Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/29

Halaman ini tervalidasi

- 25 -

yang kelihatan tadi.

"Ulaaar,..." bisik Uni sambil menoleh kebelakang dengan gerak ketakutan. Ya, memang seekor ularlah yang kami lihat tadi. Rupanya binatang itu baru muncul dari dalam air dan bergelung di tepi batang air. Onggokannya sebesar pondok kerbau. Barangkali takkan kurang dari sebesar paha manusia dewasa. Itulah suka dukanya memancing di batang Mangkisi pada malam hari.

Untung saja ikan tidak tertinggal. Dan kalau diadakan penilaian malam itu Uda Men yang mendapat hadiah. Sebab Uda Men mendapat paling banyak: 37 ekor besar kecil dan banyak yang besar dari yang kecil.

Mak dan papa tertawa melihat perolehan memancing anaknya. Kata papa:

"Itulah kalau kita mau berusaha. Paling kurang dapat ikan. Kalau di pasar takkan kurang harganya dari seribu rupiah. Tetapi hasil yang lebih besar akan kita gali dari lembah Mangkisi itu kelak."

Tetapi Uda Men tak peduli lagi. Ia sudah pergi ke periuk. Perutnya sudah amat lapar karena berdingin-dingin memancing sepanjang batang Mangkisi.

Dan kapokkah Uda setelah menemukan gelungan ular besar itu. Takkan pernah kapok. Itu memang resiko.

. // .