Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/15

Halaman ini tervalidasi

- 11 -

di olah, digali dan diusahakan. Baik kekayaan itu terdapat pada lapisan buminya, dalam tanahnya, dalam lautnya, ya dimana-mana saja.

Nih, kisahnya sebuah lagi:

Di daerah perbukitan itu antara Lurah Bukit dengan Subayang terdapat sebuah tempat yang bernama 'Tambang'. Untuk sampai kesana harus melintasi dua buah bukit yang bernama bukit Indo Jao dan bukit Tambang. Apa sebab dinamakan tempat itu dengan Tambang? Disana pada masa dulu memang benar-benar ada sebuah tambang. Tidak tanggung-tanggung ialah tambang emas.

Untuk melanjutkan kisahnya terpaksa Lis harus menyeleweng pula sedikit. Ya supaya jelas situasinya bukan?

Nama kenegarian kami Balai Panjang. Satu dari kenegarian yang susun bersusun dari selatan ke utara. Dari selatannya : Sitanang, lalu Batu Payung, dan kenegarian kami Balai Panjang. Kemudian Bukit Sikumpar dan sesudah itu kenegarian Mungo. Semuanya ber ekor di daerah Seberang Air tempat bukit barisan itu dan ber kepala di gunung Sago. Kenegarian Batu Payung, Balai Panjang dan Bukit Sikumpar pada waktu dulu bersatu yang dinamakan Tebing Tinggi. Mesjid Tebing Tinggi itu sekarang masih ada letaknya hampir sepemeluk orang laki-laki dewasa. Konon kabarnya dibawa dahulu dari daerah Suliki puluhan kilo meter dari Tebing Tinggi. Membawanya ditarik saja bersama-sama. Begitu hebat semangat gotong royong pada jamannya nenek moyang kita dahulu.

Kita kembali pada kisah tambang tadi.

Sebagai sudah diceritakan daerah kami itu terdiri dari bukit barisan dan sekali gus hutan rimba. Banyak hasil-hasilnya yang dapat diambil dalam hutan itu. Kayu, rotan, damar, buah-buahan, bambu, d.l.l.

Pada satu kali penduduk desa kami melihat serombongan