Halaman:ADH 0003 A. Damhoeri - Khautul Kulus.pdf/82

Halaman ini tervalidasi

- 73 -

Satu pasukan pengawal Khalifah ikut pula dalam arak-arakan itu.

Ganim sendiri duduk dalam tandu yang dihiasi dengan permata-permata sehingga gemerlapan kena sorot cahaya matahari. Tak ubahnya seorang Pangeran yang sebentar lagi akan di nobatkan menjadi seorang raja. Disampingnya terletak sebuah peti penuh berisi uang dinar emas. Bila melewati rombongan kaum gelandangan, karena mereka ber kelompok-kelompok menurut kaumnya, maka Ganim merogoh petinya dan mengaut dinar lalu di lemparkannya kepada gerombolan itu. Maka berebutlah jembel-jembel itu memperebutkan mata uang itu, sikut menyikut, dorong mendorong, tindih menindih, amat lucu kelihatannya. Sehingga merupakan tontonan yang menarik pula bagi masyarakat ramai. Lalu terdengarlah sorak sorai, dan jel-jel mereka: "Hidup Ganim bin Ayub,.... Hidup Ganim,... hidup Khautul Kulub,.... hidup Fatanah....."

Dimuka rumahnya sudah ramai pula orang menanti, antaranya Perdana Menteri Ja'far Barmaki. Ganim segera turun dari tandunya dan segera memberi hormat kepada Perdana Menteri. Ja'far Bermaki hanya tersenyum saja. Kepada Ganim diserahkannya surat resmi pengembalian rumah dengan semua harta bendanya yang ada dalam rumah itu.

"Tuan terimalah semua-muanya kembali," ujar Perdana Menteri, "rumah tuan,...harta benda tuan,. dan... kekasih tuan...!"

Bersama dengan itu Perdana Menteri menyerahkan pula sepucuk surat dari Gubernur di Damsyik yang menyampaikan permohonan maafnya dan pengembalian rumah