Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/40

Halaman ini tervalidasi

- 36 -

Lalu tibalah hari mainnya. Suatu permainan yang sudah disusun papa dan mak dengan rapi. Kami hanya mengetahui ketika permainan itu akan dimulai.

Dan supaya jangan meragukan jalannya kisah ini awal permainan ini dimulai kira-kira tiga atau empat tahun yang lalu. Ketika itu Lis masih duduk di kelas III S.D. Jadi apa yang sudah diceritakan diatas tadi berlakunya ialah setelah beberapa tahun kemudian sesudah apa yang akan di kisahkan berikut ini.

Sebenarnya kisah ini sudah pernah juga kami kisahkan. Yang bercerita ialah Uda Men. Tetapi entah apa sebabnya cerita itu tidak sampai kepada masyarakat. Atau dengan kata lain: Bukunya tidak jadi diterbitkan. Dan sekarang Lis yang peranan untuk mengisahkannya kembali. Sebab soal-soal pembangunan dan ini di bidang pertanian sangat penting artinya bagi pembangunan bangsa.

Dan marilah kita mulai!

Malam itu mak asyik memasak-masak di dapur. Ia dibantu oleh beberapa orang perempuan tetangga kami. Dua ekor ayam yang gemuk-gemuk sudah disembelih. Kami hanya melihat saja ingin tahu.

Kami bertiga mengadakan diskusi kecil.

"Barangkali papa atau mak akan ber ulang tahun," kata Uni Des.

"Ah, tak mungkin." bantah Uda Men. "Rasanya tak ada antara papa dan mak yang ber ulang tahun..."

"Ya, antara kitapun tidak,...."

"Mungkin papa dan mak ada ber nazar,...."

Selain membuat sambal-sambal mak juga membuat kolak dengan nasi putih. Yang dimaksud dengan nasi putih disini ialah beras ketan yang di kukus kemudian digelimangkan dengan santan.

"Mak mau kenduri?" tanya Lis yang tak dapat lagi menahan