja 72.000. Pengaruh kaum Komunis terutama dengan melalui VSTP jang terkenal sebagai serikatburuh jang militan.

Dalam Kongres pertama PPKB bulan Agustus 1920 di Semarang mulai kelihatan pertentangan antara aliran revolusioner jang diwakili oleh kaum Komunis dan aliran reformis jang diwakili oleh beberapa pemimpin SI. Aliran reformis mengetjilkan peranan dari vaksentral dan tidak menghubungkan aksi kaum buruh dengan perlawanan anti-kolonialisme. Pertentangan ini tidak dapat diselesaikan dalam kongres, tetapi terdjadi sematjam „kompromi” untuk mempertahankan keutuhan PPKB. Udjud dari „kompromi” ini terlihat didalam susunan pengurus dimana kaum revolusioner dan kaum reformis masih memimpin PPKB bersama-sama.

Sedjak mulai berdirinja, dibawah pengaruh jang besar dari kaum Komunis PPKB sudah dihadapkan pada pekerdjaan jang banjak karena dimana-mana timbul pemogokan², seperti a.l. dalam bulan Agustus 1920 pemogokan kaum buruh diseluruh djalan keretaapi² Semarang — Tjirebon, jang menuntut kenaikan upah serta 8 djam kerdja sehari; di Sumatera Timur pada permulaan September 1920 pemogokan dikalangan kaum buruh keretaapi DSM (Deli Spoor Maatschappij); pemogokan buruh BPM (Bataafse Petroleum Maatschappij) di Pangkalan Brandan. Dalam bulan November 1920 terdjadi pula sedjumlah konflik perburuhan di Surabaja jang menjebabkan petjahnja pemogokan diberbagai perusahaan. Dalam tahun 1921 petjah pemogokan buruh² pertjetakan Belanda di Semarang. Kemudian dalam tahun jang sama pemogokan umum dari kaum buruh gula. Tahun 1923 menjusul pula pemogokan buruh² pegadaian jang diikuti oleh 5000 orang. Pemogokan² itu diantaranja ada jang mengakibatkan penutupan perusahaan², sampai tuntutan² kaum buruh dipenuhi oleh fihak madjikan. Diantara pemogokan² ada jang berlangsung sampai selama 2 bulan. Untuk menindas gerakan buruh, Pemerintah kolonial Belanda bulan Mei 1923 mengeluarkan artikel 161, bis (larangan mogok). Demikianlah pada tahun² selandjutnja pemogokan dan aksi² Rakjat² lainnja makin meningkat djumlahnja.

Pemogokan² kaum buruh pada tahun 1920-1923 umumnja berachir dengan kemenangan² jang memuaskan. Kemenangan² ini memberikan semangat dan kegembiraan berdjuang kepada kaum buruh, mendidik kaum buruh akan pentingnja organisasi dan disiplin. Dalam aksi² ini, telah terbuka pula kebobrokan peraturan-peraturan perburuhan kolonial.

Hampir seluruh serikatburuh ini memiliki organnja sendiri, seperti Suara Bekelai (PPKB), Si Tetap dan Volharding (VSTP), Suara Postel, Suara Buruh Gula, Suara Buruh Tambang, Batery dari buruh mobil, Djangkar dari buruh pelabuhan, dll.

Kemadjuan² jang ditjapai oleh gerakan buruh membikin kuatir pemerintah kolonial Belanda. Jang lebih mengchawatirkan jalah, bahwa pengaruh kaum Komunis dalam serikatburuh² makin bertambah besar. Melihat pengaruh kaum Komunis jang semakin besar ini, pemerintah kolonial Belanda dengan menggunakan kaum reformis berusaha keras untuk memisahkan gerakan buruh dari pengaruh PKI, dengan djalan memetjahbelah PPKB, menimbulkan „stakingbrekers”, mengadu-domba orang² SI dan PKI dalam gerakan buruh, dsb.

Karena bantuan² dan hasutan² dari pemerintah kolonial Belanda kepada kaum reformis, maka pertentangan-pertentangan didalam PPKB makin bertambah meruntjing. Tahun 1921 perpetjahan tidak bisa dihindari dan achirnja terdjadilah 2 matjam vaksentral PPKB jang reformis di Djokjakarta dan Revolutionaire Vakcentrale jang revolusioner di Semarang.

Semua ini membuktikan bahwa sudah sedjak lahirnja, PKI memiliki tradisi jang baik dalam gerakan buruh. PKI tidak hanja memberikan pimpinan jang baik kepada aksi² kaum buruh, tetapi PKI djuga sudah melakukan perlawanan² jang sengit terhadap elemen reaksioner jang merusak gerakan buruh.


PKI pada masa kanak²nja

Segera sesudah berdirinja, PKI menggabungkan diri kedalam Komintern, jang diputuskan oleh konferensinja Desember 1920 di Semarang. Dengan demikian PKI telah menjatukan dirinja kedalam gerakan Komunis internasional.

Takut akan semakin madjunja pengaruh PKI dalam SI, jang berarti semakin meluasnja sajapkiri dikalangan SI, pimpinan sajap kanan SI mengeluarkan peraturan jang melarang anggota²nja masuk dalam organisasi lain, terkenal dengan apa jang dinamakan partai-disiplin. Untuk mengatasi ini, dalam konferensinja bulan Desember 1921 PKI menjetudjui terbentuknja SI Merah, sebagai „onderbouw” PKI. SI Merah ini kemudian dalam konferensi PKI Maret 1923 di Bandung/Sukabumi, diubah mendjadi Sarekat Rakjat (SR). SI Merah dan SR ini mempunjai keanggotaan jang luas dalam kalangan kaum tani.

Dalam Kongres bulan Djuni 1924 di Djakarta di gedung „Alhambra” nama Partai jang pada waktu dibentuknja Perserikatan Komunis India diubah mendjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Selain itu telah disahkan pula anggaran dasar Partai atau „Partai Reglement” jang baru beserta program perdjuangannja. Hoofdbestuur disingkat HB (CC) dipindahkan dari Semarang ke Djakarta. Telah disahkan pula terdjemahan Manifes Partai Komunis dalam bahasa Indonesia oleh Partondo. Kongres djuga telah memilih Alibasah Winanta sebagai Ketua menggantikan Semaun, Budisutjitro sebagai Sekretaris dan antaranja Aliarcham, Alimin, Musso sebagai anggota pimpinan lainnja.

Dalam Kongres PKI di Kota Gede, Jogjakarta, bulan Desember 1924, ditjatat bahwa PKI mempunjai 38 Seksi jang meliputi 1.140 anggota, sedangkan Sarekat Rakjat, „onderbouw PKI”, mempunjai 46 Seksi dan meliputi 31.000 anggota. Dalam Kongres terpilih Sardjono sebagai Ketua menggantikan Alibasah Winanta.

Dilapangan pers, Partai djuga mentjatat prestasi jang tinggi, sebagai alat agitasi dan propaganda, terutama dalam membangkitkan semangat perlawanan Rakjat pekerdja. Disamping Suara Rakjat dan Communique jang merupakan organ central Partai, di-daerah² djuga terbit organ² Partai seperti Api di Semarang. Njala di Djakarta, Mowo di Solo, Proletar di Surabaja, Panas di Sumatera Barat, Titir di Bandung, Djam di Palembang, Berani di Pontianak, Suara Kita di Sumatera Timur, Djago-Djago di Sumatera Barat, De Klok di Djakarta dll. Penerbitan suratkabar-suratkabar Partai ini dilakukan dengan keuletan dan ketekunan jang luarbiasa oleh petugas-petugas Partai. Dengan kemampuan jang masih sangat terbatas Partai membuka kursus² untuk memberikan didikan politik dan ideologi kepada kader² dan para anggota. Kekurangan jang sangat terasa didalam mengadakan kursus² itu jalah, mengenai bahan peladjaran karena buku² teori sebagai akibat dari peraturan² jang dibikin oleh pemerintah kolonial Belanda, dilarang keras masuk ke Indonesia.

Adapun faktor² jang memungkinkan PKI dalam waktu jang singkat berkembang dengan tjepat dan mempunjai pengaruh jang besar dikalangan massa jalah, karena Rakjat sudah sangat menderita sebagai akibat penindasan, penghisapan dan penghinaan kolonialisme. Dalam situasi jang demikian itu PKI tampil kedepan dengan sikap politik jang pada pokoknja sudah tepat jalah, politik anti-imperialisme. Politik Partai ini diperlihatkan oleh kader² Partai dengan segala perbuatannja dalam memimpin Rakjat.

Tetapi, sebagaimana jang dinjatakan Kw. Aidit dalam Lahirnja PKI dan Perkembangannja:

„Simpati jang luas dari massa dan anggota Partai jang banjak tidak dapat dikonsolidasi oleh Partai. Partai memang telah berbuat jang penting dengan membangunkan semangat anti-imperialisme Belanda dikalangan Rakjat, tetapi Partai tidak mampu mengkonsolidasi apa jang sudah ditjapainja”.

Selandjutnja dikemukakan pula kesalahan² pokok pemimpin² PKI ketika itu, jalah:

”Mereka telah mendjadi mangsa dari sembojan² ke-kiri²an, tidak berusaha keras untuk mendjelaskan keadaan, mau memetjahkan semua soal dengan satu kali pukul seperti: melikwidasi feodalisme, melepaskan diri dari Belanda, menghantjurkan semua kaum imperialis, menggulingkan pemerintah jang reaksioner, melikwidasi kaum tanikaja, melikwidasi kaum burdjuis nasional. Dengan sendirinja, akibat dari semua ini jalah timbul persatuan diantara musuh jang sedjati dengan jang bisa mendjadi musuh untuk bangkit melawan Partai. Ini berakibat Partai mengisolasi diri sendiri dan ini sangat melemahkan Partai”.

Mengenai kelemahan² PKI ketika itu, laporan umum Kongres Nasional ke-V PKI bulan Maret 1954, „Djalan ke demokrasi Rakjat bagi Indonesia”, menjimpulkan sbb.:

„Partai masih gelap samasekali tentang perlunja bersatu dengan burdjuasi nasional, dimana slogan Partai jalah ’sosialisme sekarang djuga’, ’sovjet Indonesia’ dan ’diktatur proletariat’. Penjelewengan kekiri daripada ini dikritik setjara tepat dan kena oleh Stalin dalam pidatonja dimuka peladjar² Universitas Rakjat Timur pada tgl. 18 Mei 1925, dimana dikatakannja bahwa penjelewengan kekiri ini mengandung bahaja mengisolasi Partai dari massa dan mengubah Partai mendjadi sekte”.

Anggaran Dasar dan Anggaran Tetangga PKI ketika itu, dengan djelas menundjukkan kelemahan²nja dilapangan organisasi dan program, misalnja: dalam hal „maksud” dinjatakan „mempersatukan proletariat dengan kaum tani untuk melakukan perlawanan klas terhadap modal asing dan bumiputera” disamping ini menggunakan sembojan²sosialisme sekarang djuga, diktatur proletariat dan Sovjet Indonesia”.

Mengenai keanggotaan dinjatakan, selainnja menerima keanggotaan perseorangan djuga organisasi² sebagai anggota luarbiasa.

Karena kesalahan²nja dilapangan organisasi, Partai makin kurang kemampuannja memimpin aksi² Rakjat jang makin banjak djumlahnja dan makin rumit persoalan-persoalannja.

Semua ini menundjukkan bahwa masalah pembangunan Partai ketika itu belum mendapat perhatian jang sungguh² dari pimpinan Partai. Pendidikan teori Marxisme-Leninisme belum diadakan oleh Partai, elemen² oportunis kanan maupun „kiri” meradjalela didalam Partai, prinsip² organisasi Leninis belum dikenal oleh Partai. Demikian pula Partai ketika itu masih gelap samasekali tentang perlunja bersatu dengan klas² lain jang anti-imperialisme termasuk klas burdjuis nasional. Dengan demikian Partai dihinggapi penjakit „kanak²” jang membikin Partai terisolasi dari massa jang luas. Keadaan ini sangat menguntungkan pemerintah kolonial Belanda jang selalu berusaha mementjilkan PKI dari gerakan kemerdekaan nasional. Djelaslah bahwa Partai ketika itu sangat lemah dilapangan ideologi, politik dan organisasi.

Tetapi dengan segala kekurangan²nja, kader² dan anggota² PKI dengan tekad jang bulat, tidak mementingkan diri sendiri dan dengan semangat Partai jang tinggi telah berusaha mengabdikan dirinja pada kepentingan proletariat dan Rakjat Indonesia. Karena itu Partai telah berbuat sesuatu jang sangat penting, jaitu membangunkan semangat anti-imperialisme Belanda dikalangan massa Rakjat Indonesia. PKI adalah Partai jang timbul dibarisan paling depan sebagai kampiun anti-imperialisme.


Perdjuangan melawan teror putih

Untuk menghantjurkan PKI jang semakin meluas pengaruhnja dan semakin meningkatnja aksi² Rakjat sekitar tahun 1925/1926 pemerintah kolonial Belanda mengambil tindakan² jang sangat provokatif, seperti menutup Sekolah² Rakjat jang didirikan oleh PKI, menangkapi pemimpin² kaum buruh dan kaum tani, menutup setjara paksa dan mengadakan penggeledahan dikantor² PKI, SR dan serikatburuh². Disamping itu pemerintah kolonial Belanda membentuk organisasi teroris Sarekat Hedjo, jang telah menimbulkan kekatjauan dan pembunuhan² dikalangan kaum tani, terutama didaerah Priangan. Selandjutnja dikeluarkan pula art. 153 bis dan ter pada bulan Mei 1926 jang melarang kebebasan bergerak, bersidang, berbitjara dan menulis, jang mengakibatkan 30 madjalah dan suratkabar² revolusioner dilarang terbit, dan redaktur²nja ditangkap.

Pemimpin² PKI seperti Aliarcham, Mardjohan, Hadji Misbach, Hadji Datuk Batuah, Natar Zainudin, dll. dinjatakan sebagai orang² jang membahajakan ketertiban umum dan diasingkan. Hanja beberapa orang pemimpin PKI jang di-kedjar² pemerintah kolonial berhasil meloloskan diri keluarnegeri, a.l. Alimin dan Musso.

Provokasi² pemerintah kolonial Belanda ini disambut oleh Rakjat dengan semangat perlawanan jang tinggi. Semangat jang tinggi tetapi tidak diikuti oleh pengorganisasian jang rapi dan kewaspadaan revolusioner jang tinggi pula mengakibatkan timbulnja aksi² spontan jang tak terkendalikan.

Dalam keadaan jang demikian itu, dimana kader PKI banjak meringkuk dalam pendjara, diasingkan, atau diluarnegeri, dengan timbulnja aksi2 spontan kaum tani itu mendjadi lebih² lagi tidak memperoleh pimpinan untuk bisa disalurkan mendjadi aksi² jang terorganisasi sebagaimana mestinja. Situasi ini djustru menguntungkan pemerintah kolonial Belanda jang sudah bersiap-siap menghantjurkan PKI dan gerakan revolusioner lainnja.

Untuk menentukan sikap Partai menghadapi provokasi pemerintah kolonial Belanda jang telah memantjing bangkitnja perlawanan² Rakjat, PKI mengadakan konferensi di Prambanan (Surakarta) pada achir tahun 1925. Didalam pertemuan itu telah ditentukan sikap Partai, untuk melawan provokasi² tersebut.

Karena pengedjaran² jang makin diperhebat untuk menangkap pemimpin² PKI, beberapa anggota CC menghindarkan diri ke Singapura untuk berhubungan dengan pemimpin² PKI lainnja jang sedang berada diluarnegeri. Pemerintah kolonial Inggris di Singapura mentjium djedjak² mereka dan berusaha keras untuk menangkapnja, tetapi berkat keuletannja usaha² itu tidak berhasil.

Sementara itu dibeberapa tempat di Indonesia aksi² Rakjat semakin sengit, bahkan sampai meningkat kepada pemberontakan ketjil²an di-desa². Dalam keadaan jang demikian, meletusnja suatu pemberontakan Rakjat, tidak bisa dihindarkan!

Setelah melihat kenjataan bahwa meletusnja pemberontakan Rakjat tidak mungkin ditjegah, PKI tampil kedepan untuk memberikan pimpinannja, dengan membentuk comite² pemberontak. Ini adalah sikap jang sangat tepat dari Partai. Hanja dengan sikap PKI ini pemberontakan jang tidak bisa dihindarkan itu bisa bermanfaat bagi gerakan Rakjat, karena dengan demikian ia mendjadi aksi politik jang penting.

Dalam persiapan pemberontakan ini tidak sedikit kader² wanita a.l. Munasiah, Sukaesih, dll. jang ikut mengambil bagian aktif, bahkan tidak djarang mereka mendapat tugas untuk melakukan pekerdjaan² jang gawat dan bertanggungdjawab.

Pada malam tanggal 12/13 November 1926 telah meletus pemberontakan kaum tani didesa Menes (Banten). Pada malam itu djuga terdjadi penjerbuan terhadap pendjara Glodok dan Kantor Tilpon Kota di Djakarta.

Pemberontakan² ini mendjalar keberbagai daerah, seperti Priangan, Surakarta, Kediri dll. daerah di Djawa. Kemudian pada malam tanggal 1 Djanuari 1927, terdjadilah pemberontakan di Silungkang (Sumatera Barat).

Pertempuran antara Rakjat dengan alat² pemerintah kolonial di Banten berlangsung sampai satu bulan. Dengan persendjataan jang sederhana Rakjat menjerang pos² polisi, memutuskan hubungan² tilpon, merusak djalan keretaapi, membikin rintangan² djalan, dsb.

Karena pemerintah kolonial Belanda mempunjai persendjataan djauh lebih lengkap daripada kaum pemberontak maka kekuatan² Rakjat bisa dipatahkan satu demi satu. Dalam pertempuran² ini kader² PKI menundjukkan sikap jang gagahberani dan keteguhan revolusionernja mendjulang tinggi. Tidak sedikit kader² PKI harus lebih dahulu mengorbankan djiwanja untuk menjerang tangsi² marsosé dan polisi. Tidak sedikit penduduk Tionghoa jang turutserta dalam pemberontakan Rakjat ini. Mereka mendjadikan rumahnja tempat pembikinan amunisi dan rela mengorbankan djiwanja.

Menghadapi pemberontakan ini, pemerintah kolonial Belanda mendjadi kalangkabut, SOB diumumkan, PKI dan SR dinjatakan sebagai organisasi terlarang, warganegara Belanda dan Eropa lainnja dipanggil untuk memanggul sendjata. Kemudian dilantjarkan tindakan² tanganbesi jang achirnja mengakibatkan kalahnja pemberontakan Rakjat.

Dalam keadaan dimana pemerintah kolonial menggunakan tanganbesinja terhadap PKI, watak kaum reformis Hadji Agus Salim dkk sudah tidak bisa disembunjikan lagi. Mereka setjara terang²an memihak pemerintah kolonial, terang²an mendjadi reaksioner, dan dalam hati mereka sangat bergembira bahwa kekuatan Rakjat dirusak-binasakan.

