Halaman:ADH 0005 A. Damhoeri - Misteri Rimba Mangkisi.pdf/44

Halaman ini telah diuji baca

- 40 -

biasa kedatangan Urang Gadang itu, malah boleh dikatakan bersahabat. Ada sebuah tingkap sebelah dapur, disana ia biasa menjulurkan tangannya minta tembakau. Dan tak pernah hampa.

Tetapi sial pada satu kali orang vang biasa dikunjungi orang gadang itu tidak ada dirumah. Yang ada orang lain. Ketika si Urang Gadang menjulurkan telapak tangannya yang diberi bukan tembakau. Tetapi tangan urang gadang itu disiramnya dengan air panas. Tentu saja ia kesakitan dan menyingkir. Tetepi tak berapa lama ia kembali pula. Kini bukan seorang tetapi ada dua atau tiga orang, malahan mungkin lebih. Mereka mulai menggoyang-goyeng tonggak rumah itu sehingga terjadi gempa besar dalam rumah itu. Untung penghuninya segera dapat melarikan diri. Si urang gadang terus mengobrak abrik rumah itu sehingga habis dipreteli. Rumah itu berubah menjadi kepingan-kepingan kecil dan beterbangan kemana-mana, tidak dapat dipakai lagi. Itulah pembalasan mereka. Sedang orang tak pernah diganggunya.

" Jadi sukar juga menemui mereka mak?"

" Gampang-gampang, susah. Biasanya mereka tak mau menemui manusia yang lebih dari dua orang dan tak pernah siang hari. Selalu pada malam hari yang gelap pula."

" Jadi termasuk golongan apa mereka, mak?"

" Saya pikir termasuk golongan manusia juga, manusia purba. Namun karena perbedaan fisik mereka ia segan bertemu dengan manusia, namun ia bisa dipanggil.

Datuk tahu di daerah kita ini ada sejenis binatang yang mungkin sisa-sisa binatang zaman purba itu pula."

" Yang mamak maksud bobok atau simbung?"

" Tepat benar. Mana daerah lain yang ditemui bobok atau simbung itu sejenis kodok rak8asa yang panjangnya lebih satu hasta dengan kulit berdongkol-dongkol sebagai kulit buaya,"

" Jadi masih berkembang biakkah mereka, mak?"

" Berkembang biak macam kita mungkin tidak. Sebab pernah ditemui orang Urang Gadang itu sepasang. Yang perempuannya buah dadanya sebesar gentong......"

Keduanya tertawa gelak-gelak.

.///.

.///.