Halaman:ADH 0005 A. Damhoeri - Misteri Rimba Mangkisi.pdf/23

Halaman ini telah diuji baca

- 19 -

" Ah, tidak apa-apa," jawab isterinya.

" Tak mungkin, " tukas Tu' Atin. " pasti ada, katakan sajalah tak usah malu-malu....."

Baru sebentar kemudian Tina berkata lagi:

" Tanah ulayat kita 'kan masih ada yang tak berapa jauh dari desa misalnya di Solok Jelatang ...."

" Nah, kan saya mengerti juga kemana tujuan perkataanmu. Mengapa saya membuat ladang sejauh ini. Padahal tanah kita yang dekat dengan desa masih ada. Tetapi sebenarnya kalau ada yang masih jauh lagi, misalnya kebalik bukit itu saya lebih senang kesana. Tetapi engkau tentu takkan sanggup mengantarkan bekal sejauh itu. Tapi karena tanah disini cukup subur dan gambirnya sudah hampir dikempa biarlah disini sajalah kita membuat ladang. Tetapi kau agaknya belum tahu apa sebab sebenarnya aku membuat ladang sejauh ini."

" Jadi apa sebab yang sebenarnya?"

" Aku benci kepada Kepala Negeri itu. Jika dia masih hidup aku masih merasa senang diam dalam hutan ini. Aku tak tahan melihat tindak tanduk Kepala Negeri itu. Ia memaksa rakyat membayar rodi dan belasting dan ulahnya ia gemar berbini sekali tiga bulan.

Itulah sebabnya aku menjauhi desa. Aku takut kalau-kalau terjadi bentrokan dengan Kepala Negeri itu. Kaki tangan Belanda!"

Ia mengerling kedinding pondok. Disana tergantung sebilah parang tajam dan sebuah senapang berlangsa,

Tina terdiam. Ia mengerti kini apa sebabnya suaminya betah tinggal dalam hutan itu.

" Dan kalau kau sudah bosan mengantarkan perbekalan kesini kau boleh datang sekali sebulan saja. Tetapi jangan lupa membawa tembakau banyak-banyak. Yang lain-lainnya boleh kucari dalam rimba ini."

" Apakah datuk tidak takut dengan harimau misalnya?"

" Kita tak bermusuhan dengan binatang itu. Dia mencari rezekinya dan kita mencari rezeki kita pula. Selama saya disini belum pernah melihat binatang itu melintas. Kalau kita sudah menjadi rezekinya dalam rumah tembok kita dapat juga ditangkap dan dimakannya.

Tapi tadi aku mendapat berita baru pula."

" Dari siapa?"

" Dari Jakhtar dan kawan-kawannya."