Halaman:20 tahun G.K.B.I.pdf/210

Halaman ini tervalidasi

II. PERDJUANGAN PENGUSAHA BATIK:

1. Perintisan menudju organisasi:

Awal abad ke-XX akibat kemadjuan dibidang teknik, maka hubungan antara satu² daerah dan antara satu daratan dengan daratan lainnja tjepat tertjapai dan djuga dibidang pemberitaan mentjapai kemadjuan. Disektor pembatikan kemadjuan ini djuga dirasakan, dimana bahan baku mori tadinja dibuat sendiri, sekarang lebih mudah dan murah memakai bahan baku mori buatan luar negeri. Djuga disektor bumbu batik, akibat kemadjuan dibidang kimiawi, maka banjak obat² batik buatan luar negeri antara lain, Djerman, Inggeris dan Belanda jang masuk ke Indonesia. Sesudah perang dunia kesatu, dimana pembatikan telah memakai proses tjap dari logam dan dikenalkannja pemakaian obat² batik luar negeri, maka proses pembatikan lebih tjepat dari biasa. Djuga konsumen batik tidak terbatas pada daerah sekitar pembatikan sadja lagi, tetapi sudah meluas sampai daerah pulau Djawa dan bahkan sudah ada jang dieksport ke Malaya dan Singapore waktu itu. Pelaksana import dari bahan baku batik ini dipegang oleh pedagang bangsa Belanda dan Inggeris, sedangkan penjebarannja didalam negeri diserahkan kepada pedagang² Tjina dan sedikit Arab.

Pedagang² Indonesia dan pengusaha² batik di Tasikmalaja waktu itu belum ada jang mendjual bahan baku batik. Disamping itu sebagian besar dari pengusaha² batik, adalah lemah dalam modal jang achirnja terlibat dengan hutang pada pedagang² Tjina. Sistim perdagangan waktu itu melalui kredit djangka pendek jaitu satu atau dua bulan dan pedagang Tjina mendapat kredit dari para importir Belanda dan Inggeris jang tergabung dalam "Cambrics Convenant" selama 3 bulan. Selain menguasai perdagangan bahan baku batik, Tjina itu djuga menguasai pemasaran batik, karena pengusaha² batik itu telah diikat dengan kredit dan harus mendjual produksinja pada Tjina jang memberi kredit bahan baku. Akibat buruk dari hal itu ialah permainan harga oleh pedagang² Tjina tsb., baikpun dalam menetapkan harga

bahan baku, maupun dalam hasil produksi. Lebih² lagi hasil produksi batik terikat pemasarannja dengan adanja musim jaitu : musim baik pasaran/tingkat harga naik (panen, lebaran, tahun baru). Setelah perang dunia kesatu antara tahun 1920 - 1926 kemadjuan dalam

199