Sebagai akibat dari kekalahan ini, tidak kurang dari 13.000 orang ditangkap, diantaranja 4.500 didjatuhi hukuman pendjara dan lebih dari 1.300 orang dibuang ketanah-pembuangan Digul. Diantara jang didjatuhi hukuman tidak sedikit pemimpin² penting PKI jang harus mendjalani hukuman gantung seperti: Egom, Dirdja dan Hasan (Djawa Barat), Manggulung, Sipatai dan Sigandjil (Sumatera Barat) dan banjak lagi di-daerah² lain seperti di Djakarta, Banten dll. Dengan korban² jang begitu besar, PKI kehilangan sedjumlah kader²nja, terutama kader² pimpinan. Dalam menghadapi teror putih ini, kader² Partai menundjukkan keteguhan dan heroisme-revolusioner jang tinggi. Dengan keichlasan jang luarbiasa mereka memikul segala risiko perdjuangannja. Dengan senjum dibibir mereka menaiki tiang-gantungan dan dengan mengutjapkan sembojan² revolusioner, mereka menudju ketanah-pembuangan Digul. Dalam pendjara dan pembuangan, kader² PKI di-tengah² penderitaan jang berat, senantiasa berusaha mendjundjung tinggi semangat Komunisnja. Aliarcham, seorang pemimpin PKI jang terkemuka, selama dipembuangan Digul tidak pernah menghentikan kegiatannja mendidik anggota² Partai dengan sembojannja jang terkenal: Berdjuang dan beladjar, tanpa beladjar tak mungkin bisa berdjuang.

Dalam keadaan pemberontakan mengalami kekalahan, Tan Malaka jang ketika itu salah seorang pemimpin PKI, bukan hanja menjalahkan pemberontakan sadja, tetapi djuga menjalahkan PKI dan setjara terang²an melakukan kegiatan trotskis dengan mendirikan partai baru, jaitu PARI (Partai Republik Indonesia).

Selama dan sesudah kekalahan pemberontakan, kelemahan² Partai diberbagai lapangan makin menondjol, terutama tidak adanja kebulatan didalam pimpinan Partai mengenai pemberontakan itu sendiri. Kaum trotskis sangat giat menimbulkan pertentangan didalam Partai, chususnja tentang pro dan kontra pemberontakan.

Karena kelemahan²nja, Partai tidak mampu mengkoordinasi antara aksi² disatu tempat dengan di-tempat² lainnja, demikian pula dalam menghubungkan aksi² kaum tani didesa dengan aksi² kaum buruh di-kota².

Pemberontakan Rakjat 1926 jang dipimpin oleh proletariat, adalah pemberontakan nasional jang pertama, suatu pemberontakan setelah ada nasion dan jang didukung oleh banjak sukubangsa dari dua pulau besar jang terpenting, jaitu Djawa dan Sumatera. Ia tidak sadja menggontjangkan sendi² kekuasaan kolonialisme Belanda di Indonesia, tetapi djuga telah memberikan sumbangan jang penting bagi perdjuangan Rakjat pekerdja sedunia melawan imperialisme.

Mengenai Pemberontakan 1926 Ir. Sukarno dalam bukunja „Sarinah” menjebutkan sbb.:

„Partai Komunis dan Sarekat Rakjat mengamalkan tjinta tanahair untuk menentang penghisapan golongan buruh dan tani oleh imperialisme”.

Dalam menilai periode pertama ini, Kawan D.N. Aidit dalam Lahirnja PKI dan Perkembangannja menjimpulkan sbb.

„Kesimpulan dari semuanja jalah, bahwa pimpinan PKI belum mampu memperpadukan kebenaran umum Marxisme-Leninisme dengan praktek revolusi Indonesia, karena pimpinan PKI belum memiliki teori Marxisme-Leninisme dan belum mempunjai pengertian tentang keadaan sedjarah dan masjarakat Indonesia, tentang tanda² istimewa revolusi Indonesia dan tentang hukum² revolusi Indonesia. Akibatnja jalah, bahwa Partai tidak mengetahui tuntutan pokok jang objektif dari Rakjat Indonesia, tuntutan jang menghendaki lenjapnja imperialisme dan feodalisme serta terwudjudnja kemerdekaan nasional, demokrasi dan kebebasan. Selandjutnja pimpinan Partai tidak menginsjafi bahwa untuk mentjapai tuntutan pokok ini harus digalang front persatuan jang luas antara klas buruh, kaum tani, burdjuasi ketjil kota dan burdjuasi nasional, jang bersendikan persekutuan buruh dan tani dibawah pimpinan klas buruh. Dari tidak adanja pengertian tentang semuanja ini timbullah dikalangan pimpinan Partai ketika itu fikiran² keliru jang mengira bahwa „kaum tani tidak bisa dipertjaja dalam semua aksi”, bahwa „kaum pertengahan dan kaum terpeladjar sudah mendjadi alat kaum modal”, bahwa PKI harus „anti semua kapitalisme”, bahwa sembojan PKI adalah „sosialisme sekarang djuga”, „sovjet Indonesia”, „diktatur proletariat” dsb.”

„Walaupun dalam tingkat ini organisasi Partai berkembang, tetapi Partai tidak diperkokoh. Anggota² dan kader² Partai tidak diperteguh dalam ideologi dan politik, dan mereka tidak mendapat pendidikan Marxisme-Leninisme jang diperlukan. Elemen² jang aktif didalam Partai tidak dapat didjadikan tulangpunggung Partai. Dalam keadaan genting menghadapi provokasi dan teror putih pertama elemen² jang berkuasa didalam pimpinan Partai tidak dapat memimpin seluruh Partai untuk menjelamatkan Partai.”

„Pokoknja, PKI dalam tingkat pertama ini tidak berpengalaman dalam dua soal pokok, jaitu (1) dalam soal front persatuan dan (2) dalam soal pembangunan Partai.”

Periode kedua:

Perdjuangan Dibawah Tanah dan Front
Anti Fasis

Sesudah pemberontakan mengalami kekalahan, PKI setjara resmi dinjatakan terlarang oleh pemerintah kolonial Belanda dan teror putih meradjalela, PKI terpaksa bekerdja dibawah tanah.

„Berhubung dengan PKI tidak bisa lagi bekerdja legal dan karena tertarik oleh slogan² kiri, massa revolusioner jang tadinja dipimpin oleh PKI menjambut partai nasionalis kiri, PNI (Partai Nasional Indonesia), jang didirikan dalam tahun 1927. Kader² dan anggota² PKI banjak jang memasuki partai kiri ini disamping memasuki organisasi² massa. Tetapi kegiatan² kader² dan anggota² PKI ketika itu tidak terpimpin baik, karena PKI belum mempunjai pimpinan Central jang baru”. (D.N. Aidit Lahirnja PKI dan Perkembangannja).

Dengan berdirinja PNI tgl. 4 Djuli 1927, Ir. Sukarno menjatakan : „Imperialisme Belanda pada waktu itu baru sadja mengamuk tabula rasa dikalangan kaum Komunis. Partai Komunis Indonesia dan Sarekat Rakjat dipukulnja dengan hebatnja, ribuan pemimpinnja dilemparkannja dalam pendjara dan dalam pembuangan Boven Digul. Untuk meneruskan perdjuangan revolusioner, maka saja mendirikan Partai Nasional Indonesia” (Sarinah).

Gerakan kemerdekaan Indonesia untuk sementara mengalami masa menurun. Tidak hanja PKI dan SR jang dilarang, tetapi djuga serikatburuh² mengalami kerusakan² jang sangat berat dan mendjadi lumpuh. Hanja beberapa serikatburuh jang kemudian dibangun lagi dapat bekerdja meneruskan perdjuangannja seperti SKBI (Serikat Kaum Buruh Indonesia) dibawah pimpinan kader² PKI jang tidak tertangkap. Tetapi sesudah diketahui bahwa organisasi² itu dibangunkan oleh anggota² PKI jang bergerak setjara ilegal, pemerintah kolonial segera membubarkannja dan menangkapi pemimpinnja.

Anggota² PKI jang tinggal didorong oleh rasa tanggungdjawab jang besar terhadap perdjuangan Rakjat, mengorganisasi diri dalam grup² ilegal jang terpentjar-pentjar dan tidak hubungan satu sama lain. Tetapi karena kegiatan²nja achirnja grup² ilegal itu dapat berhubungan satu dengan lainnja, sehingga berwudjud djaringan² organisasi² Partai tanpa pimpinan Central. Tetapi usaha² untuk membangun PKI kembali ketika itu masih mengalami kesulitan². Dengan semangat Komunisnja dan berpegangan pada garis politik Partai jang sudah mereka miliki, jaitu politik anti-kolonialisme Belanda, anggota² Partai menitik-beratkan kegiatannja dilapangan agitasi dan propaganda. Demikian djuga anggota² PKI jang berada diluarnegeri, terutama jang berada di Nederland terus melakukan kegiatan² untuk membantu Partai jang sedang dalam keadaan sulit. Mereka membentuk Biro Luarnegeri PKI jang mengadakan hubungan dengan grup² atau kader² Partai di Indonesia.

Masuknja orang² Komunis sebagai anggota PNI ternjata telah memberi sumbangan jang penting dilapangan politik dan organisasi dalam mendorong perluasan serta perkokohan partai nasionalis kiri ini. PNI jang berhaluan progresif mendapat sambutan jang tjukup hangat dari Rakjat, sehingga organisasi dan pengaruhnja berkembang tjepat. Tetapi pengaruhnja jang luas dikalangan Rakjat itu tidak dapat dikonsolidasi mendjadi kekuatan untuk mengadakan aksi² menghadapi tindakan² reaksioner dari pemerintah kolonial Belanda.

Didjiwai oleh perdjuangan Rakjat Indonesia jang revolusioner, djuga oleh pemberontakan 1926, pada tanggal 28/10-1928, lahirlah Sumpah Pemuda, jaitu kebulatan tekad pemuda Indonesia dari berbagai sukubangsa dan berbagai aliran politik, jang menjatakan : Berbangsa, berbahasa dan ber-tanahair satu, jaitu Indonesia.

Melihat makin meluasnja PNI dikalangan Rakjat, pemerintah kolonial segera mengadakan pukulan² terhadap partai ini, tokoh²nja jang penting ditangkap, dipendjarakan dan dibuang a.I. Ir. Sukarno. Karena pukulan² itu PNI dibubarkan oleh pimpinannja setjara sukarela.

Dalam keadaan sedemikian itu dimana PKI dan partai nasionalis kiri dipukul oleh pemerintah kolonial, kaum nasionalis kanan jang bersatu dalam PBI (Persatuan Bangsa Indonesia) mempererat kerdjasamanja dengan pemerintah Belanda. Mereka ini disebut oleh Belanda kaum „nasionalis jang sehat”, karena kegiatannja tidak bertentangan dengan kepentingan pemerintah kolonial Belanda. Pemimpin² SI al. Agus Salim melihat terpukulnja PKI mentjari kesempatan untuk meluaskan pengaruhnja. Tetapi usaha ini tidak berhasil.

Kemudian sesudah tahun 1930-an PNI (Pendidikan Nasional Indonesia) Hatta dengan menggunakan sembojan² „kiri,” a.l. non-koperasi, sosialisme, kolektivisme dsb., berusaha untuk memisahkan massa Rakjat dari perdjuangan revolusioner.

Dalam keadaan jang makin sulit, dimana dunia kapitalis terkena krisis, kehidupan Rakjat Indonesia semakin bertambah sengsara sebagai akibat tindakan pemerintah kolonial Belanda jang mengadakan penghematan”, menaikkan berbagai padjak dan sebagainja. Zaman ini sangat dikenal oleh Rakjat, sebagai zaman malaise.

Pada zaman jang sulit ini PKI mendasarkan kegiatannja pada program 18 fasal jang keluar pada bulan Djuli 1932, sbb. :

  1. Kemerdekaan penuh Indonesia. Indonesia segera lepas dari Nederland. Untuk pemerintah Buruh dan Tani.
  2. Pembebasan segera semua tahanan politik dan pengasingan serta penghapusan segera dan penuh dari tempat pembuangan Boven Digul. Segera diachirinja pengasingan, pembuangan dan penangkapan.
  3. Kemerdekaan berorganisasi, mogok dan demonstrasi bagi organisasi revolusioner, serikatburuh dan serikat-tani di Indonesia. Hilangkan sistim pas dikota dan desa. Kemerdekaan bergerak jang penuh bagi kaum buruh dan kaum tani.
  4. Tak sepeserpun dan tak seorang serdadupun untuk menindas Indonesia.
  5. Pembatalan semua hutang² negara Indonesia kepada kaum kapitalis.
  6. Hari kerdja 8 djam sehari maksimum bagi kaum buruh. Berlakunja peraturan sosial penuh atas beaja negara. Penghapusan sistim denda hukuman kerdja.
  7. Upah jang sama bagi kerdja jang sama untuk kaum buruh, pedjabat² dan pegawai² Indonesia dan Belanda, laki² dan wanita.
  8. Lawan setiap penurunan upah, mengorganisasi perdjuangan untuk kenaikan upah jang bobrok disegala lapangan.
  9. Pembajaran upah hari-istirahat 1 X 1 minggu. Pembajaran upah teratur 1 X 1 minggu, dibawah pengawasan serikatburuh.
  10. Segera diadakan sokongan penganggur bagi kaum buruh dan kuli atas biaja negara dan pengusaha.
  11. Pendidikan umum dan tjuma? dan pendidikan chusus dalam bahasa Indonesia atas biaja negara dan kaum pengusaha. Perdjuangan penghapusan butahuruf.
  12. Penghapusan segera semua kontrak paksa bagi kaum buruh dan kuli.
  13. Penghapusan semua kerdja rodi dan dinas² desa jang tak dibajar.

14. Tanah untuk kaum tani dan pensitaan tanah kaum Imperialis, tuantanah feodal dan lintahdarat.

15. Penghapusan segera segala padjak-sisa dari kaum buruh, tani dan kaum miskin kota.

16. Penghapusan segala kontrak?-paksa untuk kepentingan perkebunan.

17. Penghapusan segera hutang² sewa dan mindering dari kaum tani.

18. Menentang persiapan perang-imperialis baru oleh kaum imperialis Belanda beserta sokongannja terhadap persiapan intervensi jang ditudjukan kepada URSS dan Tiongkok Sovjet. (Ir. SJ. Rutgers Indonesiĕ, hal. 177-178).

Dengan ketekunan kerdja anggota² PKI jang hidup dalam keadaan sukar dibawah tanah, dari sedikit demi sedikit luka² tubuh gerakan Rakjat mulai sembuh dan bangkitlah kembali gerakan revolusioner Rakjat Indonesia. Masa menurun dalam gerakan kemerdekaan Rakjat Indonesia tidak memakan waktu jang pandjang.

Aksi² perlawanan bangkit kembali, dimulai oleh kaum buruh pelabuhan Surabaja. Dengan keberanian jang luarbiasa, pada tgl 25 Februari 1933, laksana halilintar dipanas terik, meletuslah pemberontakan heroik dari proletariat Indonesia dan Belanda dari pendjeladjah Zeven Provincien dipelabuhan Sabang (Atjeh). Setelah meninggalkan komandan kapal perangnja didarat, Zeven Provincien dilarikan menudju Surabaja, menjusur pantai barat Sumatera. Takut akan terdjadinja penembakan dari laut oleh pendjeladjah jang berontak ini, pemerintah kolonial Belanda, buru² membomi Zeven Provincien dari udara untuk dipaksa menjerah. Pemboman mengakibatkan tewasnja puluhan pemberontak. Kedjadian ini merupakan pernjataan solidaritet internasional antara klas buruh Indonesia dengan klas buruh Belanda dalam perdjuangan kemerdekaan Indonesia. Kedjadian ini merupakan peristiwa jang penting dalam membangunkan kembali semangat perlawanan Rakjat Indonesia terhadap kekuasaan kolonial Belanda. Pemberontakan Zeven Provincien ini kemudian diikuti oleh pemogokan kaum buruh keretaapi, dan aksi² Rakjat di-tempat² lain.

Pasangnaiknja gerakan revolusioner di Indonesia djuga membawa pengaruh pada gerakan revolusioner dari orang² Indonesia diluarnegeri, terutama kaum buruh dan peladjar Indonesia di Nederland jang tergabung dalam PI (Perhimpunan Indonesia). PI jang dalam perdjuangannja ini mendapat sokongan penuh dari proletariat Belanda, adalah organisasi jang mempunjai karakter politik jang tegas anti-imperialisme jaitu : kemerdekaan Indonesia. Pemberontakan Zeven Provincien telah disambut hangat oleh PI dengan djalan mengadakan kampanje diseluruh Nederland dengan sokongan kaum buruh Belanda. Hal ini dimungkinkan, lebih² karena PI sudah membersihkan dirinja dari elemen kanan-Hatta. Dengan demikian PI telah meneruskan tradisi-revolusionernja. PI jang pada mula berdirinja tahun 1908 bernama Indische Vereniging dari peladjar² Indonesia di Nederland, pada tahun 1922 berganti nama Indonesische Vereniging, jang kemudian berubah lagi pada tahun 1925 mendjadi Perhimpunan Indonesia, selaras dengan meningkatnja gerakan revolusioner di Indonesia.

Pembentukan Comite Central dan front Anti-fasis

Dalam bulan Maret 1933, kaum fasis Djerman dibawah pimpinan Hitler naik panggung pemerintahan. Terhadap muntjulnja fasisme Djerman ini, Kawan Aidit mengatakan dalam Lahirnja PKI dan Perkembangannja sbb. : Dengan fasisme kaum imperialis berusaha melemparkan beban krisis seluruhnja pada pundak Rakjat pekerdja. Mereka berusaha memetjahkan masalah pasar dengan djalan memperbudak nasion² jang lemah, dengan lebih mengintensifkan penindasan kolonial dan mem-bagi² kembali dunia dengan mengadakan perang baru. Mereka mau merintangi pertumbuhan kekuatan² revolusi dengan menghantjurkan gerakan revolusioner kaum buruh dan tani serta dengan mengadakan serangan militer pada Uni Sovjet — benteng proletariat dunia”.

Tentang kebiadaban fasisme, Kawan Dimitrov pendekar proletariat sebagai penggugat fasisme jang ulung dalam Kongres ke-VII Komintern bulan Agustus 1935, pernah menjatakan demikian: „Fasisme Hitler bukan hanja nasionalisme burdjuis, tetapi adalah sovinisme kebinatangan. Ia adalah sistim pemerintahan dari gangsterisme politik, suatu sistim provokasi dan penjiksaan jang dilakukan pada kaum buruh dan elemen² revolusioner dari kaum tani, burdjuasi ketjil dan intelegensia. Ia adalah tjara barbar dan kebinatangan Zaman Tengah, ia adalah agresi jang tak terkendalikan dalam hubungan dengan nasion² lain”.

