Halaman:ADH 0003 A. Damhoeri - Khautul Kulus.pdf/41

Halaman ini tervalidasi

- 32 -

Ganim dengan tatapan yang mempunyai seribu makna.

"Saya maklum dan mengerti kemana tujuan semua kata-kata tuan," ujarnya, "baiklah! Barangkali sudah sampai waktunya saya harus berterus terang kepada tuan......."

Gadis itu menarik nafas panjang kemudian berkata lagi:

"Tuan tak usah ragu-ragu dan sangsi-sangsi. Tuan tidaklah bertepuk sebelah tangan. Sebagaimana rasa cinta kasih yang bersemi dalam dada tuan maka dalam dada orang yang tuan cintai dan kasihi itu lebih hebat lagi ombak gelombangnya.....Semenjak saya bertatapan mata dengan tuan di waktu tuan membuaka tutup peti itu maka tutup hati saya sudah terbuka pula dan menyimpan semua perasaan tuan dalam kalbu saya."

Beberapa saat mereka saling berpelukan dan bertangisan saking terharu.

"Tetapi ada sesuatu yang masih memisahkan antara kita. Bila dinding pemisah itu sudah tiada maka dapatlah kita mempertalikan kita sebagaimana layaknya."

"Apakah dinding pemisah itu? Tidak dapatkah kita hancurkan umpamanya kita pergunakan semua uang yang ada itu?"

"Dia tidak dapat dihancurkan dengan uang berapa saja banyaknya, tuan. Dinding itu mesti dipecahkan dengan peri kebijaksanaan, akal yang sehat dan diplomasi yang licin....."

Ganim melongo tak mengerti. Masih penuh teka teki.

"Baiklah saya berterus terang supaya jangan