Halaman:20 tahun G.K.B.I.pdf/256

Halaman ini tervalidasi

Setelah dikenalnja obat² batik luar negeri maka proses terachir sudah bisa dikerdjakan sendiri akibat petundjuk² serta demonstrasi jang diberikan oleh agen² teknik dari importir. Proses batik tjap dikenal sesudah perang dunia ke-I dan akibatnja produksi batik bukan keradjinan sadja lagi dan sudah menudju pada masaal produksi. Pemasaran batik Pekadjangan ada jang didjual di Pekalongan pada pedagang² Tjina dan Arab dan ada djuga keluar daerah jaitu : Surabaja, Bandung, Djakarta, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Pengusaha/pedagang batik Pekadjangan waktu itu telah ada jang mempunjai toko diluar daerah antara lain : Pak H. Afdhol Djalil di Surabaja dan Pak H. Abdullah di Makassar. Batik Pekadjangan jang terkenal ialah produksi sarungnja jang beraneka warna dan halus. Bagi konsumen luar Djawa jang tersebar di Sumatera, Sulawesi, bahkan sampai ke Malaya dan Singapore serta daerah Asia Tenggara umumnja sudah dikenal batik sarung produksi Pekalongan chususnja Pekadjangan. Setelah krisis dunia dan mendekatnja petjah perang pasifik di Pekadjangan dikenal pula pertenunan jang menghasilkan sarung pelekat. Produksi batik dan sarung plekat sampai sekarang di Pekadjangan madju dengan pesat, jang mendjadi lapangan kerdja utama bagi daerah Pekadjangan.

II. MENUDJU KEARAH ORGANISASI KOPERASI :

I. Masa perintis dan perdjuangan :

Setelah perang dunia ke-I akibat dikenalnja obat² luar negeri dan proses batik tjap, produksi batik jang tadinja bersifat keradjinan menudju kearah produksi masaal jang bertenden komersil. Bangsa Indonesia jang penduduknja puluhan djuta dan wanitanja terutama konsumen batik dan membutuhkan bahan baku mori jang djumlahnja puluhan djuta meter. Mori ini didatangkan dari luar negeri terutama Nederland dan Djepang. Importirnja dipegang oleh bangsa Belanda jang tergabung dalam "Big Five” dan distributornja dipegang oleh pedagang² Tjina. Dengan beralihnja produksi batik dari sifat keradjinan kepada produksi masaal maka baik perdagangan bahan bakunja maupun perdagangan batiknja mendjadi objek spekulasi bagi pedagang importir dan distributor. Bangsa Indonesia umumnja dan chususnja pengusaha batik di Pekadjangan adalah lemah dalam permodalan dan tetap mendjadi objek kredit oleh pedagang² Tjina. Akibat krisis ekonomi dunia, pengusaha² batik terlibat dalam hutang

245