Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/64

Halaman ini tervalidasi

- 60-

Tidak pula berapa jauh dari rumah Kepala Jorong. Barangkali tidak sampai seratus meter.

Pada hari membuat perangkap itu semua laki-laki dalam kampung ikut ber gotong royong. Mereka membawa alat perkakasnya seperti parang, dan kapak. Lalu pergilah mereka kedalam rimba tempat lokasi perangkap itu. Rimba itu namanya 'Si Gamai-gamai'. Ke rimba itu jarang orang mencari kayu. Di daerah itulah orang sering terkejut oleh harimau.

Mereka mencari kayu untuk membuat perangkap. Kayunya tidak boleh sembarang kayu. Terbanyak dipergunakan ialah kayu kandung dan kayu kangkung. Kedua kayu itu amat dibenci harimau.

Kayu kangkung itu seluruh batangnya berbintil-bintil sebagai badan kangkung (katak). Manusiapun benci melihatnya. Sebab itu orang tak pernah mempergunakan kedua jenis kayu itu untuk membuat ramuan. Biar membuat pondok sekalipun. Sebab dengan menggunakan kedua jenis kayu itu akan dapat mengundang kedatangan sang harimau ke rumah kita. Tetamu yang kurang menyenangkan dan tak diharapkan kedatangannya.

Luasnya perangkap itu panjangnya kira-kira dua meter, dan lebarnya lebih sedikit satu meter. Jadi sempit sekali. Kayu dindingnya itu ditancapkan dalam-dalam masuk tanah. Hampir satu meter. Lubangnya digalikan lebih dahulu.

Dindingnya itu dibuat ber lapis-lapis. Kita hampir-hampir tak bisa mengintip kedalamnya. Sebelah atasnya diberi pula tutupnya dari kayu bulat-bulat. Diberati pula dengan batu-batu besar. Sehingga harimau yang paling besar dalam hutan itu takkan mampu menerobos perangkap itu bila ia tertangkap.

Setelah dinding-dindingnya selesai dan dianggap cukup kuat barulah dipasang pintunya. Pintu itu sebuah papan balok yang amat berat, tebal dan besar. Jika ia dijatuhkan dari