Naik panggungnja fasisme Hitler di Djerman, telah membawa perubahan situasi internasional. Menghadapi situasi baru ini, Uni Sovjet mengarahkan perdjuangannja untuk pembentukan front perdamaian terhadap negara² agresor jang hendak mentjetuskan peperangan. Kongres ke-VII Komintern tsb. diatas telah memutuskan sebuah program untuk pembentukan front antifasis. Dalam penggalangan front ini diperlukan kerdjasama jang lebih luas antara kaum Komunis dengan elemen² burdjuis jang demokratis.

Untuk melaksanakan garis politik anti-fasis ini di Indonesia dalam tahun 1935 Musso, pemimpin Komunis jang 10 tahun sebelumnja meninggalkan Indonesia, kembali dari luarnegeri. Musso bekerdja keras dengan bantuan grup² Partai untuk menjampaikan garis politik jang baru ini dan untuk membentuk pimpinan Central jang baru. Pekerdjaan ini dimudahkan berhubung sudah adanja grup² Partai jang tidak sedikit djumlahnja.

Sedjak itu Partai telah mempunjai pimpinan Central, jaitu a-l. Musso, Pamudji, Azis, Sukajat, Djoko Sudjono, Achmad Sumadi. Mulai saat ini sebutan HB dihapuskan dan diganti dengan CC. Musso tidak bisa lama di Indonesia. Ia harus segera meninggalkan tanahair, karena djedjaknja dapat ditjium “oleh pemerintah kolonial Belanda. Dengan demikian Musso tidak sempat berbuat banjak untuk pembangunan Partai, sehingga pimpinan² PKI harus bekerdja dengan tidak mempunjai pegangan jang kuat untuk membangun Partai tipe Lenin. Karena kekurangan pengalaman bekerdja dibawah tanah, dalam tahun 1936 sementara anggota CC jang baru dibentuk dan kader² bawahan telah ditangkap oleh pemerintah kolonial dan diasingkan ke Boven Digul. Dengan demikian terdjadi pen-Digulan ke-II. Meskipun Partai mengalami kesukaran², namun kehidupan Partai berkembang, seperti perluasan grup², kursus² politik, menerbitkan siaran² CC, seperti: pengumuman CC baru, sistim kerdja, pendidikan, dsb.

Anggota² CC jang masih tinggal meneruskan perdjuangan Partai dengan mengutamakan kegiatannja dilapangan agitasi-propaganda, penerbitan Menara Merah tahun 1938, mengatur penempatan² kader diberbagai lapangan serta berusaha membebaskan kader² jang berada dalam pendjara.

Kelemahan² jang terpokok dialami oleh Partai antara lain terletak pada tidak eratnja hubungan antara Comite atasan dengan Comite bawahan, dan hubungan antara Comite Partai dengan grup² Partai. Sebagai akibat dari kelemahan² itu, ditambah pula dengan kegiatan² mengatjau dari PARI, tidak djarang Partai mengalami kesulitan? jang tak-teratasi dan tidak djayang timbul korban² jang semestinja bisa dihindari.

Dalam situasi jang sulit ini, kewaspadaan revolusioner makin bertambah tinggi, solidaritet semakin teguh dan tjarakerdja bertambah rapi. Partai memikul tugas berat, dalam keadaan hidup dibawah tanah harus pula memimpin Rakjat Indonesia melawan fasisme jang mulai meradjalela.

Dalam melaksanakan garis anti-fasis, PKI melalui kader²nja bekerdjasama dengan kaum nasionalis kiri. Dalam tahun 1937 terbentuklah GERINDO (Gerakan Rakjat Indonesia) jang berhaluan revolusioner jang dipimpin a.l. oleh Amir Sjarifuddin salah seorang anggota PKI dan intelektuil jang berpengaruh. Berdirinja GERINDO memberikan kekuatan baru kepada gerakan kemerdekaan nasional dan gerakan anti-fasis Rakjat Indonesia. Terbentuknja GERINDO ini berarti bahwa Partai jang bekerdja dibawah tanah telah berhasil mengorganisasi Rakjat dengan menggunakan kemungkinan legal jang ada.

Atas inisiatif GERINDO dan beberapa partai² demokratis lainnja, dengan tudjuan menggalang front persatuan anti-fasis jang luas, dalam tahun 1939 telah dibentuk GAPI (Gabungan Politik Indonesia) dimana tergabung didalamnja partai² seperti Partai Indonesia Raya (Parindra), Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), GERINDO, Pasundan, Persatuan Minahasa, Partai Islam Indonesia (PII) dan Persatuan Politik Katolik Indonesia (PPKI). GAPI adalah front persatuan anti-fasis jang memperdjuangkan terbentuknja parlemen bagi Indonesia dan adanja kerdjasama dengan pemerintah Hindia Belanda untuk mempertahankan Indonesia dari antjaman serangan, fasisme Djepang.

Pada tanggal 23-25 Desember 1939 GAPI mengadakan KONGRES RAKJAT INDONESIA jang membitjařakan tuntutan Indonesia Berparlemen di Djakarta, jang dihadiri oleh partai politik dan wakil² organisasi massa buruh, pemuda, wanita dll. Adanja parlemen dianggap penting oleh Kongres sebagai sjarat untuk membangunkan kekuatan Rakjat dalam menghadapi bahaja fasisme. Kongres Rakjat Indonesia ini didjadikan ' Madjelis Rakjat Indonesia sebagai persiapan untuk parlemen Indonesia.

Mengenai perdjuangan GAPI dan Madjelis Rakjat Indonesia itu Kw. Njoto dalam tulisannja Revolusi Oktober Rusia dan Revolusi Agustus Indonesia menjatakan sbb. : ,,Kesediaan Rakjat Indonesia ketika itu untuk bersama-sama Belanda melawan kaum militeris Djepang, disia-siakan oleh pemerintah kolonial Belanda jang kolot itu dan jang sebagian pemimpinnja sudah mulai bermainmata dengan Hitler di Eropa, dan dalam keadaan tidak bisa mempertahankan diri, oleh kaum kolonialis Belanda, Indonesia diserahkan mentah² kepada militerisme Djepang hanja dalam waktu 8 hari”.

Perlawanan Rakjat anti-Djepang

Kegagalan tuntutan GAPI jang adil itu disebabkan karena kerdjasama dikalangan pemimpin² GAPI hanja terdapat diatas, tidak sampai membangkitkan dan menggerakkan massa Rakjat jang luas, sehingga tidak mampu memaksa pemerintah kolonial Belanda turut serta dalam perdjuangan anti-fasis bersama-sama Rakjat Indonesia. Resolusi² GAPI dan Madjelis Rakjat Indonesia tidak pernah diikuti oleh aksi² massa. Ini djuga disebabkan karena PKI belum merupakan Partai jang berakar ditengah-tengah massa, jang dapat menghimpun dan menggerakkan Rakjat, terutama kaum buruh dan kaum tani, sebagai dukungan dari kerdjasama diatas. Karena front anti-fasis di Indonesia belum sampai membangkitkan dan memobilisasi massa Rakjat jang luas, maka balatentara Djepang dapat menduduki Indonesia dengan tiada perlawanan jang berarti. Setjara ideologi, politik dan organisasi Rakjat Indonesia kurang tjukup dipersiapkan dalam menghadapi fasis Djepang. Tetapi pendudukan Djepang di Indonesia, segera disambut oleh PKI dengan statement jang memberikan komando pada Rakjat untuk bangkit melawan. Dengan pengeluaran segera statement ini, dalam situasi Rakjat belum tjukup persiapan materiil dan moril, Djepang jang sudah berpengalaman dalam melawan kaum Komunis di Tiongkok dan Korea, dapat mentjium djedjak PKI dan selandjutnja melakukan teror. PKI jang pada permulaan perlawanan anti-Djepang ini dalam kedudukan terisolasi mengalami banjak penangkapan atas beberapa anggota CC dan kader²nja jang penting a.l. Pamudji, Sukajat, Azis, Amir Sjarifuddin segera sesudah Djepang mendarat. Tindakan pertama dari diktatur militer Djepang adalah membubarkan partai dan organisasi² Rakjat, tetapi sebaliknja membikin berbagai matjam organisasi semi fasis setjara paksa. Pasukan ,,saudaratua" merampok kekajaan Indonesia, melitjin-tandaskan harta milik penduduk, merampas padi Rakjat, memperkosa wanita dan gadis, membikin barisan² romusja, memaksa Rakjat Indonesia membungkukkan kepala dan mentjo-tjokkan djamnja ke Tokio. Beberapa bulan sesudah pendudukan, Rakjat mulai sedar akan kekedjaman Djepang. Sedjak itu Rakjat Indonesia mulai bangkit melawan. Organisasi² anti-fasis timbul dimana-mana dan banjak diantaranja jang langsung dibawah pimpinan kader² PKI. Berkat sikap tegas. PKI, Rakjat semakin berani melawan. Djaring² organisasi PKI semakin meluas, terutama dilapangan buruh transport, pemuda, mahasiswa dan didalam angkatan bersendjata musuh. Kewaspadaan Partai semakin tinggi dan untuk menjelamatkan Partai dari pukulan² Djepang, maka grup² Partai semakin diperketjil. Untuk menerobos kekangan² Djepang jang semakin keras, sementara anggota PKI telah mendirikan organisasi² jang bisa bergerak legal seperti Djojobojo jang melakukan kegiatan² jang anti-fasis, seperti melakukan sabotase, menggulingkan kereta-api, dsb.

Untuk menghantjurkan PKI dan gerakan Rakjat jang semakin meningkat ini, Djepang menggunakan kaum trotskis sebagai tjetjunguk²nja, dengan djalan menjelundupkannja kedalam tubuh Partai. Usaha² ini mengakibatkan banjaknja kader² Partai jang tertangkap, kemudian disiksa dan didjatuhi hukuman mati dengan potongleher seperti di-pendjara² Sukamiskin, Kalisosok, Ambarawa, Tjipinang, dsb. Bentuk² siksaan ditempuh oleh anggota² PKI dan Rakjat Indonesia dengan tabah, seperti, pentjabutan kuku, meminumkan air sabun, menjiksa dengan puntung rokok, menggantung dengan kepala dibawah, memetjut dengan tjemeti, dsb. Sebagai akibat siksaan berat ini, tidak sedikit jang meninggal, sakit ingatan dan merana sepandjang hidup. Patut ditjatat keuletan anggota² Partai dan kaum progresif lainnja jang dalam pendjara tetap mempunjai semangat perlawanan jang tinggi, seperti mendirikan organisasi Utusan Indonesia di Sukamiskin.

Karena penindasan, perampokan dan penghinaan kaum militeris Djepang jang tidak terderita lagi, aksi² Rakjat makin meluas, dan telah timbul pemberontakan lokal terhadap balatentara Djepang, seperti jang terdjadi di Singaparna, Indramaju, Semarang, Aron (Sumatera Timur), Baju (Atjeh), dll. Djuga dikalangan: mahasiswa dan pemuda telah bangkit perlawanan, sedangkan dikalangan tentara Peta (Pembela Tanahair) telah timbul pemberontakan jang sangat terkenal jalah di Blitar dan Kediri. Perlawanan anti-fasis ini semakin meningkat, lebih² oleh dorongan kepahlawanan dari Tentara Merah Uni Sovjet jang terus-menerus mentjapar kemenangan dalam mengalahkan kekuatan fasis.

Menara Merah organ ilegal PKI telah mendjalankan peranan penting dalam membangkitkan semangat perlawanan Rakjat anti-Djepang.

Mengenai perdjuangan anti-fasis ini, Kongres Nasional ke-V PKI telah menjimpulkan: ,,Front anti-fasis tidak hanja berhasil menarik burdjuasi nasional, tetapi djuga sebagian dari burdjuasi komprador merupakan tambahan kekuatan dalam front anti-Djepang. Tetapi setelah balatentara Djepang menduduki Indonesia, sebagian besar burdjuasi nasional dan boleh dikata semua burdjuasi komprador mendjalankan politik bekerdjasama dengan Djepang. Burdjuasi nasional mendjalankan politik kerdjasama dengan Djepang, setelah mereka melihat bahwa kekuatan Rakjat melawan Djepang tidak begitu kuat dan mereka mempunjai ilusi bahwa Djepang akan memberikan „kemerdekaan” kepada Indonesia”.

Berkat pimpinan jang tak terputus sebandjang perdjuangan jang luarbiasa sulitnja ini, sebagaimana jang telah dilakukan oleh pimpinan Central Partai ketika itu, jang terdiri dari a.l. Pamudji, Azis, Sukajat, Widarta, Kadiman, Kamidjaja.

Kesimpulan dari periode perdjuangan dibawah tanah dan front anti-fasis, telah dinjatakan oleh Kawan Aidit, sbb.: „Walaupun semangat anti-Djepang dan anti-Belanda dari Rakjat meluap, walaupun prestise politik Partai sangat tinggi karena politik anti-fasisnja: jang konsekwen, walaupun situasi didalam dan diluar-negeri sangat baik untuk suatu Revolusi, tetapi tugas untuk menghadapi Revolusi jang meletus dalam bulan Agustus 1945 adalah sangat berat bagi Partai, karena Partai tidak menjimpulkan pengalaman²nja dalam tingkat pertama dan tingkat kedua mengenai front persatuan, dan karena masih tetap tidak berpengalaman dalam soal pembangunan Partai. Disamping itu Partai djuga tidak berpengalaman dalam perdjuangan bersendjata, sesuatu jang sangat diperlukan bagi Partai jang berada didalam Revolusi”. (Lahirnja PKI dan Perkembangannja). Periode ketiga:

Revolusi Agustus 1945 Dan Perdjuangan Melawan Teror Putih Kedua

Selama pendudukan militer Djepang dan terutama pada saat² achirnja, organisasi² dibawah tanah jang dipimpin oleh PKI, memperoleh prestise jang tinggi karena kegiatannja jang konsekwen anti-fasis. Organisasi² anti-fasis ini antaralain Geraf (Gerakan Anti Fasis) jang dipimpin oleh Widarta, pemimpin PKI ketika itu, Gerindom (Gerakan Indonesia Merdeka), dibawah pimpinan Kawan² Aidit dan Lukman, dan Gerakan Indonesia Baru, dibawah pimpinan Kawan Wikana. Kegiatan organisasi 2 ini meliputi berbagai lapangan penting, jaitu selainnja kaum buruh dan kaum tani, djuga dikalangan angkatandarat, angkatan laut, pemuda, peladjar dan mahasiswa. Ditengah-tengah randjau sensor, kekalahan fasisme Hitler di Eropa tidak bisa ditutupi. Melalui radio² gelap, kaum revolusioner Indonesia dengan pemimpinnja jang masih muda² dapat menangkap dan mempropagandakan kekalahan fasis dan kemenangan serta keunggulan Tentara Merah Uni Sovjet. Mereka djugalah jang lebih dulu dapat mendengar kapitulasi Djepang tgl. 14/8-1945, setelah induk kekuasaan Djepang di Tiongkok Timurlaut dapat dihantjurkan oleh Tentara Merah Uni Sovjet dan Tentara Rakjat Tiongkok. Kuatir akan kemadjuan2 Tentara Merah maka Amerika Serikat buru² mendjatuhkan bom atom di Djepang dengan maksud supaja tidak keduluan Tentara Merah datang ke Djepang.

Dengan kekalahan Djepang ini terbukalah kesempatan untuk memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia. Bagaimana kesempatan jang baik ini telah digunakan oleh Rakjat Indonesia, Kawan Aidit menjatakan sbb. :

,,Kaum buruh, kaum tani, golongan pemuda dan peladjar progresif Indonesia, dengan mengambil tjontoh dari banjak negeri di Eropa jang membebaskan diri dari imperialisme sesudah tentara fasis dikalahkan, serta mendapat inspirasi dari perdjuangan kemerdekaan jang besar dari Rakjat Tiongkok, mengerti akan kemungkinan² suatu revolusi jang telah ditentukan oleh sedjarah. Pada saat proklamasi dinjatakan, ketjuali tentara Djepang jang sudah kalah, tidak ada pasukan tentara lainnja di Indonesia (ketjuali di Irian Barat). Situasi jang baik ini digunakan setjara tepat oleh Rakjat Indonesia”. (Lahirnja PKI dan Perkembangannja).

Atas desakan massa dengan pemuda² revolusioner sebagai djurubitjaranja, dimana kaum Komunis ikut am-bil bagian aktif, a.l. Kawan² Aidit dan Wikana, pada tgl. 17-8-1945- diproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia. Proklamasi kemerdekaan adalah manifestasi dari hasrat merdeka Rakjat Indonesia, dan saat berse djarah ini dimungkinkan oleh adanja permufakatan Rengasdengklok sebelumnja, dirumah seorang Tionghoa, antara wakil² pemuda revolusioner dengan Ir. Sukarno tokoh kemerdekaan nasional, jang mendjadi Presiden pertama dari Republik Indonesia.

Untuk menegakkan dan kemudian mempertahankan Republik Indonesia, bersama-sama dengan pemimpin² golongan demokratis dan patriotik lainnja kaum Komunis bekerdja keras memobilisasi dan mengorganisasi massa, terutama massa jang bersendjata untuk melutjuti tentara Djepang, melawan serbuan tentara Inggris dan Belanda, jang melantjarkan perang kolonial, mensita perusahaan² imperialis, mensikat kakitangan²nja dan mendjalankan roda pemerintahan. Karena sikap politiknja jang tepat selama pendudukan Djepang dan karena keberanian serta ketangkasannja memimpin, kaum Komunis mempunjai pengaruh jang besar dikalangan massa jang bersendjata jang terhimpun dalam banjak badan² kelaskaran jang lahir dari kandungan revolusi itu sendiri.

Tetapi kegiatan anggota² Partai jang dapat dibanggakan ini belum terorganisasi dan terpimpin setjara memusat oleh Partai sebagai kesatuan organisasi. Karenanja hasil pekerdjaan dan pengaruh jang besar dari kader² PKI dikalangan massa luas dalam melakukan perdjuangan bersendjata tidak dapat dikonsolidasi sebagaimana mestinja. Karena itu kader² Partai bekerdja tanpa pedoman² jang djelas, mereka bekerdja setjara sendiri dalam grup² ketjil, sehingga tidak mengherankan kalau timbul berbagai kesimpang-siuran dan kesalah-fahaman jang tidak dikehendaki.

Api Revolusi Agustus 1945 berkobar diseluruh tanah-air. Dengan semangat kepahlawanan jang tinggi, pemuda² dan Rakjat di Djakarta, arek² Surabaja, pemuda² dan Rakjat Djawa Tengah, Priangan, Medan, Padang, Palembang, Makassar, Menado, dll. telah menuliskan sedjarah kemerdekaan Indonesia dengan darahnja.

