Halaman:ADH 0005 A. Damhoeri - Misteri Rimba Mangkisi.pdf/39

Halaman ini telah diuji baca

35.

6. TUO HUTAN .

TU' ATIN sedang asyik bersiang dalam ladangnya. Siangannya sudah lebat. Ia bekerja dengan sabit, tajak dan sebuah cangkul. Silih berganti dipergunakannya. Dalam pada itu pikirannya melayang juga kian kemari. Seperti sebuah film yang gambarnya saling bertukar. Tentang bermacam-macam hal. Isterinya Tina. Anaknya. Tetangganya. Urang gadang. Dan entah apa lagi.

Tiba-tiba terdengar suara orang menyapa:

" Sedang bersiang?"

Satu kali Tu' Atin belum mendengar sapaan orang itu saking asyiknya. Tetapi kedua kali baru ia mendengar. Ia berdiri dan melengong ke kiri dan ke kanan. Ia melihat kearah mana suara tadi datang. Tetapi ia tidak melihat seorangpun.

" Ah, barangkali saya dengar-dengaran saja," pikirnya. Lalu ia bersiap-siap akan bekerja kembali. Tetapi terdengar kembali suara sapaan itu. Tu' Atin mempertajam matanya. Di tudungkannya telapak tangannya diatas alis matanya dan memandang sekitar. Maka tampaklah dari mana asal suara itu. Ada makhluk dekat jalan masuk yang menyapanya. Ya, seorang manusia. Tetapi tubuh orang itu angat pendek, barangkali tingginya tak sampai satu meter. Tetapi orang itu bukannya anak-anak. Sebab kulitnya sudah keriput dan ia pakai kumis. Dibahunya tersandang sebuah ' kembut sandangan '. ( kembut sandangan = sebuah kampil terbuat dari rotan pakai tutup yang sesuai dengan kembutnya ). Agaknya kembut itu khusus dibuat untuknya sebab kembut itu kecil pula.

Bentuk manusia itu hampir sama dengan manusia cebol dalam komik atau cerita-cerita dongeng. Karena ia mengenakan sebuah kopiah sebo maka gayanya nyaris seperti tokoh dalam komik bacaan anak-anak itu.

Tu' Atin mulanya mengira bahwa ia sudah salah lihat sebab hari amat panas, cahaya matahari ber galau-galau.

" Kamu yang punya ladang ini?" tanya manusia kerdil itu. Sambil ia memutar-mutar jari telunjuknya yang juga amat kecil menunjuk seki-