Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/59

Halaman ini tervalidasi

- 55 -

8. Maka Sang Macan terperangkaplah!

Hari sudah lewat pukul empat sore. Kami sudah bersiap-siap akan pulang dari ladang. Mak sedang mengemasi cerek, tempat nasi dan alat-alat lainnya. Papa sedang berdiri dibawah dengan memegang sebilah sabit. Di bibirnya terselip sebatang rokok.

Tiba-tiba dengan mendadak kami lihat beberapa orang laki-laki berlarian menuju kedalam rimba. Apakah yang terjadi? Kami bertanya kepada mereka. Tetapi tidak seorangpun yang menjawab. Mungkin karena kami jauh dan pertanyaan kami tidak didengarnya.

Kemudian kelihatan seorang laki-laki lagi. Ia tidak berlari-lari hanya berjalan gontai saja. Kami bertanya lagi. Tidak jelas semua jawabannya tetapi dalam kata-katanya dapat kami tangkap: "Harimau!"

Karena setelah mendengar apa yang diributkan orang-orang itu kami dengan segera berlompatan ke atas gubuk dan melihat lewat pintu dengan tubuh gementar. Mak berlari pula ke pintu dan menengok kebawah. Papa berdiri juga disamping pondok dengan sabitnya.

Dalam pikiran kami orang-orang itu melihat harimau dan berlarian pontang-panting. Jangan-jangan sebentar lagi sang macan akan muncul di ladang kami. Aduh, bisa barabe tamu berkumis panjang yang sanggup menelan anak-anak itu muncul di ladang kami. Kami semua gementar sebagai demam malaria.

Dalam pemikiran kami: Kalau ada harimau masakan orang akan berlarian kedalam hutan. Harusnya sebaliknya. Sebab menuju hutan berarti menuju sarangnya binatang-binatang buas itu.

Kemudian barulah kami dapat berita yang pasti. Seekor anak kerbau milik pak Jakhtar diterkam harimau. Wah, bukan main sang