Untuk pertama kalinja dalam sedjarah, muntjullah satu pemerintahan Indonesia dimana Komunis ikutserta, jang pada permulaan hanja diwakili oleh Amir Sjarifuddin. Dalam Markas Besar Angkatan Perang, djuga terdapat kaum Komunis, a.l. Djen. Major Djokosujono, Djen. Major Ir. Sakirman, dll.

Tradisi revolusioner PKI dalam gerakan buruh mengalami perkembangan jang pesat, dengan lahirnja BBI (Barisan Buruh Indonesia), BBW (Barisan Buruh Wanita) matjam² serikatburuh jang kemudian melahirkan Vaksentral revolusioner SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) tgl. 29 November 1946 di Malang. Demikian pula pengaruh kaum Komunis dikalangan kaum tani, dengan lahirnja organisasi tani BTI (Barisan Tani Indonesia) tgl. 25 November 1945.

Dalam barisan pemuda, peladjar, mahasiswa, tidak sedikit kaum Komunis ikut aktif dalam menggalang potensi pemuda untuk membela kemerdekaan seperti dalam Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia, Pesindo, Ikatan Peladjar Indonesia, Pemuda Puteri Indonesia, Serikat Mahasiswa Indonesia. Dalam perdjuangan bersendjata, PKI mendirikan Lasjkar Merah, disamipingnja mempunjai pengaruh pada Lasjkar Buruh, Lasj-kar Pesindo, Lasjkar Rakjat dan Tentara Peladjar.

Djuga dilapangan agitasi dan propaganda kaum Komunis menundjukkan kegiatan jang luarbiasa, dengan misalnja memenuhi dinding² gedung dengan sembojan² revolusioner, mengkreasi poster² dan lukisan² perdjuangan. Disamping itu, menerbitkan pula madjalah B.M. (Bintang Merah) sedjak 17 November 1945, brosur² teori revolusioner, koran² Buruh, Suara Ibukota, Revolusioner, madjalah² Bendera Buruh, Perintis dsb.

Berbagai matjam serangan militer Belanda jang dibantu oleh Inggris untuk menghantjurkan Republik Indonesia tidak berhasil. Republik tetap berdiri, bahkan mendapat sokongan dari kekuatan² anti-imperialis di luarnegeri. Rakjat Indonesia tidak akan dapat melupakan peranan Uni Sovjet dalam membela Republik di Dewan Keamanan PBB, begitu pula terhadap pengakuan jang diberikan oleh Republik Tjekoslowakia atas kemerdekaan Indonesia. Demikian djuga terhadap aksi² solidaritet internasional jang dilantjarkan oleh kaum buruh Nederland, Australia, India, Amerika Serikat, Mesir, dll. dan oleh organisasi revolusioner internasional, seperti GSS, GPDS, IUS, GWDS, dsb.

Dalam situasi revolusioner dimana Rakjat Indonesia berdjuang menegakkan Republik Indonesia Merdeka dan membutuhkan pimpinan jang tepertjaja dan terudji, dan dimana sistim kehidupan kepartaian telah muntjul kembali, sesudah diktatur militer Djepang dihantjurkan, PKI ketika itu tetap bersikap meneruskan perdjuangan dibawah tanah: Hal ini, antaralain dibuktikan oleh sikap Partai jang menjalahkan Mr. Jusuf mendirikan PKI jang bergerak setjara legal. PKI jang terus bekerdja setjara ilegal ini, achirnja tidak bisa lagi mengatasi perkembangan situasi revolusioner jang semakin meningkat dan bersegi-banjak, untuk setjara terbuka mengagitasi, mengerganisasi dan memobilisasi massa dalam perdjuangan. Sebagai akibatnja perdjuangan Partai di-daerah2 tidak bisa dikoordinasi dan berdjalan sendiri², seperti aksi peristiwa 3 daerah (Pekalongan) aksi pembangunan Serikat Rakjat kembali, ,,PKI Mr. Jusuf”.

Pada tahun 1946 anggota² PKI jang oleh pemerintah kolonial Belanda dibuang ke Digul dan karena peperangan dipindahkan ke Australia, pulang kembali di Indonesia. Hampir bersamaan dengan itu, datang pula anggota² Partai dari Nederland, jang selama perang dunia ke-2, aktif dalam perlawanan anti-fasis bersama-sama dengan kaum buruh Belanda. Diantara kawan² ini banjak jang penting peranannja dalam membangun Partai. Tetapi mereka bukannja melegalkan PKI, tetapi sebaliknja melandjutkan Partai ilegal dan disamping itu dibangun pula 3 Partai ,,Marxis-Leninis” jaitu PKI-legal atas desakan massa, Partai Sosialis Indonesia dan Partai Buruh Indonesia.

Bahkan kemudian Partai Sosialis Indonesia berfusi dengan Partai Rakjat Sosialis-Sjahrir dan memakai nama Partai Sosialis. Dengan berdirinja 3 partai itu maka mendjadi kaburlah bagi klas buruh dan Rakjat pekerdja Indonesia mengenai pengertian Partai Komunis sebagai Partai pelopor. Kader² PKI jang sedikit djumlahnja terpaksa di-bagi² untuk menempati fungsi pimpinan dalam ketiga Partai Marxis itu, disampingnja diperlukan pula untuk duduk dalam, Kabinet, djawatan², badan² Perwakilan Rakjat, angkatan perang, organisasi² massa, dsb. Penempatan tenaga jang terpentjar-pentjar ini berpengaruh buruk pada kehidupan intern Partai. Disamping itu jang sangat membahajakan kehidupan Partai jalah dengan tidak tampilnja PKI, terbukalah kesempatan bagi elemen trotskis dan soska untuk mempengaruhi massa dengan menggunakan kedok Marxisme.

Untuk mengkoordinasi 3 Partai tsb. jang dipimpin oleh PKI ilegal, dan untuk mengatasi keruwetan intern Partai, didirikan suatu front, jang mula² bernama Front Sosialis, kemudian berubah mendjadi Sajap-Kiri, dan achirnja disebut FDR (Front Demokrasi Rakjat). Dalam FDR turut djuga Pesindo sebagai anggota. Keadaan menundjukkan betapa ruwetnja organisasi Partai jang harus memikul tugas berat memimpin revolusi pada waktu itu.

Pada tahun² revolusi ini buku² teori Marxisme-Leninisme telah mulai masuk ke Indonesia jang dibawa oleh kaum Komunis Indonesia jang kembali dari Australia dan Nederland. Tetapi buku² teori ini dalam bahasa asing terutama Inggris dan Belanda. Kader² jang dapat mempeladjarinja sangat terbatas djumlahnja, sehingga pengetahuan² teori belum merata mendjadi milik kader² Partai, tetapi hal ini telah memungkinkan lahirnja tulangpunggung Partai jang mempeladjari teori Marxisme-Leninisme.

Pada waktu ini tidak banjak buku² teori jang diterdjfemahkan kedalam bahasa Indonesia. Diantara buku² jang bisa diterdjemahkan adalah: Dasar² Leninisme, Materialisme-Dialektik dan Histori, Manifes Partai Komunis oleh a.l. Kawan² D.N. Aidit, M.H, Lukman, P. Pardede dan Njoto. Buku-buku ini sangat membantu kader-kader Partai untuk beladjar teori, Dengan demikian buku² ini telah memungkinkan timbulnja Sajap Leninis dalam tubuh Partai, jang dengan ulet berusaha memadukan teori Marxisme-Leninisme dengan praktek revolusi Indonesia, Pemaduan ini dapat dibuktikan dalam tulisan² Kw. Aidit dalam Bintang Merah tahun 1947-1948, seperti Kewadjiban menguasai teori: Revolusi Nasional pada dasarnja adalah revolusi kaum tani dll." Meskipun demikian, perkembangan teori tidak dapat mengedjar kemadjuan praktek revolusi, sehingga pada pokoknja tidak dapat terwudjud perpaduan jang tjukup antara Marxisme-Leninisme dengan praktek kongkrit revolusi Indonesia. Hal ini nampak djelas dilapangan pendidikan, seperti Marx-house, kursus² dan artikel² dibeberapa organ² revolusioner.

Kongres Nasional ke-IV PKI

Untuk mengkonsolidasi semua hasil² kegiatan Partai, maka pada bulan Djanuari 1947 dilangsungkan Kongres Nasional ke-IV PKI di Solo jang merupakan kedudukan Markas Besar PKI ketika itu. Dalam Kongres ini telah diputuskan antaralain, mengenai program: „terwudjudnja masjarakat Sosialis di Indonesia” pada waktu itu djuga, disamping itu menjetudjui politik „persetudjuan Linggardjati” jang bersifat kapitulasi terhadap kaum imperialis Belanda; mengenai organisasi, Kongres pada pokoknja masih memakai ketentuan² Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga tahun 1924. Kongres ke-IV memilih CC baru, jang terdiri dari Kawan² Sardjono, Winanta, Ngadiman Hardjosubroto, Maruto Darusman, Sutrisno, Suripno dll. Dalam Kongres itu djuga atas usul CS Surakarta terpilih Kawan Aidit sebagai anggota CC. Sesudah Kongres ke-IV ini, CC PKI pindah dari Solo ke Jogjakarta.

Karena ketiadaan garis politik, organisasi dan ideologi jang tepat, sebagaimana jang digambarkan oleh putusan Kongres Nasional ke-IV Partai, maka pengaruh PKI dikalangan massa jang luas dan chusus dikalangan kaum tani dan angkatan bersendjata dan begitu djuga dikalangan aparat² pemerintahan mengalami kemunduran. Dan ini memudahkan kaum reaksi untuk melumpuhkan kekuatan² Partai.

Djelaslah karena usaha² djahat kaum reaksioner dan karena kaum Komunis belum menjadari benar² akan kesalahan² tsb. maka perdjuangan bersendjata melawan imperialisme Belanda mengalami kekalahan², jang mengakibatkan kendornja semangat perlawanan Rakjat.

Walaupun pada waktu itu PKI djuga berusaha menggalang kekuatan persatuan nasional, seperti Konsentrasi Nasional, jang diketuai oleh Sardjono, tetapi karena PKI tidak tjukup perhatiannja pada pekerdjaan front persatuan dan terutama lalai dalam menggalang persekutuan buruh dan tani, sebagai basis dari front persatuan, dan Partai kehilangan kebebasannja sebagai Partai, maka usaha ini mengalami kegagalan.

Adanja kemunduran² dalam pekerdjaan: angkatan bersendjata dan front persatuan nasional disebabkan karena garis pembangunan Partai sendiri sangat ruwet.

Kelemahan² ini mentjapai puntjaknja dengan tindakan Pemerintah Amir Sjarifuddin jang menjerahkan kekuasaannja setjara sukarela dengan djalan membubarkan kabinet jang dipimpinnja. Padahal masalah kekuasaan ini adalah masalah segala-galanja dari revolusi, demikian adjaran Lenin. Tentang soal kekuasaan telah dilalaikan oleh kaum Komunis Indonesia ketika itu.

Resolusi Djalan Baru Untuk Republik Indonesia

Setelah tidak lagi memimpin Kabinet, maka pada bulan Djuni 1948 CC Partai mengadakan koreksi terhadap kekurangan²nja. Tetapi garis sajap Leninis belum dapat dimenangkan seluruhnja dalam sidang CC ini. Sesudah diadakan koreksi kegiatan orang² Komunis ditumpahkan untuk memberikan pimpinan kepada gerakan massa kaum buruh dan tani setjara langsung. Tetapi soal front persatuan tetap belum terpetjahkan, politik oportunis belum ditinggalkan dan FDR masih tetap mengambilalih rol pimpinan Partai.

Dalam keadaan dimana tanda² kegagalan Revolusi Agustus sudah makin djelas, datanglah kembali Musso di Indonesia dari luarnegeri, dalam bulan Agustus 1948. Melihat keadaan Revolusi jang sangat mengchawatirkan dan keadaan PKI jang sangat lemah itu, Musso segera memanggil kader² penting Partai baik jang bekerdja setjara dibawah tanah maupun jang terang²an, untuk mendiskusikan fikiran²nja guna menjelamatkan Revolusi dan mengoreksi keadaan intern PKI.

Atas desakan keras dari Musso dan kesediaan sebagian besar kader² Partai, maka pada bulan Agustus 1948 itu djuga diadakan Konferensi Partai, jang melahirkan satu resolusi Djalan Baru untuk Republik Indonesia. Pekerdjaan Musso mengoreksi kesalahan² pimpinan Partai dipermudah berhubung dengan sudah adanja sajap Leninis didalam CC Partai. Revolusi Djalan Baru ini adalah hasil diskusi jang serius dan diambil oleh konferensi tsb. setjara bulat. Konferensi Nasional Partai jang luarbiasa ini telah mengumumkan CC jang baru, jang terdiri dari a.l.: Kawan² Musso, Tan Ling Djie, Maruto Darusman, Ngadiman Hardjosubroto, Amir Sjarifuddin, Alimin, Sardjono, Achmad Sumadi, Djoko Sudjono, Wikana, Suripno, Aidit, Lukman, Njoto, Sudisman, Sutrisno, Ruskak dll.

Resolusi Djalan Baru menundjukkan kesalahan pokok Partai dilapangan organisasi, politik dan ideologi serta menundjukkan djalan jang tepat untuk mengatasinja. Resolusi menerangkan bahwa kesalahan pokok dilapangan organisasi jalah tetap meneruskan PKI ilegal, tidak dimengertinja perubahan² keadaan politik didalam negeri sesudah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sebenarnja pada saat itulah, PKI harus melepaskan bentuknja jang ilegal dan muntjul dalam masjarakat Indonesia Merdeka dengan terang²an. Dengan demikian kaum Komunis telah mengetjilkan rol PKI sebagai satu²nja kekuatan jang seharusnja memegang pimpinan revolusi.

Berdasarkan kesalahan²nja resolusi Djalan Baru mengatakan bahwa PKI memutuskan memadjukan usul: supaja diantara 3 Partai jang mengakui dasar² Marxisme-Leninisme-PKI, Partai Sosialis dan Partai Buruh Indonesia — jang sekarang telah tergabung dalam FDR serta telah mendjalankan aksi bersama, berdasarkan program bersama, selekas-lekasnja diadakan fusi (peleburan), sehingga mendjadi satu Partai Klas Buruh — dengan memakai nama jang bersedjarah, jaitu Partai Komunis Indonesia. ...!

Berhubung dengan sokongan PKI pada politik reaksioner dari kaum sosialis kanan jang dipelopori oleh Sutan Sjahrir, resolusi Djalan Baru menjatakan bahwa dengan menjokong politik kaum sosialis kanan itu, PKI sudah membikin dua matjam kesalahan:

Kesalahan pertama : bahwa PKI tidak memahami adjaran revolusioner, „bahwa revolusi nasional anti-imperialis dizaman sekarang ini sudah mendjadi bagian dari revolusi proletar dunia”, bahwa „revolusi nasional di Indonesia harus berhubungan erat dengan tenaga² anti-imperialis lainnja didunia, jaitu perdjuangan revolusioner diseluruh dunia, baik di-negeri² djadjahan atau negeri setengah-djadjahan, maupun di-negeri² kapitalis. ...”.

„Kesalahan kedua, bahwa oleh PKI „tidak tjukup dimengerti perimbangan kekuatan antara Uni Soviet dan imperialisme Inggris-USA, setelah Uni Sovjet berhasil dengan sangat tjepatnja menduduki seluruh Mantjuria. Pada waktu itu sudah ternjata kedudukan Uni Sovjet jang sangat kuat dibenua Asia, jang mengikat banjak tenaga militer dari imperialisme USA, Inggris dan Australia dan dengan demikian memberikan kesempatan baik bagi Rakjat Indonesia untuk memulai revolusinja. Pada saat itu kaum Komunis Indonesia sudah membesar-besarkan kekuatan Belanda dan imperialisme lainnja dan mengetjilkan kekuatan revolusi Indonesia serta golongan anti-imperialis lainnja”. (Djalan Baru).

Resolusi menjatakan bahwa PKI mengubah politiknja, jaitu dengan tegas membatalkan persetudjuan Linggardjati dan Renville, jang dalam prakteknja telah mendjadi sumber dari ber-matjam² keruwetan diantara pemimpin² dan Rakjat djelata. Penolakan persetudjuan Linggardjati dan Renville berarti djuga selfkritik jang keras dikalangan PKI.

Disimpulkan dalam Resolusi Djalan Baru bahwa kesalahan² prinsipiil dari PKI selama Revolusi Agustus jalah karena lemahnja ideologi Partai. Berhubung dengan itu diputuskan bahwa anggota² Partai harus mempeladjari teori Marxisme-Leninisme. Tiap Komunis diwadjibkan membatja dan mempeladjari teori revolusioner dan diwadjibkan mengadakan kursus² dikalangan kaum buruh dan tani agar supaja dengan demikian mereka selalu dapat menghubungkan teori dan praktek dengan erat. Teori jang tidak dihubungkan dengan massa tidak dapat merupakan kekuatan jang maha hebat.

Mengenai front persatuan dikatakan bahwa selama Revolusi „kaum Komunis telah lalai mengadakan front nasional sebagai sendjata revolusi nasional terhadap imperialisme. Walaupun kemudian mereka mulai sedar akan kepentingan front nasional itu, akan tetapi kaum Komunis belum faham sungguh² tentang teknik untuk membentuknja. Beberapa matjam bentuk front nasional selama 3 tahun ini telah didirikan, akan tetapi selalu tinggal diatas kertas belaka, hanja berupa konsesi diantara organisasi² atau diantara pemimpin² sadja, sehingga djikalau sedikit ada perselisihan diantara pemimpin² front nasional itu lalu menjebabkan bubarnja. PKI berkejakinan, bahwa pada saat ini Partai klas buruh tidak dapat menjelesaikan sendiri revolusi burdjuis demokratis ini dan oleh karena itu PKI harus bekerdja bersama dengan partai² lain. Kaum Komunis sudah semestinja harus berusaha mengadakan persatuan dengan anggota² Partai dan organisasi² lain. Satu²nja persatuan sematjam itu jalah front nasional.”

Mengenai inisiatif jang harus diambil oleh kaum Komunis dalam membentuk front nasional dikatakan, bahwa inisiatif ini „sekali-kali tidak berarti, bahwa kaum Komunis memaksa partai lain atau orang lain supaja mengikutinja, melainkan PKI harus mejakinkan dengan setjara sabar kepada orang² tulus hati, bahwa satu²nja djalan untuk mendapatkan kemenangan jalah membentuk front nasional jang disokong oleh semua Rakjat jang progresif dan anti-imperialis. Tiap Komunis harus jakin benar², bahwa dengan tidak adanja front nasional kemenangan tidak akan datang” (Djalan Baru).

