Halaman:20 tahun G.K.B.I.pdf/369

Halaman ini tervalidasi

mulai sa'at itu penggunaan devisa sangat diperkeras dan perioritas pertama untuk alat² keamanan. Mulai tahun 1960 djumlah devisa jang diterima oleh GKBI bertambah lagi dan nampak kenaikan djumlah barang jang dibagikan tiap tahun naik pula. Tetapi mulai pertengahan tahun 1963 dengan ditjabutnja hak import tunggal GKBI oleh Pemerintah maka djumlah bahan baku batik jang dibagikan djuga menurun. Awal tahun 1964 hak import tunggal ini dikembalikan kepada GKBI, tetapi djumlah devisa jang diperoleh dari Pemerintah sangat terbatas dan tidak menambah akan pembagian dari tahun jang lalu. Dalam tahun 1965 djumlah import GKBI bertambah dan tahun 1966 dan 1967 import berkurang lagi karena sukarnja devisa. Untuk mentjukupi kebutuhan anggota akan bahan baku cambric maka BTA mulai tahun 1960 aktip kembali mengumpulkan modal untuk mendirikan pabrik cambric. Dan tahun 1966 Pabrik Cambric BTA telah mulai menghasilkan.

3. Pemasaran batik dan produksi anggota :

Djumlah anggota BTA ada sebanjak 336 orang dengan djumlah medja tjap sebanjak 1.350 buah. Kapasitas produksi minimal satu hari adalah 1.350 X 10 potong = 13.500 potong dan sebulan 25 X 13.500 potong 337.250 potong. Tetapi produksi anggota BTA dari tahun ketahun hanja bergerak antara 10-25% dan djumlah tertinggi jaitu pada tahun 1956 sebesar 1.042.711, potong dan terendah pada tahun 1963 jaitu sebesar 266,974 potong. Djumlah angka produksi minimal ini tidak bisa ditjapai disebabkan karena terbatasnja bahan baku tersedia, kurangnja modal dan pemasaran batik dipengaruhi oleh musim. Disamping itu djuga daja beli masjarakat tidak ketjil pengaruhnja dalam mentjari pemasaran produksi.

Dalam tahun 1960 sampai kwartal pertama tahun 1963, pemasaran batik biru dipoolkan pada GKBI sebanjak 90% dari djumlah produksi. Anggota² primer dalam pemasaran batiknja hanja chusus batik prima dan primissima. Daerah pemasaran batik Tulungagung sebagian besar didaerah pasar Solo dan Surabaja. Kekurangan bahan baku batik dibeli oleh koperasi dari pasar Solo.

4. Pabrik Grey:

Rentjana mendirikan pabrik ini bersamaan dengan primer² di Pekalongan dan beberapa buah mesin tenun sudah dipesan dan disimpan di Pabrik Medari. Mengingat keuangan tidak mengizinkan maka

358