Halaman:20 tahun G.K.B.I.pdf/372

Halaman ini tervalidasi

Kudus dikerdjakan oleh wanita dan sifatnja keradjinan dan pemasarannja dilakukan oleh pria. Perdagangan batik Kudus sebelum perang dunia kesatu sudah sampai djauh keluar daerah jaitu: Djawa Barat dan Djawa Timur. Sedangkan perkembangan batik di Kudus baru meluas setelah selesainja perang dunia kesatu dimana dikenalnja batik tjap dan obat² luar negeri.

II. PERDJUANGAN PENGUSAHA BATIK:

1. Menudju perintisan organisasi:

Pengusaha batik di Kudus tidak banjak djumlahnja, sebab ini tidak merupakan mata pentjaharian pertama bagi penduduknja. Waktu adanja krisis ekonomi pengusaha² batik disini tidak kena pukul karena banjak pekerdjaan² lain sebagai sumber hidupnja. Setelah krisis berachir, kegiatan pembatikan berdjalan kembali sampai Djepang masuk. Waktu pendudukan Djepang kegiatan berkurang karena bahan baku tak ada. Djuga waktu permulaan kemerdekaan sampai tahun 1948 kegiatan pembatikan belum nampak aktip kembali. Setelah pendudukan dengan adanja B.I.H., maka aktivitas pembatikan muntjul lagi dan untuk penjaluran bahan baku dibentuklah „Batik Bond” jang dipelopori oleh H. Djamaah Mashadi. Batik Bond ini hanja melajani pengusaha² batik besar sadja dan pengusaha ketjil tidak.

2. Pembentukan Wadah Koperasi:

Oleh karena Batik Bond tidak melajani pengusaha² batik ketjil, maka mereka bersatu dan mendirikan „Koperasi Batik Indonesia” jang dipelopori antara lain oleh: Ambari S.R., H. Siradmuljo, Mawardi, dan kawan² lainnja dalam tahun 1951. Pengurus pertama dari KOBAIN ialah: Ketua I/II: H. Idris dan H. Mawardi, Penulis: Ambari S.R. dan Bendahara: H. Fauzi.

Setelah berdiri dihubungi Pengurus GKBI dan disarankan supaja antara Koperasi dan Batik Bond diadakan penggabungan dan tahun 1952 difusi kedua badan ini dengan Pengurusnja: Ketua: Djamaah Mashadi, Penulis: Hadimuljo dan Bendahara: H. Fauzi serta Pembantu²: Masluri, Ambari SR. dan Moh. Muljo.

361