Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/61

Halaman ini tervalidasi

- 57 -

Ia hanya luka-luka saja dan kelihatannya tidak begitu parah. Sukar dibawa ke Rumah Sakit Umum di Bukit Tinggi. Setelah diobati dokter luka-lukanya mulai sembuh. Tetapi mendadak luka-lukanya kambuh lagi. Dan besoknya Sukar meninggal dunia. Bisa taring harimau itulah yang menewaskan Sukar yang malang itu.

Demikian pula terjadi pada anak kerbau itu. Mau disembelih kemarinnya anak kerbau itu masih terlampau kecil, masih anyir,- kata orang. Jadi terpaksa dikuburkan saja. Yang dikuburkan hanya kepalanya saja. Kenapa? Inilah kisahnya!

Harimau memang ada dalam hutan rimba Mangkisi itu. Masakan tidak, sebab hutan rimba ialah tempat bermukim binatang-binatang itu. Orang-orang yang pergi ke hutan sering berjumpa dengan harimau. Tetapi mereka jarang mendatangkan kerugian kepada manusia. Jarang binatang-binatang itu memangsa ternak apalagi manusia. Manusia yang jadi korban di daerah kami jarang sekali. Mungkin hanya terjadi sekali dalam sepuluh tahun atau lebih. Pendeknya jarang sekali kalau dikatakan tak pernah.

Bukan tak pernah orang berpapasan dengan harimau. Baik di hutan pada siang hari atau di desa pada malam hari.

Papa pernah berpapasan dengan harimau ketika pulang ke Lurah Bukit dari Balai Panjang. Hari ketika itu baru jam tujuh malam. Papa harus melewati jalan yang lengang. Beliau ada membawa senter. Setiba disebuah pesawangan papa melihat ada cahaya senter di tengah sawah berjarak kira-kira 20 meter dari jalan. Papa mengira mulanya ada orang bersenter. Tetapi ketika papa menyenter pula senter yang kelihatan itu menjadi dua. Oh, rupanya bukan sinar senter yang nampak oleh papa. Melainkan dua mata harimau. Papa tidak lari. Ia berjalan ber sisurut kebelakang.

Harimaupun gemar dengan durian. Tidak jarang terjadi manusia dengan harimau sama-sama menunggu durian jatuh malam hari.