Demikianlah, „dengan resolusi Djalan Baru diletakkan dasar-dasar untuk pekerdjaan jang lebih baik dari PKI dilapangan front persatuan, perdjuangan bersendjata dan pembangunan Partai. Resolusi Djalan Baru adalah merupakan hukuman jang tidak mengenal ampun terhadap oportunisme didalam dan diluar Partai. Ia adalah langkah penting untuk menjelamatkan revolusi Indonesia jang sedang dalam bahaja dan langkah penting jang pertama untuk membangun Partai tipe Lenin.”

„Politik baru PKI jang dinjatakan dalam resolusi Djalan Baru telah membangkitkan kembali dengan segarnja perdjuangan massa dan karenanja memungkinkan timbulnja pasang baru dalam revolusi Indonesia. Rapat² Umum jang diadakan Partai, dimana program baru PKI didjelaskan, mendapat kundjungan puluhan sampai ratusan ribu orang. Massa menjambut adjakan PKI dengan antusias untuk meneruskan peperangan kemerdekaan melawan imperialisme Belanda. Kedok pemerintah reaksioner jang berkuasa ketika itu dan kedok Partai Masjumi dan kaum sosialis kanan jang anti Komunis dan anti-Rakjat mulai terbuka dihadapan massa. Massa mulai memahami bahwa Djalan Baru “jang ditundjukkan oleh PKI adalah satu²nja djalan untuk memenangkan revolusi” (D.N. Aidit, Lahirnja PKI dan Perkembangannja).

Resolusi Djalan Baru, merupakan tonggak sedjarah penting dalam perkembangan PKI. Mulai saat inilah PKI melintasi masa kanak²nja dan mulai mengindjak ambang kedewasaannja.

Perlawanan terhadap teror putih

Untuk melaksanakan ketentuan² dalam resolusi Djalan Baru, Partai merentjanakan mengadakan Kongres fusi pada bulan Oktober 1948. Dalam rentjananja Kongres akan melaksanakan peleburan Partai Sosialis dan PBI kedalam PKI, dan akan mensahkan Konstitusi Partai jang baru.

Takut akan pasang baru dalam revolusi Indonesia, imperialisme Belanda dan Amerika dengan kakitangannja orang² Indonesia mempergiat usahanja dan menetapkan tindakan²nja untuk menghantjurkan PKI dan gerakan kemerdekaan jang dipimpin oleh PKI.

Kegiatan kaum imperialis ini dibuktikan dengan adanja konferensi Sarangan jang terkenal melahirkan Red drive proposals (usul pembasmian kaum merah).

Rentjana Partai tersebut terhalang oleh provokasi-provokasi jang timbul di Solo pada achir bulan Agustus 1948 jang kemudian meluas ke Madiun dan beberapa tempat lain. Perwira² Apri jang berhaluan revolusioner dibunuh setjara pengetjut. Kantor² serikatburuh dan Pesindo diduduki oleh pasukan² bersendjata jang tidak dikenal. Kaum soska, trotskis dan Masjumi sangat giat membantu imperialis merealisasi politik anti-Komunis ini.

„Pada permulaan bulan Djuli 1948, djadi sebelum terdjadi pentjulikan² di Solo pada permulaan bulan September 1948, komandan TNI Divisi IV, Kolonel Sutarto, telah dibunuh setjara pengetjut dengan tembakan dari belakang”. (Aidit, Menggugat Peristiwa Madiun).

„Pada tanggal 7 September 1948 dilakukan Pentjulikan terhadap diri 5 orang opsir TNI, jaitu Major Esmara Sugeng, Kapten Sutarto, Kapten Sapardi, Kapten Suradi dan Letnan Muljono”. (Idem)

Dalam pertengahan September 1948 terdjadi insiden di Madiun dikalangan tentara, antara golongan jang menjetudjui politik reaksioner dan provokatif dari pemerintah ketika itu dengan golongan jang tetap setia pada revolusi. Kedjadian ini disebul oleh pemerintah Hatta dengan mengatakan, bahwa di Madiun terdjadi „perebutan keukasaan” oleh kaum Komunis dan bahwa kaum Komunis „mendirikan negara Sovjet”. Dengan alasan dusta ini pemerintah menjerukan kepada semua aparatnja untuk mengedjar, menangkap dan membunuh anggota² serta pengikut² PKI. Dengan ini mengamuklah teror putih jang kedua, duplikat dari teror putih pemerintah kolonial Belanda tahun 1926-1927. Tetapi jang kedua ini lebih kedjam dan lebih ganas dari jang pertama. Djuga anggota² Masjumi dimobilisasi untuk mengedjar, menangkap dan membunuh Komunis. Dalam keadaan demikian tidak ada djalan lagi bagi kaum Komunis ketjuali mengangkat sendjata dan membela diri dengan sekuat tenaga terhadap teror putih jang sedang mengamuk.

Teror putih Hatta jang terkenal dengan nama Provokasi Madiun adalah persiapan untuk meratakan djalan bagi datangnja agresi Belanda jang baru pada achir Desember 1948.

Kedua tragedi nasional ini merupakan lembaranhitam sedjarah kemerdekaan Indonesia, jang merupakan persiapan, untuk melumpuhkan kekuatan revolusioner dan memudahkan Indonesia berkapitulasi terhadap imperialisme Belanda.

Pada saat PKI dan kekuatan² revolusioner lainnja masih dalam suasana pengedjaran, penangkapan dan pembunuhan oleh pemerintah Hatta dan sebagian lagi masih disekap dalam konsentrasi kamp dan dalam pendjara, maka berkobarlah perang kolonial jang kedua. Mendjelang serbuan tentara kolonial Belanda ini, pemerintah reaksioner Hatta melakukan pembunuhan² kedjam tanpa proses beratus-ratus Komunis dan kader² Rakjat lainnja di Ngalihan, Ponorogo, Malang, Magelang, Pati, Tjepu, Solo, Kediri dan tempat² lainnja lagi.

Dalam peristiwa jang berdarah ini, kaum Komunis telah menundjukkan kepahlawanan dan keteguhannja dalam membela kehormatan Komunis dan menegakkan pandji² Komunis. Dengan gagah berani Musso telah rela mengorbankan njawanja daripada menjerah kepada musuh. Beliau gugur dalam pertempuran di Ponorogo. 11 pemimpin² dan kader² penting di Ngalihan, Amir Sjarifuddin, Suripno, Maruto Darusman, Oei Gee Hwat, Sardjono, Harjono, Sukarno, Djokosujono, Katamhadi, Ronomarsono, D. Mangku, menutup achir hidupnja dengan njanjian Internasionale, sesaat sebelum penembakan didjalankan.

Begitu djuga dengan kepahlawanan kaum Komunis di-tempat² lainnja.

Kader² dan anggota² Partai dengan segala tjara, sesudah mengetahui datangnja serbuan tentara Belanda, dengan tekad jang kuat keluar dari kamp² tawanan, segera tampil kedepan membela Republik Indonesia di front² terdepan. Kenjataan jang demikian ini membuka mata Rakjat akan kepalsuan fitnahan² kaum reaksioner jang dilemparkan kepada PKI selama Peristiwa Madiun. Perlawanan PKI jang gigih terhadap tentara Belanda menaikkan prestise politik PKI dimata Rakjat.

Udjian² jang berat telah dilalui oleh Partai dengan banjak korban djiwa dari kalangan anggota dan kader² baik selama provokasi Madiun maupun didalam perang kolonial. Karena pukulan jang berat itu keadaan organisasi Partai sangat rusak, dikalangan anggota dan kader² Partai timbul suasana lesu dan kebingungan jang tidak bisa segera diatasi, walaupun CC tetap ulet berusaha menghimpun kembali kader²nja dan membikin hubungan dengan Comite² partai daerah. Dalam hal ini sangat penting peranan penerbitan² Partai seperti madjalah Mimbar Revolusi.

Dalam menghadapi kenjataan adanja persetudjuan KMB jang ditandatangani Hatta dengan didalangi oleh Imperialis Amerika pada tgl. 2 November 1949, didalam Partai timbul dua matjam pendirian. Jang pertama menghendaki terus melakukan perdjuangan bersendjata melawan pemerintah RI-KMB tanpa memperhatikan keadaan organisasi Partai jang sudah lumpuh karena teror putih dan karena adanja elemen² dalam Partai jang menentang Djalan Baru, dengan manifestasi mensabot dilaksanakannja peleburan Partai Sosialis dan Partai Buruh kedalam PKI. Sedang jang kedua jang mendasarkan fikirannja pada teori revolusioner berpendirian bahwa Partai harus mengumpulkan kembali barisannja jang sedang berantakan, membulatkan fikiran dan menjimpulkan pengalaman²nja. Disamping itu Partai harus merebut legalitetnja jang dimungkinkan oleh adanja prestise Partai jang tinggi selama perdjuangan melawan serbuan agresi kolonial Belanda ke-II. Achirnja pendirian kedua memperoleh dukungan majoritet di dalam Partai. Kebenaran taktik Partai ini akan dibuktikan oleh perkembangan politik selandjutnja.

Revolusi Agustus 1945 telah memberikan banjak pengalaman dan peladjaran² penting dan berharga bagi PKI. Mengenai revolusi ini, Kawan D.N. Aidit telah menjimpulkan pengalaman² tsb. mendjadi sumbangan teori bagi revolusi Indonesia sbb.:

„Selama revolusi Partai mempunjai kekuatan² bersendjata, tetapi Partai tidak mampu menguasainja. Setjara tidak teratur kader² Partai mempeladjari ilmu kemiliteran dan ilmu peperangan revolusioner”.

„Salahsatu kesalahan pokok dari Partai dalam beladjar dari Revolusi Tiongkok ketika itu jalah, bahwa Partai hanja berusaha untuk mengetahui persamaan antara revolusi Tiongkok dan revolusi Indonesia, tetapi tidak berusaha untuk mengetahui perbedaan², tidak melihat keadaan jang chusus di Indonesia”. (Lahirnja PKI dan Perkembangannja).

Sedangkan untuk berhasilnja peperangan gerilja di Indonesia sampai mendapatkan kemenangan, pengalaman Revolusi Agustus menundjukkan sbb.:

„Indonesia adalah negeri jang terdiri dari pulau². Tentara pembebasan Rakjat tidak bisa menjandarkan diri pada negara tetangga jang bersahabat sebagai daerah belakangnja”.

„Apakah dengan mengemukakan kenjataan² diatas berarti bahwa peperangan gerilja tidak bisa digunakan di Indonesia? Samasekali tidak demikian. Tetapi jang seharusnja kita lakukan, untuk membikin tjara peperangan gerilja lebih efektif dalam keadaan² jang berlangsung di Indonesia, jalah mengkombinasi tjara peperangan gerilja dengan aksi² revolusioner kaum buruh di-kota² jang diduduki oleh musuh, dengan aksi² pemogokan ekonomi dan politik jang bersifat umum. Dalam keadaan² seperti di Indonesia, adalah mempunjai arti jang istimewa pemogokan² kaum buruh disemua lapangan perhubungan, jaitu keretaapi, mobil, lautan, udara, sebab pemogokan² umum oleh proletariat di lapangan² ini bisa sangat melemahkan musuh revolusi dan dengan demikian berarti memberikan bantuan jang kuat kepada perdjuangan gerilja. Pekerdjaan didaerah pendudukan Belanda jang ditudjukan untuk mengorganisasi kaum buruh dan memimpin aksi² kaum buruh sangat tidak mendapat perhatian kaum Komunis selama Revolusi Agustus”.

„Selain daripada itu, selama revolusi Agustus PKI tidak melakukan pekerdjaan jang intensif dikalangan tenaga² bersendjata Belanda jang tidak sedikit terdiri dari anak² kaum tani dan kaum buruh jang bisa ditarik kefihak revolusi. Padahal pekerdjaan revolusioner jang intensif di-tengah² kekuatan bersendjata musuh dapat sangat melemahkan kekuatan musuh dan ini berarti bantuan jang penting kepada perdjuangan gerilja. Djadi, peperangan gerilja selama Revolusi Agustus bisa meluas dan dikonsolidasi djika PKI ketika itu meletakkan pemetjahannja dalam pekerdjaan mengkombinasi tiga bentuk perdjuangan, jaitu perdjuangan gerilja didesa (terutama terdiri dari kaum tani), aksi² revolusioner oleh kaum buruh di-kota² jang diduduki oleh Belanda dan pekerdjaan jang intensif dikalangan tenaga bersendjata Belanda. (D.N. Aidit, Lahirnja PKI dan Perkembangannja).

Meskipun revolusi mengalami kegagalan namun PKI dalam soal front persatuan, perdjuangan bersendjata dan pembangunan Partai telah mendapatkan peladjaran sebagai berikut :

„........ walaupun revolusi ini kalah, ia telah membikin PKIberpengalaman dalam front persatuan. Revolusi ini telah memberikan pengalaman jang penting pada PKI tentang sifat bimbang dari burdjuasi nasional, bahwa dalam keadaan jang tertentu klas ini bisa ikut dan bersikap teguh berfihak pada revolusi, tetapi dalam keadaan lain ia bisa gontjang dan'mengchianat.

„Dalam berserikat dengan burdjuasi nasional Partai tidak boleh meninggalkan kebebasannja dan tidak boleh melengahkan sekutu jang paling bisa dipertjaja, jang paling banjak djumlahnja, jaitu kaum tani.

„Revolusi ini djuga telah membikin PKI mendjadi berpengalaman mengenai soal pembangunan Partai, telah membikin kader² PKI lebih mengerti tentang keadaan masjarakat Indonesia, tentang tanda² istimewa dan hukum² revolusi Indonesia, telah memungkinkan kader² PKI mempeladjari teori Marxisme-Leninisme dan beladjar memperpadukan teori Marxisme-Leninisme dengan praktek revolusi Indonesia.

„Djuga satu pengalaman, bahwa dalam revolusi, perdjuangan bersendjata adalah bentuk perdjuangan jang terpenting. Perkembangan Partai, disamping sangat tergantung pada front persatuan, djuga sangat tergantung pada perdjuangan bersendjata. Madju mundurnja perdjuangan bersendjata sangat berpengaruh pada madju mundurnja front persatuan dan Partai.

„Walaupun tidak setjara lengkap, pengalaman selama revolusi telah disimpulkan dalam resolusi Djalan Baru. Resolusi Djalan Baru merupakan langkah pertama jang penting dalam mentjiptakan satu Partai Komunis jang dibolsjewikkan, jang meluas keseluruh negeri, jang berhubungan erat dengan massa dan jang diperkokoh dalam ideologi, politik: dan organisasi.

„Peristiwa Madiun telah membikin kader² dan anggota² PKI mendjadi lebih waspada dan lebih militan”.
(Lahirnja PKI dan Perkembangannja).





Periode keempat :

Penggalangan Front Persatuan Nasional
Dan Pembangunan Partai

Pembentukan Politbiro baru dan lahirnja
Konstitusi Partai


Sesudah provokasi Madiun dan agresi kolonial kedua, CC PKI segera kembali ketempat kedudukannja semula di Jogjakarta dibawah pimpinan Kawan Tau Ling Djie. Bersamaan dengan meredanja suasana tidak menentu didalam Partai, maka PBI dan Partai Sosialis, walaupun pada permulaannja masih menampakkan diri dalam Parlemen, massa anggotanja pada pokoknja sudah meleburkan diri kedalam PKI, sedangkan anggota² Parlemen kedua Partai itu djuga sudah bersedia melebur diri kedalam PKI. Sungguhpun rentjana Kongres fusi bulan Oktober 1948 mengalami kegagalan, tetapi pelaksanaan fusi di organisasi² bawahan pada pokoknja sudah berdjalan. Tetapi berlainan dengan kenjataan² ini, didalam pimpinan Central PKI, makin kelihatan tidak adanja kebulatan pendapat tentang pelaksanaan Djalan Baru, bahkan mulai kelihatan adanja pertentangan-pertentangan. Sebagai akibat belum adanja kebulatan pimpinan Central ini, maka keruwetan, kerusakan dan kelesuan dikalangan kader² dan anggota² Partai belum segera bisa diatasi seluruhnja.

Ketiadaan kebulatan dalam CC disebabkan adanja dua aliran jang saling bertentangan dan pertentangan²nja makin mendjadi tadjam. Dua aliran itu jalah, pertama aliran Leninis jang setia pada resolusi Djalan Baru, dan kedua aliran oportunis jang mengingkari: kebenaran resolusi Djalan Baru. Kaum oportunis jang semendjak konferensi Partai bulan Agustus 1948 sudah bersikap ragu² terhadap kebenaran fikiran² Kawan Musso, aktif berusaha membangunkan kembali Partai Sosialis sebagai „Partai Klas Buruh” disamping PKI. Tindakan² ini tidak lain daripada usaha untuk menjukarkan kedudukan PKI sebagai Partai pelopor dan membikin bingungnja klas buruh dan massa pekerdja umumnja dalam memilih Partai pelopornja jang sedjati. Sikap dan perbuatan kaum oportunis dalam Partai ini telah menimbulkan perdjuangan intern-Partai jang makin hari makin sengit.

Usaha untuk memperkuat kedudukan PKI terus menerus dilakukan, diantaranja atas inisiatif Comite Seksi Surakarta pada bulan September 1950 telah dilakukan pemakaman kembali djenazah 11 pemimpin dan kader Partai jang ditembak-mati oleh pemerintah Hatta di Ngalihan pada tgl. 19 Desember 1948. Meskipun usaha melakukan pemakaman kembali itu mengalami rintangan² jang luarbiasa dari pemerintah, namun achirnja ia mentjapai sukses. Puluhan ribu anggota, pentjinta PKI dan massa-Rakjat dari daerah Surakarta dan daerah lainnja, hadir dalam upatjara pemakaman itu, dimana pandji² PKI dikibarkan dengan megahnja. CC PKI mengirimkan wakilnja untuk menghadiri upatjara penting ini. Peristiwa jang mengharukan ini telah menghapuskan suasana panik dikalangan massa anggota Partai dan lebih landjut membuka tabir kedjahatan pemerintah Hatta dan ini merupakan pendorong kebangkitan kembali sesudah luka parah akibat teror putih Madiun.

Perdjuangan intern-Partai kemudian meningkat pada puntjaknja, berhubung dengan tersebarnja siaran mengenai perdjuangan penjelesaian Irian Barat, jang dikeluarkan pada tgl. 2 Desember 1950 atasnama CCPKI, sedangkan Sekretariat CCPKI jang berada di Djakarta tidak tahumenahu. Sikap politik jang dinjatakan dalam siaran tsb. menundjukkan kekusutan ideologi dan pada hakekatnja menundjukkan oportunisme dalam memetjahkan masalah gerakan kemerdekaan nasional. Demikian. djuga makin banjaknja bukti² tentang usaha² sembunji untuk mendirikan partai Jain disamping PKI. Kegiatan² non-Komunis ini, bersumber pada beberapa orang anggota Pimpinan Harian CCPKI.

