Halaman:20 tahun G.K.B.I.pdf/189

Halaman ini tervalidasi

batik ke Indonesia chususnja produksi Djerman dan Inggeris. Setelah batik mendjadi masal produksi dan pemakaiannja bukan terbatas dipulau Djawa sadja lagi bahkan telah mendjalar keseluruh pulau² nusantara Indonesia, maka bahan baku batik mendjadi masalah dalam pemasaran. Bahan baku batik setelah perang dunia kesatu mendjadi bahan perdagangan jang tidak ketjil pengaruhnja pada perdagangan import waktu itu. Importnja dipegang oleh perusahaan Belanda jang tergabung dalam ”Big Five” dan perdagangan dalam negeri dipegang oleh bangsa Tjina.

2. Masa Perintis:

Oleh karena bahan baku batik telah mendjadi bahan perdagangan baik nasional maupun internasional, maka kegontjangan pada sektor lain djuga akan berpengaruh pada sektor bahan baku batik. Sedangkan dalam negeri bahan baku batik ini mendjadi bahan perdagangan spekulasi bagi pedagang Tjina baik Belanda. Pengusaha² batik Indonesia sebagian besar lemah dalam permodalan, akibatnja terikat dengan hutang pada pedagang² Tjina. Tingkat pengetahuan pengusaha² batik djauh ketinggalan dalam perdagangan dibandingkan dengan bangsa Tjina. Pemasaran batik dikuasai oleh Tjina, bahan baku dikuasai oleh Tjina, modal dikuasai oleh Tjina, akibatnja pengusaha² batik dari produsen djatuh pada tingkat buruh batik atau jang mengorganisir tenaga² kasar buruh batik.

Pengusaha² batik mengenal obat import sesudah perang dunia kesatu kira² tahun 1924 dan sebelumnja Jogja memakai obat² batik buatan dalam negeri jaitu: nila tom, tinggi, soga. Obat² batik luar negeri jang diperkenalkan ialah indigo, ergansoga. Oleh karena obat² batik ini pemakaiannja lebih mudah dan tjepat, maka sambutan dari pengusaha hatik baik dan obat² dalam negeri sedikit -kesedikit berkurang dipergunakan.

Waktu krisis ekonomi dunia sedang hebat²nja, pengaruhnja pada perekonomian Indonesia besar sekali djuga pada sektor pembatikan. Akibatnja banjak pengusaha² batik jang ditutup dan pengangguran meningkat. Sesudah krisis Djepang mulai masuk pasaran Indonesia dan membandjiri morinja dengan sistim dumping dan Belanda tidak kuat menjaingi Djepang. Untuk melawan saingan Djepang, Pemerintah Belanda mengeluarkan Undang² Contingenteering jaitu membatasi masuknja mori import Djepang ke Indonesia dan aatnja harga²

178