Halaman:ADH 0001 A. Damhoeri - Bumiku Yang Subur.pdf/74

Halaman ini tervalidasi

- 70 -

Yang dikerjakannya ialah menyungkur-nyungkur tanah tertimbun rupanya mencari cacing. Kalau dekat anak kopi rusaklah anak kopi itu.

Namun pisang yang ditanam sebagai pohon pelindung tidak aman oleh serangan si kerbau pendek ini. Mulai dari daun sampai batang dan batangnya hancur luluh disungkur dan dimamah. Sialan juga bahaya babi ini.

Dan bahaya lain yang bisa merusak juga ialah kawanan kera. Binatang ini datang melompat-lompat dari pohon ke pohon. Tetapi entah apa yang di incer-incernya di ladang kami. Sampai waktu itu belum ada yang dirusakkannya. Kabarnya monyet-monyet ini mencari buah-buahan yang dapat dimakannya. Kalau ada buah labu dan mulai berbuah, ada harapan buah labu itu akan tinggal kulitnya saja. Sebab itu jika bertanam labu dan ada buahnya sebaiknya buah labu itu di timbun dengan tanah.

"Penjara mengena,..... penjara mengena...."

Tiba-tiba terdengar teriakan-teriakan orang. Kami yang sedang asyik membantu mak menanam kopi menjadi tertegun. Oh, rupanya panggilan pawang Mak Marah sudah dipenuhi oleh sang macan Penjara sudah bingkas.

Karena hari sudah sore kami bergegas pulang ke desa. Kami ingin pula hendak menyaksikan harimau yang kena perangkap itu.

Kami dapati orang sudah ramai sekitar perangkap itu. Benderanya sudah turun berarti pintunya sudah tertutup dan didalam perangkap sudah ada sesuatu yang tertangkap. Dan tentu saja seekor harimau.

Sungguh ramai benar disana. Cepat benar tersiar berita bahwa perangkap mengena. Orang-orang yang berdatangan dari semua jorong di Seberang Air. Malahan dari desa yang jauhnya beberapa kilo meter dari situ. Gadis-gadis datang dengan berpakaian