Atas desakan² jang santer dari anggota CC jang merupakan Sajap Leninis dalam pimpinan Central Partai ketika itu, diadakanlah Sidang Pleno CC bulan Desember 1950 dan permulaan Djanuari 1951 untuk membitjarakan persoalan jang sangat serius tsb. Dalam sidang jang bersedjarah ini telah terdjadi perdebatan sengit, antara Sajap Leninis jang setia pada resolusi Djalan Baru dengan sajap oportunis didalam Partai. Kaum oportunis berpendirian bahwa persoalan² jang sangat serius itu hanja merupakan kesalahan² ketjil dan administratif sadja, sedangkan Sajap Leninis menganggap sebagai suatu kesalahan prinsipiil dalam ideologi, politik dan organisasi. Achirnja setjara demokratis sidang mengambil keputusan, menjalahkan politik: jang digariskan dalam siaran mengenai Irian Barat dan tidak membenarkan pula adanja usaha² membangun kembali Partai Sosialis. Untuk melawan oportunisme kanan dan „kiri” serta membasmi liberalisme didalam Partai lebih landjut, telah dibentuk Politbiro CCPKI jang baru, jang terdiri dari Kawan² Alimin, Aidit, Lukman, Njoto dan Sudisman, dan sementara bertempat di Djl. Kernolong Djakarta. Agar sikap politik PKI dapat segera diketahui oleh umum, dikeluarkanlah statement Sekretariat CCPKI tentang penarikan Ketua fraksi PKI dalam Parlemen, karena telah melakukan kesalahan² mengenai siaran tentang Irian Barat tsb. Bersamaan dengan itu diumumkan pula pernjataan pembubaran Partai Sosialis dan pernjataan tentang Peristiwa Madiun.

Putusan² Partai ini, adalah putusan² penting dan bersedjarah, jang menundjukkan kemenangan Sajap Leninis jang setia pada resolusi Djalan Baru atas djalan lama jang menjesatkan proletariat dan Rakjat Indonesia.

Segera sesudah Politbiro baru terbentuk, ia bekerdja keras untuk memberikan pimpinan berdasarkan garis² Djalan Baru.

Usaha-usaha ini dimudahkan dengan diterbitkannja kembali organ resmi Partai Bintang Merah tgl. 15-8-1950, dengan Dewan Redaksi jang terdiri dari Kawan² : P. Pardede, M.H. Lukman, D.N. Aidit dan Njoto jang disusul oleh penerbitan Suara Rakjat dibulan Djanuari 1951, jang kemudian berobah mendjadi Harian Rakjat dengan Dewan Redaksi : Kawan² Njoto, Naibaho dan Supeno.

Dengan usaha² jang tekun dalam mempeladjari pengalaman PKI dan Partai² sekawan, maka pada bulan April 1951, telah dapat disusun dan disahkan Konstitusi Partai jang Marxis-Leninis. Disamping itu dinjatakan pula, bahwa AD dan AT putusan Kongres Nasional ke-IV PKI di Solo tidak berlaku lagi. Keputusan ini sesuai sepenuhnja dengan Konferensi Partai bulan Agustus 1948. Disamping itu Politbiro baru djuga segera menjusun program Partai jaitu, Program PKI Untuk Pemerintah Koalisi Nasional, jang dikenal sebagai Program 12 fasal.

Dengan tidak menunggu pensahan Kongres, seluruh Partai serempak menggunakan Konstitusi dan Program Untuk Pemerintah Koalisi Nasional sebagai pegangan dalam aktivitet sehari-hari jang ketika itu dititikberatkan pada pekerdjaan pembangunan Partai. Seluruh Partai setjara bulat berpendapat bahwa langkah Politbiro itu sepenuhnja dapat dipertanggungdjawabkan dan menjambut dengan gembira „Pendjelasan Tentang Kedudukan Konstitusi” jang a.l. berbunji sbb. „......... Konstitusi ini adalah satu-satunja Konstitusi PKI jang sah. Anggota² dan organisasi Partai bawahan sudah tentu mempunjai kesempatan seluas-Juasnja untuk menjatakan pendapatnja pada Politbiro Partai dengan melalui SC masing², tentang Konstitusi ini seluruhnja maupun tentang tiap² fasal dari Konstitusi. Tidak hanja itu, organisasi² Partai bawahan diwadjibkan memberi laporannja berhubung dengan pengalaman² jang didapatnja sesudah didjalankannja Konstitusi ini. Pendapat-pendapat dan pengalaman² ini dengan sendirinja akan mendjadi bahan jang penting dalam Konferensi Nasional atau Kongres Nasional Partai jang akan datang, dimana Konstitusi Partai ini dapat diubah menurut putusan Konferensi Nasional atau Kongres Nasional Partai”. (Bintang Merah no. 8-9 tahun 1951 — nomor 1 Mei).

Sesudah ada Konstitusi Partai jang baru, timbullah suasana segar dalam kehidupan intern-Partai. Diskusi² dan kegiatan² melaksanakan Konstitusi telah sangat mendorong perkembangan Partai, meningkatkan pengetahuan teori anggota² Partai, menghidupkan demokrasi intern Partai, menghidupkan kritik dan selfkritik didalam Partai, memperkuat disiplin, ideologi dan kesatuan Partai. Sedjak itulah setjara sedar Partai mulai melaksanakan tugasnja jang pokok, jaitu : tugas menggalang Front Persatuan dan tugas Pembangunan Partai.


Pembangunan Partai dan perdjoangan
melawan razzia Agustus


Usaha² pembangunan Partai dalam tingkat pertama jang masih sangat sulit ketika itu dilakukan setjara langsung oleh CC dengan bantuan aktif dan militan dari aparatnja jang berada di-daerah² jaitu Komisariat CC (KCC). Ketentuan dalam Konstitusi tentang adanja KCC di-daerah2 provinsi, adalah ketentuan jang tepat sekali karena keadaan Partai di-daerah2 masih ruwet dan dikatjaukan oleh elemen² oportunis anti Djalan Baru. Ketentuan itu merupakan pelaksanaan prinsip sentralisme demokratis dan kewaspadaan revolusioner sesuai dengan perkembangan keadaan ketika itu.

Dengan memegang teguh garis kebidjaksanaan organisasi dari CC dan mendjundjung tinggi Konstitusi Partai, KCC² bekerdja keras membangun Partai di-daerah². Pekerdjaan² seperti, mendaftar kembali anggota² PKI, penjaringan bekas anggota² PBI dan Partai Sosialis jang akan masuk kedalam Partai, penelitian terhadap kader dan persiapan² pembentukan Comite² Partai, mengambil kebidjaksanaan terhadap elemen² anti Djalan Baru dll. dilakukan dengan tekun, sabar, waspada, ulet tetapi djuga dengan keberanian jang besar. Dengan kegiatan2 KCC jang demikian itu dan dimana keadaan objektif didalam Partai sudah baik, dalam beberapa bulan sadja organisasi Partai diberbagai daerah (SC, OSC dan RC) telah tersusun sesuai dengan Konstitusi Partai, bahkan bersamaan dengan itu telah dapat djuga dilakukan peluasan keanggotaan dan organisasi Partai, bukan sadja di Djawa dan Sumatera tetapi djuga di Kalimantan, Sulawesi, nusatenggara dan Maluku.

Pengalaman² praktis dari KCC dalam membangun Partai di-daerah², sangat banjak dan berharga. Oleh Politbiro pengalaman² ini dituangkan dalam petundjuk² kerdja jang disasarkan kepada tugas penting membolsjewikkan PKI. Salahsatu pengalaman penting jang kemudian mempersendjatai Partai dalam pembangunannja adalah pengalaman² dalam mendjalankan kebidjaksanaan politik kader. Dalam waktu jang tidak terlalu lama pimpinan Central Partai segera memiliki ketjakapan memilih kader, mempersatukan kader Partai dari berbagai angkatan, dan mengembangkan solidaritet Komunis dikalangan kader Partai jang djumlahnja semakin meningkat banjak. Perkembangan Partai jang sangat membanggakan sesudah dipimpin oleh Politbiro baru ini berlangsung djustru dalam keadaan pemerintah reaksioner Sukiman (Masjumi) berkuasa. Hal ini menundjukkan betapa tingginja dajadjuang PKI sesudah mendapatkan pegangan jang kuat pada Konstitusi Partai.

Karena sedar akan bahaja jang mengantjam dari gerakan Rakjat jang revolusioner dan dari PKI jang sedang tumbuh, karena melihat bahwa Provokasi Madiun ternjata tidak mematikan gerakan revolusioner dan PKI, kaum imperialis asing dan kaum reaksioner dalamnegeri mendjadi matagelap dan membikin komplotan lagi untuk menghantjurkan PKI. Sekarang tidak dengan Provokasi di Solo atau di Madiun, tetapi dengan satu „serangan” terhadap pos polisi di Tandjung Periuk, jang oleh pemerintah Sukiman diproklamasikan sebagai „serangan Komunis”! Pada tgl. 16 Agustus 1951, pagi² buta, mulailah razzia besar²an di Djakarta, jang diteruskan di-daerah² lain. Kira² 2000 orang Komunis dan orang² progresif lainnja ditangkap dan dimasukkan kedalam pendjara. Tetapi atas desakan Rakjat, sesudah ber-bulan² meringkuk didalam pendjara, semua dikeluarkan dengan tak seorangpun bisa dihadapkan kemuka pengadilan. Gagalnja Sukiman (Masjumi) dengan Razzia Agustusnja menundjukkan bahwa gerakan revolusioner di Indonesia sudah Peng kembali dan mempunjai kekuatan.

Dengan terdjadinja razzia Agustus ini, maka kader² dan anggota² Partai jang sedang setjara tekun dan baru beberapa bulan sadja bekerdja membangun Partai dalam keadaan jang boleh dikatakan agaktenang, terpaksa harus menghadapi udjianbaru lagi untuk melakukan perdjuangan melawan tindakan reaksioner pemerintah Sukiman.

Seperti, halnja pemerintah Hatta, dengan alasan jang ditjari-tjari dan dengan „sandiwara Tandjungpriok pemerintah reaksioner Sukiman memerintahkan aparat² nja untuk melakukan pengedjaran dan penangkapan² terhadap pemimpin² dan anggota² PKI jang dianggap „berbahaja” karena mau mengadakan „kudeta”. Surat perintah penangkapan dari Djaksa Agung didasarkan pada suatu alasan jang direka-reka, sekedar asal sadja ada alasan jang tampak berdasarkan hukum.

Segera sesudah pemerintah reaksioner Sukiman melantjarkan razzia Agustusnja, pimpinan Central Partai menentukan sikapnja jang tepat, jaitu: menggalang Front Persatuan Nasional menentang kabinet Sukiman : legalitet Partai harus dipertahankan, kader² terutama kader² pimpinan Partai diselamatkan dan berusaha mengetjilkan korban dari kalangan kader dan anggota² Partai. Dengan tjarakerdja jang selalu berdasarkan pada garis massa dan kewaspadaan setadjam-tadjamnya, berpedoman pada tulisan Kawan D.N. Aidit Mengatasi kelemahan kita, garis taktik Partai itu didjalankan oleh semua kader Partai dengan kejakinan jang teguh dan keberanian menempuh segala risiko. Kantor² Partai tetap dibuka setiap hari, anggota² Partai di Parlemen tetap menghadiri sidang², Harian Rakjat dan madjalah Partai „Bintang Merah” dan Buletin PKI tetap terbit dan disamping itu pimpinan Partai harus bekerdja keras dengan kewaspadaan tinggi untuk menghindarkan diri dari penangkapan. Fraksi² Partai diberbagai lapangan harus melakukan kegiatan² sesuai dengan garis front persatuan anti-Sukiman.

Pada tingkat permulaan dalam perdjuangan melawan Razzia Agustus, Partai mengalami kesulitan disebabkan oleh adanja sementara anggota dan kader² Partai jang panik dan tidak segera melaksanakan taktik dan tjara-kerdja jang digariskan oleh CC. Mereka teringat kembali akan keganasan kaum reaksioner ketika Peristiwa Madiun. Karena itulah sementara anggota, kader dan Comite² Partai telah dihinggapi ketjenderungan² kanan dan „kiri” jang merugikan. Hal jang demikian ini terdjadi karena ketika itu didalam Partai masih banjak elemen² sektarisme, kapitulasionisme dan avonturisme. Berhubung adanja kelemahan² jang demikian itu maka banjak kader tertangkap jang sebenarnja bisa dielakkan. Tetapi djuga ada anggota² CC dan kader² Partai lainnja jang ditangkap ketika sedang melakukan tugas Partai, misalnja kawan² anggota Parlemen. Tetapi dengan penangkapan² atas anggota² Parlemen dari PKI dan djuga Partai² lain, telah lebih menelandjangi kedjahatan pemerintah Sukiman.

Melihat situasi jang semakin membahajakan itu Politbiro Partai segera mengeluarkan petundjuk tentang tjara² mengatasinja. Isi petundjuk itu jalah, mengintensifkan pendjelasan² kepada semua anggota dan kader Partai tentang garis taktik Partai dalam perdjuangan: melawan pemerintah Sukiman dan menjelamatkan demokrasi; menghidupkan demokrasi intern Partai dan kritik selfkritik; memperkuat ideologi dengan mengadakan diskusi-teori di Grup, Resort, Fraksi dan Comite² Partai. Sesudah petundjuk² CC itu didjalankan dengan segala kesungguhan, sesudah melalui proses kritik selfkritik, dan pendiskusian lebih mendalam tentang garis² taktik Partai, maka keberanian dan kegembiraan bekerdja dikalangan anggota dan kader² timbul kembali. Dengan demikian maka dalam batas² tertentu kelemahan² Partai dapat diatasi. Ketjepatan mengatasi kelemahan demikian jang berarti djuga ketjepatan mentjapai kebulatan mengenai garis² Partai, ini merupakan suatu kemadjuan jang sangat penting. Hal jang demikian tidak mungkin terdjadi diwaktu-waktu jang lampau karena tidak adanja kebulatan dalam pimpinan Partai dan karena sifat liberal dari pimpinan Central Partai.

Berhubung dengan banjaknja persoalan jang mendesak jang harus mendapatkan pemetjahan sebaik-baiknja dari Partai, dalam keadaan dimana Razzia Agustus masih berlangsung, pada permulaan tahun 1952 CC mengadakan Konferensi Nasional Partai, jang dilakukan dengan kewaspadaan jang tinggi. Dalam Konferensi Nasiohal ini dibitjarakan setjara mendalam politik Partai terhadap pemerintah Sukiman-Subardjo-Wibisono, soal politik anti DI-TII, soal penggalangan front persatuan dengan burdjuasi nasional, soal memperkuat ideologi Partai, peluasan anggota dan soal² organisasi lainnja. Semua persoalan jang dibitjarakan dalam Konferensi ini sampai pada kesimpulan penting jaitu perlunja melenjapkan sektarisme, kapitulasionisme dan avonturisme jang masih ada didalam Partai. Konferensi Nasional Partai ini telah memberi djawaban pada persoalan² penting jang dihadapi Rakjat Indonesia ketika itu. Semua putusan Konferensi mempersendjatai anggota² dan kader² Partai didalam meneruskan perdjuangannja untuk membatalkan KMB, menjelamatkan demokrasi dan jang lebih mendesak lagi jalah untuk mendjatuhkan pemerintah Sukiman dari panggung kekuasaannja.

Mengenai peluasan keanggotaan Partai, Politbiro telah merentjanakan untuk meningkatkan djumlah keanggotaan jang ketika itu berdjumlah kl. 10.000 mendjadi 100.000 dalam waktu enam bulan. Rentjana peluasan keanggotaan ini mendapat sambutan jang luar biasa hangatnja dikalangan massa pentjinta Partai jang sudah sedjak lama berkeinginan untuk memasuki barisan PKI, dan telah menimbulkan aktivitet jang besar didalam Partai. Rentjana peluasan keanggotaan jang diputuskan oleh Politbiro ini merupakan peristiwa jang bersedjarah, karena dalam sedjarahnja baru pada saat itulah langkah pertama diajunkan untuk memperbesar djumlah keanggotaan Partai setjara berentjana. Hal ini didasarkan pada pertanggungandjawab sedjarah bahwa PKI harus mampu memberi pimpinan pada berdjuta-djuta Rakjat pekerdja Indonesia dalam perdjuangan untuk pembebasannja. Hal ini tidak mungkin tanpa anggota Partai jang banjak, apalagi mengingat Indonesia adalah negeri dengan ribuan pulau jang didiami manusia. Dengan garis politik Partai jang tepat dan dengan mengkombinasikan pekerdjaan penggalangan front persatuan nasional dengan tugas² pembangunan Partai, maka kekuatan demokratis semakin berkembang dan kekuatan reaksioner kian hari kian terdesak kedudukannja. Dan kekuasaan pemerintah reaksioner Sukiman dapat digojangkan untuk selandjutnja didjatuhkan samasekali.

Dengan djatuhnja kabinet Sukiman jang anti-demokratis itu oleh Rakjat membuktikan bahwa PKI sesudah menjimpulkan pengalaman²nja setjara pokok dengan didjiwai oleh Djalan Baru, telah memiliki kemampuan jang besar untuk memimpin perdjuangan massa jang luas, setjara tangkas menghindari provokasi dan karena sudah makin dipersendjatai dengan teori Marxisme-Leninisme mendjadi tjakap menguasai situasi, mengetahui imbangan kekuatan dan tjepat mengambil inisiatif politik dalam setiap keadaan.

Dengan desakan² jang kuat dari Rakjat, pada permulaan April 1952, terbentuklah kabinet Wilopo jang komposisi dan programnja dalam batas² tertentu dapat dikatakan madju. Untuk pertama kalinja PNI memegang pimpinan kabinet. Partai menetapkan sikapnja untuk memberikan sokongan dan kesempatan bekerdja kepada kabinet Wilopo, selama kabinet ini mendjalankan programnja jang demokratis.

Karena kekalahan² politik jang dialaminja, pemimpin² Masjumi-PSI dan pemimpin² reaksioner lainnja mendjadi makin matagelap. Hubungan politik antara mereka dengan kaum imperialis Belanda dan Amerika, dengan gerombolan DI-TII dan dengan kaum militeris jang haus kekuasaan makin mendjadi erat. Demikianlah, dengan maksud untuk menebus kekalahan²nja, sewaktu pemerintah Wilopo masih berkuasa, kaum reaksioner memberikan sokongan sepenuhnja terhadap usaha² kaum militeris jang mengadakan pertjobaan kup pada tgl. 17 Oktober 1952. Tetapi berkat kewaspadaan tai, jang dengan tjepat mengetahui gerakgerik djahat dari kaum militeris jang didjagoi oleh kaum soska dan trotskis, kekuatan front persatuan jang sudah makin mendjadi kuat segera diarahkan untuk menggagalkan usaha² kup reaksioner itu.

