Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/43

Halaman ini tervalidasi

- 39 -

Menebang pohon yang besar tidak dengan parang tetapi dengan kapak. Raksasa yang sudah berdiri dengan tegap dan kukuhnya selama bertahun-tahun kini harus takluk kepada tangan manusia. Ibarat dalam peperangan. Musuh yang tidak melawan itu harus bertekut lutut, kalah dengan tidak bersyarat.

Dalam pada itu mak sudah menyediakan nasi dan gulainya. Tengah hari pekerjaan dihentikan dan semua yang bekerja itu lalu makan. Waaah, enak sekali makan mereka tampaknya. Kamipun ikut merasakan bagaimana nikmatnya makan sesudah bekerja dan dibawah sungkupan langit. Berleleran keringat kami karena makan besar.

Menjelang pukul empat sore barulah pekerjaan berhenti. Ratusan pohon besar kecil sudah tiarap ke bumi. Terbukalah sebuah daerah yang cukup luas. Tetapi pekerjaan belum berakhir. Itu baru permulaannya. Dan kelanjutannya akan semakin berat serta berbagai-bagai coraknya.

Dan penebangan itu belum selesai pula. Harus dilakukan pembabatan beberapa kali lagi sampai dapat luas yang di rencanakan.

Sebelum mereka pulang sore itu orang-orang yang bekerja itu minum pula sekali lagi. Dan makan kolak dengan sepulut. Huuh, lain pula sedapnya!


. // .