Dalam perdjuangan melawan usaha² kup dari kaum militeris ini Partai dan Rakjat Indonesia mentjatat pengalaman penting tentang betapa bahajanja kup kaum militeris. Tetapi disamping itu pengalaman menundjukkan bahwa Rakjat Indonesia bukan makanan jang empuk bagi kaum militeris-fasis. Perdjuangan² melawan razzia Agustus dan pertjobaan kup kaum militeris ini telah lebih menempa kader² dan anggota² Partai didalam politik, tjarakerdja dan didalam ideologinja.

Setelah pemerintah Wilopo mendjalankan tindakan² jang anti-demokratis, terutama sesudah menteri dalamnegeri Mr. M. Rum (Masjumi) memerintahkan menembaki kaum tani di Tandjung Morawa, Sumatera Utara, jang terkenal dengan tindakan traktormaut, Partai segera bersikap menentangnja, sehingga achirnja karena tuntutan² Rakjat, pemerintah Wilopo djatuh. Dan sebagai hasil dari pertentangan diantara jang berkuasa dalamnegeri dan atas desakan jang lebih kuat dari Rakjat, terbentuklah pemerintah Ali Sastroamidjojo pada achir Djuli 1953 tanpa Masjumi-PSI, jang programnja lebih demokratis dan lebih madju daripada kabinet Wilopo.

Sokongan PKI kepada pemerintah nasionalis ini berdasarkan pada analisa Marxis-Leninis tentang imbangan kekuatan jang kongkrit. Adalah avonturisme djika PKI, karena mengharapkan terbentuknja pemerintah jang lebih baik, lalu tidak memberikan sokongannja kepada pemerintah nasionalis jang agak madju. Sikap avontur demikian bisa mengakibatkan djatuhnja pemerintah nasionalis jang agak madju itu ketangan partai² reaksioner Masjumi-PSI. Dan dengan sokongan PKI kepada pemerintah nasionalis itu, bukan berarti sudah Pemerintah Front Persatuan Nasional, karena dalam pemerintah front persatuan nasional, harus duduk wakil Rakjat pekerdja jang paling tepat, jaitu PKI.


Kongres Nasional ke-V PKI

Dalam keadaan dimana gelombang gerakan revolusioner menaik, dalam bulan Oktober 1953 diadakan Sidang Pleno CCPKI, sebagai persiapan untuk Kongres Nasional ke-V PKI. Dalam Sidang Pleno ini telah dibitjarakan setjara mendalam mengenai penjempurnaan Konstitusi Partai, rentjana Program PKI, Laporan Umum kepada Kongres dan mengenai Kawan Tan Ling Djie, jaitu pembawa aliran oportunis didalam Partai jang mau mengembalikan garis politik dan garis organisasi Partai kepada keadaan sebelum ada resolusi Djalan Baru. Sidang Pleno CCPKI, sesudah mendengarkan laporan² dari Politbiro dengan setjara bulat telah mensahkan dan memutuskan semua persoalan pokok jang telah disiapkan oleh Politbiro Partai. Tentang keanggotaan CC dan Politbiro, Sidang Pleno mengambil keputusan sbb.: Kawan² D.N. Aidit, M.H. Lukman dan Njoto masing² dipilih sebagai Sekretaris Djenderal, Wakil Sekretaris Djenderal I dan II CCPKI; Kawan Alimin diberhentikan dari keanggotaan Politbiro atas permintaannja sendiri, karena kesehatannja jang makin menurun; dan Kawan Tan Ling Djie diberhentikan dari keanggotaan CC. Putusan² penting tersebut diambil setjara bulat jang didasarkan pada laporan² Politbiro, kritik dari anggota² CC dan selfkritik dari Kawan² jang bersangkutan. Susunan CC disempurnakan dan Politbiro Partai terdiri dari Kawan² D.N. Aidit, M.H. Lukman, Njoto, Sudisman dan Sakirman.

Persoalan jang termasuk berat dalam Sidang Pleno CC Partai ketika itu jalah tentang Tan Ling Djie-isme. Sidang Pleno menjimpulkan bahwa fikiran Kawan Tan Ling Djie sudah menguasai Partai selama revolusi tahun 1945-1948 dan sampai pada permulaan tahun 1951, sehingga telah sangat menghambat perkembangan Partai disegala lapangan, dan dengan demikian djuga telah mempengaruhi djalannja revolusi. Pengaruh Tan Ling Djie-isme dilapangan organisasi, politik dan ideologi jalah sbb.: dilapangan organisasi jalah suatu aliran didalam Partai jang menghendaki adanja „Partai Klas Buruh” disamping PKI, jaitu menghendaki adanja „Partai Klas Buruh” jang anggota²nja terdiri dari orang² klas tengah, jaitu apa jang dinamakan orang² jang pro Komunis tetapi „tidak berani masuk PKI”. Singkatnja ini adalah aliran didalam Partai jang mengetjilkan rol PKI sebagai pelopor revolusi, jang melenjapkan sifat bebas dari Partai, dan jang pada hakekatnja melikwidasi Partai; dilapangan politik adalah suatu aliran didalam Partai jang mengetjilkan kekuatan massa dan terlalu membesarkan kekuatan reaksi, jang mengurangi program Partai, jang membikin perdjuangan klas buruh mendjadi perdjuangan undang² dan perdjuangan parlementer semata-mata, jang membikin klas buruh djauh dari soal² politik, dan semuanja ini berarti membikin PKI tidak mempertahankan kebebasan politiknja sendiri; dilapangan ideologi adalah subjektivisme, adalah aliran dogmatisme dan empirisisme didalam Partai, jang telah menjebabkan Partai membikin kesalahan² kanan dan „kiri” jang sangat merusak pertumbuhan Partai dan pertumbuhan gerakan revolusioner.

Sesudah putusan² Sidang Pleno CC diumumkan, segera menimbulkan kegiatan jang luarbiasa diseluruh Partai baik dalam mendiskusikan bahan² maupun tjara² penjelenggaraan Kongres Nasional ke-V PKI jang sudah direntjanakan akan diadakan pada permulaan tahun 1954. Pendiskusian bahan² kongres oleh massa anggota PKI dan Rakjat ini, merupakan tradisi baru dalam kehidupan Partai jang menundjukkan satunja PKI dengan Rakjat.

Dalam bulan Maret 1954, dilangsungkan Kongres Nasional ke-V PKI jang bersedjarah di Djakarta dengan tudjuan untuk mendjawab semua masalah penting dan pokok dari revolusi Indonesia, untuk pekerdjaan jang lebih baik dari Partai dalam menggalang front persatuan, untuk mendjawab semua masalah pokok pembangunan Partai dan untuk mengeratkan hubungan PKI dengan massa. Dalam kongres ini disahkan semua dokumen jang dirantjangkan oleh Sidang Pleno Comite Central bulan Oktober 1953. Disamping itu disahkan pula Manifes Pemilihan Umum PKI dan diputuskan untuk memperluas keanggotaan dan organisasi Partai. Kongres telah memilih Comite Central jang baru, jaitu: Achmad Sumadi, D.N. Aidit, Bachtaruddin, Djoko Sudjono, Jusuf Adjitorop, M.H. Lukman, Njoto, Nursuhud, Peris Pardede, Sakirman, Sudisman, K. Supit dan Zaelani.

Mengenai sifat masjarakat Indonesia, Kongres Nasional ke-V PKI telah menjimpulkan, bahwa Indonesia adalah negeri setengah-djadjahan dan setengah-feodal. Tentang ini dinjatakan sbb.:

Selama keadaan di Indonesia masih tetap tidak berubah, artinja, selama kekuasaan imperialisme belum digulingkan dan sisa² feodalisme belum dihapuskan, Rakjat Indonesia takkan mungkin membebaskan diri dari keadaan melarat, terbelakang, pintjang dan tak berdaja dalam menghadapi imperialisme. Kekuasaan imperialisme dan sisa² feodalisme tidak akan hapus di Indonesia selama kekuasaan negara dinegeri kita dipegang oleh tuantanah dan komprador jang berhubungan erat dengan kapital asing, karena mereka mau mempertahankan penindasan imperialis dan sisa² feodal dinegeri kita, karena mereka paling takut kepada Rakjat Indonesia.

Djika Indonesia mau madju dari suatu negeri setengah djadjahan dan setengah feodal mendjadi negeri merdeka, demokratis, makmur dan madju, maka adalah soal jang pokok, diatas segala-galanja, untuk mengganti pemerintah tuan² feodal dan komprador dan mentjiptakan pemerintah Rakjat, pemerintah Demokrasi Rakjat”.

Mengenai djalan keluar dari keadaan setengah-dja-djahan dan setengah-feodal, Kongres menjimpulkan sbb. :

„Djalan keluar terletak dalam mengubah imbangan kekuatan antara kaum imperialis, klas tuantanah dan burdjuasi komprador disatu fihak, dan kekuatan Rakjat difihak jang lain. Djalan keluar terletak dalam membangkitkan, memobilisasi dan mengorganisasi massa, terutama kaum buruh dan kaum tani”.

Mengenai rol kaum buruh dalam mengubah imbangan kekuatan, disimpulkan oleh Kongres Nasional ke-V PKI, sbb. :

„Klas buruh harus memelopori perdjuangan seluruh Rakjat. Untuk tudjuan ini klas Buruh sendiri harus meningkatkan aktivitetnja, mendidik dirinja sendiri dan mendjadi kekuatan jang besar dan sedar. Klas Buruh tidak hanja harus melakukan perdjuangan untuk memperbaiki tingkat hidupnja, ia djuga harus meningkatkan tugas²nja ketingkat jang lebih luas dan lebih tinggi. Ia harus membantu perdjuangan klas² lainnja. Klas Buruh harus membantu perdjuangan kaum tani untuk tanah, perdjuangan kaum inteligensia untuk hak²nja jang pokok, perdjuangan burdjuasi nasional melawan persaingan asing, perdjuangan seluruh Rakjat Indonesia untuk kemerdekaan Nasional dan kebebasan² demokratis. Rakjat bisa mentjapai kemenangan hanja apabila klas Buruh Indonesia sudah merupakan kekuatan jang bebas, sedar. matang dalam politik, terorganisasi dan mampu memimpin perdjuangan seluruh Rakjat, hanja bila Rakjat sudah melihat klas Buruh sebagai pemimpinja”.

Tentang menarik kaum tani kedalam front persatuan, Kongres Nasional ke-V PKI mendjelaskan lebih landjut :

„......agar kaum tani dapat ditarik, kewadjiban jang” terdekat dari kaum Komunis Indonesia jalah melenjapkan sisa² feodalisme . . . . . . Langkah pertama dalam pekerdjaan dikalangan kaum tani jalah membantu perdjuangan mereka untuk kebutuhan sehari-hari, untuk mendapatkan tuntutan-bagian kaum tani. Dengan demikian berarti mengorganisasi dan mendidik kaum tani kearah tingkat perdjuangan jang lebih tinggi. Inilah dasar untuk membentuk persekutuan kaum Buruh dan kaum Tani, sebagai basis daripada Front Persatuan Nasional jang kuasa”.

Revolusi agraria adalah hakekat dari revolusi Demokrasi Rakjat di Indonesia. Revolusi agraria adalah sjarat untuk pembangunan, industrialisasi dan kesedjahteraan ekonomi bagi Indonesia. Dengan kaum tani jang melarat, jang tak bertanah atau tak tjukup mempunjai tanah, tidak mungkin mengadakan pembangunan, industrialisasi dan kesedjahteraan ekonomi negeri. Djadi, sjarat pertama dan sjarat jang tidak boleh tidak untuk pembangunan Indonesia, untuk industrialisasi dan kesedjahteraan ekonomi negeri, jalah pelaksanaan sembojan „tanah untuk kaum tani”.

Mengenai front persatuan dan pekerdjaan PKI untuk front persatuan sedjak tahun 1951 oleh Kongres disimpulkan sbb.:

. . . . . . persatuan dengan burdjuasi nasional makin bertambah erat, tetapi persekutuan kaum buruh dengan kaum tani masih belum kuat. Dengan perkataan lain, Partai masih tetap belum mempunjai fondamen jang kuat. Dalam tingkat ini Partai dengan keras harus melawan penjelewengan kekanan jang memberi arti jang berlebih-lebihan kepada persatuan dengan burdjuasi nasional dengan mengetjilkan arti pimpinan klas buruh dan arti persekutuan kaum buruh dan kaum tani. Bahaja ini jalah bahaja melepaskan sifat bebas dari Partai, bahaja meleburkan diri dengan burdjuasi. Disamping itu, sudah tentu Partai djuga harus dengan keras mentjegah penjelewengan kekiri, mentjegah sektarisme, jaitu sikap jang tidak mementingkan politik front persatuan dengan burdjuasi nasional dan memelihara front persatuan itu dengan sekuat tenaga. Karena klik burdjuasi komprador bersandar pada imperialisme jang berlainan, dan karena politik Partai sekarang ini pertama-tama ditudjukan kepada imperialisme Belanda dan bukan kepada semua imperialisme asing, maka telah timbul pertentangan jang lebih tadjam dikalangan kaum imperialis sendiri dan pertentangan? ini dengan sendirinja djuga timbul dikalangan komprador?nja. Terbentuknja front persatuan dengan burdjuasi nasional ini membukakan kemungkinan? baru bagi perkembangan dan pembangunan Partai dan bagi pekerdjaan Partai jang terdekat, jaitu menggalang persekutuan kaum buruh dan kaum tani anti-feodalisme. Pembangunan Partai dan penggalangan persekutuan kaum buruh dan kaum tani adalah djaminan bagi pimpinan proletariat atas front persatuan nasional”.

Kongres Nasional ke-V PKI, telah melikwidasi periode sebelum tahun 1951 dalam Partai dan setjara definitif menutup zaman lama jang gelap. Kongres telah mendjawab semua masalah pokok dan penting dari revolusi Indonesia. Berkat dukungan bulat dari semua anggota dan kader2 Partai, berkat kebidjaksanaan memimpin dari CCPKI dan sambutan hangat dari Partai sekawan diluarnegeri, Kongres Nasional ke-V PKI berhasil dengan sukses jang besar. Putusan? dari Kongres ini adalah bukti jang se-djelas2nja dari kedewasaan PKI.

Pergeseran Situasi Kekiri

Sesudah Kongres Nasional ke-V PKI, bulan Maret 1954, dengan setia dan dengan sungguh² PKI melaksanakan dua tugas urgen jang ditetapkan oleh Kongres tersebut, jaitu pertama, menggalang front persatuan nasional anti-imperialis jang berbasiskan persekutuan buruh dan tani anti-feodal dibawah pimpinan klas buruh, dan kedua meneruskan pembangunan Partai jang tersebar diseluruh negeri dan mempunjai karakter massa jang luas, jang sepenuhnja terkonsolidasi dilapangan ideologi, politik dan organisasi.

Melaksanakan dua tugas tersebut dengan baik berarti PKI dapat melakukan tugas² politik dalamnegeri dan luarnegeri dengan berhasil, hidup dan kreatif.

Situasi sesudah Kongres Nasional ke-V PKI ditandai oleh adanja pergeseran kekiri dan kemudian disamping itu adanja usaha jang latent untuk menimbulkan diktatur militer di Indonesia.

Suatu peristiwa penting jang tak terlupakan dalam sedjarah PKI ketika itu jalah proses terhadap diri Kawan D.N. Aidit, jang hakekatnja merupakan proses terhadap Partai Komunis dan Rakjat Indonesia, karena ia adalah proses tentang Peristiwa Madiun, jang oleh kaum reaksi dalam dan luarnegeri didjadikan kambinghitam untuk menjerang namabaik PKI. Dengan berlangsungnja proses ini, maka prestise PKI mendjadi naik. Dari terdakwa Kawan Aidit berubah mendjadi pendakwa dan menundjukkan bahwa tangan Hatta-lah jang berlumuran darah dalam provokasi Madiun.

Peristiwa penjeretan Kawan Aidit ke pengadilan ini, adalah djuga satu usaha dari kaum reaksioner dalamnegeri untuk mendjatuhkan PKI dimata Rakjat sebelum pemilihan umum September 1955, tetapi sedjarah berdjalan tidaklah sebagaimana jang diinginkan kaum reaksioner.

Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada bulan April 1955 jang telah berhasil mendjadikan Bandung sebagai ibukota Asia-Afrika jang anti-imperialis, telah dapat menggelorakan semangat anti-imperialisme Rakjat Indonesia jang dipadu dengan solidaritet internasional. PKI berusaha membangkitkan massa dan meninggikan pengertiannja untuk mendjadikan konferensi A-A ini sebagai permulaan jang penting bagi negeri² Asia-Afrika dalam membikin sedjarahnja sendiri setjara kolektif, sebagai sumbangan kepada perdamaian dan peradaban dunia. Dengan semangat Asia-Afrika jang madju ini, Rakjat Indonesia memasuki gelanggang pemilihan umum, jang menghasilkan menang mutlaknja kekuatan demokratis atas kekuatan kepalabatu.

Mendjelang pemilihan umum untuk parlemen jang pertama, tgl. 29 September 1955, Politbiro CC PKI telah mendiskusikan setjara mendalam Manifes Pemilihan Umum PKI dalam Djuni 1955, dan achirnja mengeluarkan resolusi jang berdjudul : „Lewat Pemilihan Umum jang akan datang Membentuk Pemerintah Koalisi Nasional”. Dalam resolusi ini dengan tegas dikatakan, bahwa „Pemerintah Koalisi Nasional bukan pemerintah diktatur Rakjat” dan bahwa „program pemerintah Koalisi Nasional jang diinginkan oleh PKI bukanlah program demokrasi Rakjat, tetapi program jang pokok²nja sama dengan tuntutan PKI kepada pemerintah Ali Sastroamidjojo”. (Untuk kemenangan front nasional dalam pemilihan umum — Pilihan Tulisan D.N. Aidit, djilid I, hal. 448-449). Politik mengenai pemilihan umum ini adalah koreksi terhadap Manifes Pemilihan Umum putusan Kongres Nasional ke-V. Koreksi ini oleh Kongres Nasional ke-VI disahkan.

Memenangkan PKI dan partai² demokratis lainnja dan mengalahkan kombinasi Masjumi-PSI jang antipersatuan, anti-demokratis dan anti-Komunis adalah tudjuan jang diperdjuangkan oleh PKI dalam pemilihan umum tersebut. Berkat kegiatan jang luarbiasa dari para anggota dan kader² Partai, berkat kebenaran garis politik Partai dan berkat perdjuangan PKI jang ulet untuk kepentingan se-hari² dari Rakjat, untuk persatuan Rakjat pekerdja, persatuan nasional, berkat paduan kegiatan politik dengan kegiatan kebudajaan, maka achirnja PKI keluar dari medan pemilihan umum untuk DPR sebagai salahsatu partai besar, dengan pemilihnja jang lebih dari 6 djuta. Dan pemilihan umum untuk DPR adalah manifestasi dari kemenangan demokrasi. Kemenangan² ini oleh PKI telah dikonsolidasi untuk menghadapi pemilihan Konstituante. Dengan sembojan Pertahankan Republik Proklamasi 1945 PKI telah mengerahkan segenap kekuatan untuk memenangkan Partai dan Front Persatuan dalam pemilihan Konstituante, jang djuga mentjapai kemenangan.

Kekuatan demokratis terus-menerus bertambah kuat. Pembentukan DPR baru dan Konstituante, makin dikutuk dan djatuhnja Kabinet BH (Burhanuddin Harahap) jang reaksioner dan terbentuknja Kabinet Ali Sastroamidjojo jang kedua, dibatalkannja persetudjuan KMB jang chianat setjara unilateral, makin banjaknja hasil² jang ditjapai dalam memberantas gerombolan DI-TII, merupakan bukti² dari semakin tumbuhnja kekuatan demokratis Rakjat Indonesia ketika itu.

Sidang Pleno ke-IV CC PKI pada achir Djuni 1956 menundjukkan adanja tiga kekuatan dan tiga konsep dalam menjelesaikan tuntutan² Revolusi Agustus 1945.

„Sesudah pemilihan umum dapat diketahui dengan djelas adanja 3 matjam kekuatan politik di Indonesia jang hampir berimbang besarnja. Kekuatan² itu jalah:

„Pertama, kekuatan kepalabatu, jaitu kekuatan kaum feodal dan kaum komprador jang bersekongkol dengan imperialisme asing. Kekuatan ini masih agak besar.”

„Kedua, kekuatan progresif, jaitu kekuatan kaum buruh, kaum tani, burdjuasi ketjil kota dan intelektuil revolusioner. Kekuatan ini sudah agak besar.”

„Ketiga, kekuatan tengah, jaitu kekuatan burdjuasi nasional dan segala kekuatan patriotik dan anti kolonialisme lainnja, termasuk tuantanah golongan kiri (agak madju). Kekuatan ini agak besar dan berada diantara kekuatan kepalabatu dan kekuatan progresif.” (Bersatu untuk menjelesaikan Revolusi Agustus ’45 hal. 15).

Adapun tiga konsep dari tiga kekuatan ini jalah:

Pertama, konsep kepalabatu, jaitu kaum komprador dan feodal, jalah supaja Indonesia dikuasai oleh kaum komprador dan feodal, supaja Indonesia mendjadi satu negara jang hanja bentuknja sadja merdeka, tetapi hakekatnja tunduk kepada imperialisme, membela kepentingan kapitalis² besar asing dan tuantanah².

Kedua, konsep kaum progresif, jaitu kaum buruh, tani, burdjuasi ketjil kota dan intelektuil revolusioner, jang menuntut supaja hak² kaum imperialis dilapangan politik ekonomi dan kebudajaan dihapuskan; supaja milik feodal atas tanah dihapuskan dan diadakan perubahan tanah untuk melaksanakan sembojan „tanah untuk petani”; semuanja itu sesuai dengan tuntutan² Revolusi Agustus 1945.

Ketiga, konsep kekuatan tengah, jaitu konsep burdjuasi nasional jang mempunjai pertentangan dengan imperialis, kaum komprador dan tuantanah, supaja di Indonesia diadakan perubahan² untuk membela kepentingan sendiri membela kapitalisme nasional.

Garis politik PKI dalam menghadapi tiga kekuatan dan tiga konsep penjelesaian tuntutan² Revolusi Agustus jalah: „dengan sekuat tenaga dan dengan tidak djemu²nja mengembangkan kekuatan progresif, bersatu dengan kekuatan tengah dan mementjilkan kekuatan kepalabatu”. (idem, hal. 20)

Tentang Konsepsi Presiden Sukarno jang diumumkan pada tgl. 21 Februari 1957, jang telah membangkitkan semangat Rakjat setjara besar²an, Sidang Politbiro pada tgl. 20 Februari 1957 menjatakan „persetudjuan pada Konsepsi Bung Karno dan menjerukan kepada seluruh Rakjat Indonesia supaja dengan sepenuhhati menjokong konsepsi ini dan bekerdja keras untuk pelaksanaannja. Konsepsi Bung Karno adalah adil, demokratis, mendjamin persatuan dan melawan perpetjahan.” Sebagaimana diketahui Konsepsi Presiden Sukarno mengandung dua isi pokok, jaitu pembentukan Kabinet Gotongrojong (kabinet dengan Komunis atas dasar perwakilan berimbang menurut kekuatan dalam parlemen) dan Dewan Nasional.

Sebagai reaksi atas semakin bergesernja situasi kekiri ini, pertjobaan² kup dan perbuatan teror dari kaum kepalabatu makin mendjadi-djadi. Pertjobaan kup Zulkifli Lubis jang dilantjarkan di Djakarta pada pertengahan Agustus 1956, dan kemudian pada pertengahan November 1956, menderita kegagalan. Sudah mendjadi rahasia umum bahwa dengan kup² dan teror ini kekuatan reaksioner dalamnegeri jang dipelopori Z.Lubis bermaksud untuk membikin Djakarta dan Djawa Barat mendjadi basis reaksi.

Setelah gagal dengan kudeta di pusat, kaum kepalabatu memulai dengan petualangan militer daerah dengan dalang²nja Achmad Husen, M. Simbolon, F. Nainggolan, V. Sumual, Dachlan Djambek, dsb. Menghadapi pemberontakan daerah ini, PKI mengambil sikap jang tegas, jang diutjapkan Kawan D.N. Aidit dalam Parlemen tentang „Konfrontasi peristiwa Madiun dan peristiwa Sumatera”. Dengan berpedoman kepada garis pidato Parlemen jang bersedjarah ini, kader² dan anggota² PKI menegakkan pandji² demokrasi, kemerdekaan dan kesatuan Republik Indonesia.

Dalam keadaan petualangan militer di-daerah² makin meningkat berupa pemberontakan² daerah dengan Dewan² Partikelirnja, di Djakarta sendiri teror kepalabatu djuga makin meradjalela. Penggranatan terhadap kantor CC PKI dan SOBSI pada tgl. 4 Djuli 1957, mereka lantjarkan dengan maksud untuk samasekali membunuh kawan² pimpinan PKI dan kader² SB, tetapi achirnja menelandjangi diri sendiri dimuka massa Rakjat dan membikin tinggi kewaspadaan Partai dan semua kekuatan revolusioner. Segera setelah gagal dikantor CC PKI dan SOBSI mereka lakukan teror Tjikini pada tgl. 30 November 1957, dan kali ini untuk membunuh Presiden Sukarno. Tepat sekali tjanang dari PKI jang menundjukkan, bahwa penggranatan kantor CC PKI hanjalah permulaan untuk menjerang segenap kekuatan Rakjat jang demokratis jang tidak sudi akan kup² dan petualangan² militer. Presiden Sukarno selamat dan situasi makin menguntungkan kekuatan demokratis.

Udjian jang dihadapi oleh PKI di-daerah² ketika itu jalah pemberontakan kontra-revolusioner „PRRI” di Sumatera dan Permesta di Sulawesi Utara. PKI, dan kekuatan² demokratis lainnja bersama dengan angkatan bersendjata APRI mengangkat sendjata untuk melakukan perlawanan terhadap dan achirnja menumpas pemberontakan „PRRI”-Permesta. Kaum Komunis tidak hanja memberikan andil jang besar, bahkan, dibeberapa tempat kaum Komunis berdiri didepan dalam melawan reaksi. Dengan tabah mereka menghadapi teror reaksi dan siksaan² diluar perikemanusiaan jang langsung ditudjukan kepada kaum Komunis, demi untuk demokrasi, kesatuan dan kemerdekaan Republik Indonesia. PKI achirnja telah muntjul dari udjian berat itu dengan memperoleh prestise jang semakin tinggi, berkat pengorbanan dari semua pahlawan Komunis dan Rakjat. serta berkat pimpinan CC PKI jang tepat. Perdjuangan melawan fasisme „PRRI”-Permesta ini, telah ditebus dengan darah kaum Komunis dan patriot² tanah-air lainnja, berupa pembunuhan massal dan biadab terhadap anggota² dan pentjinta² PKI di Situdjuh, Atar, Simun, dllnja. Sebagaimana pahlawan² Egom — Dirdja — Hasan dalam tahun 1927, Pamudji — Azis — Sukajat dizaman Djepang dan Musso — Amir Sjarifuddin dalam provokasi Madiun, Djamhur — Djanizar — Amirkadir — Alex Tolewu — Rorang Pande telah menegakkan pandji² Komunisme dibawah berondongan mitraliur kontra-revolusi.

Dalam situasi penelandjangan diri kontra-revolusi dengan pemberontakan² daerahnja, berlangsung pula pemilihan umum-daerah pada tahun 1957, diseluruh Djawa, Sumatera Selatan dan Kalimantan, jang merealisasi pergeseran imbangan kekuatan jang semakin kekiri, dimana kekuatan progresif semakin berkembang dan kekuatan kepalabatu semakin merosot. Kekuatan tengah pada pokoknja tetap, tetapi di-daerah² dimana pemimpin²nja bersikap ragu² terhadap pemberontakan, mengalami kemunduran².

Berhasilnja kekuatan² bersendjata APRI bersama dengan gerilja Rakjat menumpas basis² kekuatan bersendjata pemberontak „PRRI”-Permesta dalam tahun 1958-1959, telah membikin Partai² penjokong pemberontak Masjumi-PSI mendjadi kalangkabut. Dalam segala kesempatan di-badan² resmi seperti Kementerian², Parlemen, Konstituante, dsb. Masjumi-PSI menjabot politik jang madju dari kekuatan demokratis a.l. membikin komplotan untuk menggagalkan tertjiptanja UUD negara jang baru jang demokratis. Dalam keadaan dimana konstituante gagal membikin UUD jang demokratis, walaupun disokong oleh majoritet, tetapi tidak mentjapai 2/3 dari suara, maka PKI mendjalankan politik kembali ke UUD '45, jang berarti menjetudjui pembubaran Konstituante. UUD '45, jaitu UUD Revolusi, memberikan kemungkinan² untuk tetap dapat dipertahankannja Negara Republik Kesatuan, jang demokratis dan anti-imperialis.

Melihat kedudukan kontra-revolusi jang semakin terpodjok dan dalam berantakan, imperialisme asing melalui komprador²nja berusaha mengalihkan sasaran revolusi dengan djalan menimbulkan dan membesar-besarkan semangat anti Komunis dikalangan Rakjat. Tetapi usaha ini djuga tidak berhasil, karena Rakjat tahu siapa musuh pokoknja. Rakjat bukannja mendjadi „anti Komunis”, tapi mendjadi semakin anti-imperialisme Belanda, dengan bertambah kuatnja persatuan untuk membebaskan Irian Barat dalam wudjud tindakan² mengambil-alih dan kemudian menasionalisasi perusahaan² imperialis Belanda seperti KPM, perkebunan², dsb.

Konferensi Asia-Afrika mendjelang pemilihan umum Parlemen dan Konstituante tahun 1955, kedatangan Presiden Worosjilov dari Uni Sovjet mendjelang pemilihan-daerah tahun 1957, kedatangan Presiden Ho Chi Minh dari Republik Demokrasi Vietnam dan achirnja kedatangan Ketua Dewan Menteri URSS, N.S. Chrusjtjov tahun 1960, telah sangat membantu mempertinggi semangat persahabatan Rakjat Indonesia dengan negeri² kubu Sosialis.

Plan 3 Tahun Pertama

Tugas penggalangan front persatuan nasional, tidak dapat dipisahkan dari tugas pembangunan Partai Perkembangan Partai sesudah Kongres Nasional ke-V PKI ditandai dengan adanja kegiatan untuk bekerdja dengan plan, jaitu Plan Tiga Tahun pertama, mengenai organisasi dan pendidikan, dari bulan Agustus 1956 sampai bulan Agustus 1959. Mengenai putusan Sidang Pleno ke-IV CC PKI untuk memimpin perkembangan Partai dengan mengadakan Plan 3 tahun, Laporan Umum kepada Kongres Nasional ke-VI PKI telah menjimpulkan sbb. :

„Putusan Sidang Pleno ke-IV CC untuk memimpin perkembangan Partai dengan mengadakan Plan 3 Tahun Pertama tentang Organisasi dan Pendidikan adalah putusan jang bersedjarah. Inilah untuk pertama kalinja perkembangan jang meluas dan mendalam dari Partai dipimpin oleh suatu Plan jang djangka waktunja agak pandjang, mengenai semua organisasi Partai dan semua anggota Partai. Plan ini telah menimbulkan suasana baru, telah membawa kesegaran dan kegembiraan bekerdja dalam barisan Partai, Plan ini telah mempertinggi daja memobilisasi dari Partai. Didalam Partai mulai dibiasakan tjarakerdja jang rasionil dan efektif. Para fungsionaris dan aktivis Partai mendjadi makin terlatih untuk bekerdja „banjak segi”, pandangan mereka tidak lagi hanja terbatas pada lapangannja masing², tetapi sudah melihat hubungan lapangannja sendiri dengan pekerdjaan Partai keseluruhannja. Dengan adanja Plan ini para fungsionaris dan aktivis Partai mendjadi lebih didorong untuk memperdalam pengertian mereka mengenai pekerdjaan² masing², untuk mempeladjari lebih baik keadaan daerahnja masing² dan keadaan sukubangsa² jang ada didaerahnja. Tanpa melakukan semuanja ini, para fungsionaris dan aktivis Partai tidak dapat ikut ambil bagian jang aktif didalam pelaksanaan Plan 3 Tahun Partai.” (D.N. Aidit Untuk Demokrasi dan Kabinet Gotongrojong, hal. 143).

Dilapangan organisasi ditetapkan djatah² tentang peluasan keanggotaan dan organisasi, penggrupan tiap anggota, peningkatan tjalonanggota mendjadi anggota setelah melalui masatjalon jang terpimpin, pengaktifan bagian² dari Comite, penjelenggaraan Konferensi, serta rapat² periodik, dsb. Pelaksanaan djatah dilapangan organisasi telah meningkatkan djumlah anggota dari 1.000.000 mendjadi lebih dari 1.500.000 jang meliputi semua sukubangsa dan meratakan badan organisasi Partai keseluruh negeri.

Dilapangan pendidikan meliputi pengorganisasian Sekolah-sekolah Partai dan Kursus-kursus Partai, djuga. tentang konferensi² teori, tentang pemberantasan butahuruf, dan tentang mendirikan badan² pendidikan bagi orang² progresif diluar Partai dengan mendirikan „Universitas Rakjat”, tentang peluasan penerbitan dan peredaran literatur Partai, chususnja mengenai kenaikan oplah Harian Rakjat. Dilapangan pendidikan ini Plan Partai telah berhasil mendapatkan 270.000 kader dan aktivis Partai jang telah terdidik dalam Sekolah² Partai atau Kursus² Partai.

Dalam rangka plan 3 tahun pertama ini, telah diterbitkan oleh CC PKI bermatjam-matjam madjalah Central disamping Bintang Merah, seperti Kehidupan Partai, Mimbar Komunis, PKI dan Perwakilan, Ilmu Marxis, Review of Indonesia, dan Ekonomi dan Masjarakat. Dan didaerah-daerah telah diterbitkan pula buletin² dan organ² Partai, seperti Suara Ibukota di Djakarta, Warta Sunda di Bandung, Suara Persatuan di Semarang, Buletin PKI Djawa Timur di Surabaja, Lombok Bangun di Mataram (Lombok) dan seterusnja didaerah² lainnja.

Dengan berhasilnja Plan Tiga Tahun Pertama Partai persatuan dalam Partai makin terkonsolidasi dan prestise Partai makin meningkat, sehingga daja mobilisasi Partai bertambah besar dan langgamkerdja Partai mendjadi makin baik.

Plan Tiga Tahun pertama dalam Organisasi dan Pendidikan dapat berhasil, a.l. disebabkan karena :

  • situasi dalamnegeri jang bergeser kekiri,
  • politik Partai jang sesuai dengan kepentingan Rakjat, jang membikin Partai mampu untuk memimpin perkembangan situasi jang terus bergeser kekiri,
  • langgamkerdja Partai jang tepat,

Pelaksanaan plan tiga tahun pertama memberikan pengalaman² jang berharga a.l. sbb. :

  • pentingnja awalan, sehingga persiapan untuk memulai harus didjalankan dengan teliti,
  • mengkombinasikan pekerdjaan plan dengan pekerdjaan lain dari Partai,
  • melaksanakan garis massa dalam metode memimpin,
  • membuat laporan periodik dari hasil pelaksanaan,
  • membentuk badan jang mengontrol dan bertanggungdjawab atas pelaksanaan plan.

Perkembangan Partai makin mengambil bentuk² kongkrit, terutama sesudah adanja Pemilihan Umum untuk Daerah dibeberapa tempat, jang telah menempatkan PKI tidak hanja sebagai Partai besar, tetapi definitif telah membikin PKI mendjadi Partai pertama diseluruh negeri dengan pemilih lebih dari 8.000.000.

Djika Sidang Pleno ke-IV CC PKI tahun 1956 telah merumuskan sembojan strategi jang populer dikalangan Rakjat, jaitu Menjelesaikan Revolusi Agustus 1945 sampai ke-akar²nja, maka Sidang Pleno ke-V CC PKI tahun 1957, telah menetaskan sembojan taktik jang populer pula, jaitu Ubah imbangan kekuatan untuk melaksanakan Konsepsi Presiden Sukarno 100%. Selandjutnja Sidang Pleno ke-V CC Partai djuga telah mengesahkan tulisan Kawan D.N, Aidit Masjarakat Indonesia dan Revolusi Indonesia, jang membahas semua masalah penting dan pokok dari Revolusi Indonesia, sebagai diktat tentang Soal² Pokok Revolusi Indonesia di Sekolah² Partai. Patut ditjatat bahwa dengan keluarnya tulisan ini maka telah tersusunlah teori PKI tentang revolusi Indonesia.

Perkembangan Partai selama ini ditandai pula oleh kegiatan Partai dalam melangsungkan konferensi² serta seminar² jang bersifat chusus, seperti Konferensi Tani, Konferensi Wanita Komunis, Seminar Ekonomi, Seminar Mahasiswa dan Seminar tentang Otonomi daerah. Dengan dilangsungkannja konferensi² dan seminar ini Partai telah mendalami persoalan² chusus dan dengan berpedoman pada putusan²nja mempererat hubungannja dengan massa Rakjat.

Dalam menghadapi situasi jang terus bergeser kekiri, dan lebih² setelah pemberontakan „PRRI”-Permesta

Karya ini berada pada domain publik di Indonesia karena penciptanya telah meninggal dunia lebih dari 70 tahun yang lalu atau dipublikasikan pertama kali lebih dari 50 tahun yang lalu. Masa berlaku hak cipta atas karya ini telah berakhir. (Bab IX UU No. 28 Tahun 2014)